Tuesday, August 30, 2005

Dokter Lagi???

Teringat dengan cerita sebelumnya, tentang seseorang yang anak dokter. Tertekan lagi??? Kagak ada cerita yang lain apa ya??? Lalu yang terpikir, ahhhh urusan dengan Dokter lagi!!!! Entah mengapa aku merasa sangat muak dengan kata Dokter!!! Tapi ini sangat subyektif pandangan aku semata. Soalnya udah berapa kali aku mendengar cerita tentang anak seorang dokter yang berada dalam tekanan luar biasa, karena profesi orang tuanya. Mulai dari yang maksa untuk masuk kedokteran walau otak agak kurang. Yang mampu, tapi sedikit terpaksa demi melanjutkan tradisi keluarga..

Terus kenapa aku tak suka dengan kata Dokter. Karena dulu orang tuaku sangat agak berharap aku masuk kedokteran. Ehm... kayaknya sangat menjanjikan dan sangat terpandang, tapi itu bukan gue bangettt, jadi terpaksalah aku mengecewakan mereka. Maafkan Bapak dan Ibu, anakmu ini memang bengal dan rada-rada nyeleneh.

Yang lain lagi, kata Dokter, mengingatkan cerita temanku yang lain, dulu kala saat masih kuliah di UNPAD. Ceritanya temannya sekosan ada yang anak kedokteran, dan ia memandang rendah temanku itu yang berkuliah di jurusan HI, Si calon Dokter ini merasa kuliah jurusan sosial itu kelas dua. Ia erasa kalo jadi dokter itu adalah derajat tertinggi. Sungguh sedih menyayat hati, kalo sebuah profesi merasa lebih hebat dari yang lain. Padahal semua kan penting, tak ada yang lebih hebat dari yang lainnya.

Kata Dokter juga mengingatkan dengan kuliah di kedokteran yang semakin mahal aja, bahkan di universitas negeri sekalipun. Masuk kedokteran sperti hendak berdagang saja, sapa berani bayar tinggi dia yang boleh masuk. So, hanya orang berduit yang boleh jadi dokter? Dan urusan otak menjadi nomor dua aja gitu...

Kata dokter juga membuat sebal, karena begitu banyaknya kassus malpraktek di Indonesia hingga menyebabkan pasien meninggal. Yang lebih sedih lagi tak ada undang-undang yang mengatur kerja dokter. Bila meraka salah pun tak ada yang berhak menghukum. Dengan enaknya dikatakan itu memang sudah takdir harus mati.

Belum lagi pengalaman buruk dengan dokter yang merawat ibuku, Dokter itu merasa bisaa sewenang-wenang dan dengan ketusnya menjawab pertanyaan salah seorang saudaraku saat ingin berkonsultasi. Kalo aku yang dibegitukan jelas aku memnuntut. Karena kita telah membayar dengan sangat mahal. Jadi berhak mendapat pelayanan yang terbaik.

Seharusnya profesi dokter tak perlu dianggap sangat istimewa, ia juga manusia biasa saja yang kebetulan memilih menjadi dokter. Hidup ini kan serba pilihan, jadi hormati seseorang dengan pilihannya.

Miris juga kalo anak-anak Indonesia ditanya cita-citanya hendak jadi apa? Semua seragam mau jadi dokter. Sapa yang salah? Tak mungkin anak sekecil itu membentuk konsep tanpa campur tangan orang tuanya.

Yogyakarta, 300805

No comments: