Tuesday, April 17, 2007

Politics of Publishers

Sadarkah kita bahwa penerbit pun punya kebijakan, dan preferensi sendiri dalam menerbitkan, dan menerjemahkan buku??? Dulu mungkin aku tak terlalu menyadarinya. Tapi semenjak begitu banyaknya penerbit di Indonesia, hal itu makin kentara muncul ke permukaan.

Aku menjadi sangat sadar, terutama setelah kemunculan penerbit Serambi. Sadarkah kita, bahwa kehadirannya membawa sebuah pilihan baru?? Karya-karya dengan ideologi baru?? Karya-karya yang diterbitkan Serambi, sebagian besar datang dari negara-negara eksotis, yang karyanya jarang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Lihat saja, beberapa karyanya merupakan terjemahan dari sastrawan India, Turki dll.

Dan berdasarkan pengamatanku. Ada sebuah ideologi besar yang ingin dibawa. Ideologi itu adalah toleransi antaragama. Karena berdasarkan pelacakan berbagi judul yang telah menghiasi rak-rak toko buku, Serambi menerbitkan buku-buku dengan tema besar yang sama.

Hmmm, sebagai penikmat buku. Tentu saja ini adalah kabar gembira. Karena wawasanku akan semakin luas, dengan berbagai macam pengetahuan dan perspektif yang berbeda. Kemunculan buku-buku ini juga di saat yang tepat. Yaitu ketika masyarakat kita begitu tidak toleran, dan bibit perpecahan agama mulai meretas dimana-mana.


Jakarta, 170407
kantor Mulai Sepi, Tapi Teteup Semangat Nulis...

Thx God I Have Lot of Connectors...


Aku baru aja selesai baca buku "Tipping Point". Lumayan basi seh, secara bukunya udah lama terbitnya, tapi kembali meledak setelah penulisnya menulis "Blink". Aku juga baca buku ini gara-gara diwajibkan ama Bos. Soalnya buku ini penting banget...

Ternyata emang gak salah... Satu hal yang paling menarik menurut aku adalah "hukum tentang yang sedikit". Jadi menurut penulisnya, berbagai tren sosial itu disebarkan oleh hanya segelintir orang di masyarakat yang mempunyai akses ke berbagai pihak, punya banyak teman, dan gemar bersosialisasi.

Merekalah yang akan menentukan sesuatu produk menjadi laris atau tidak, gaya tertentu akan menjadi tren atau tidak. Segelintir manusia ini, dikelompokkan menjadi tiga, konektor, mavens, dan sales.

Konektor adalah orang-orang yang mempunyai banyak kenalan. Mereka-mereka akan menghubungkan kita dengan banyak orang. Mereka banyak berjasa dalam kehidupan sosial kita. Mavens, didefinisikan sebagai orang-orang bijak, yang mengetahui banyak hal. Apa yang mereka katakan, dan rekomendasikan akan diikuti dan dipercaya oleh orang lain. Dan yang terakhir, sales, adalah orang yang pandai meyakinkan orang lain. Mereka bisa menjelaskans esuatu dengan kata-kata yang lebih baik, sehingga orang lain akan terbujuk dengan apa yang dikatakannya.

Setelah aku pikir-pikir, kayaknya dalam hidupku banyak banget aku mempunyai teman, konektor dan maven, yang hanya segelintir itu. Ketika kita mempunyai banyak teman orang tipikal ini. Maka hidup kita menjadi lebih mudah. Karena mereka akan mempertemukan kita dengan orang-orang penting, menghubungkan kita dengan pekerjaan impian, dan banyak lagi deh.

Aku sendiri sudah ngerasain manfaatnya. Buktinya aku dapet pekerjaanku, berkat jasa seorang teman.

Thank you all my friends... You are great.. You make mylife easier...

Jakarta, 170407
Sore-sore..., akhirnya sempet nulis...

Tuesday, April 10, 2007

Q&A, Dan Realitas India...

Semalam aku baru saja selesai membaca buku "Q&A". Buku ini ditulis oleh seorang mantan diplomat India. It's very recommended book. Karena ada banyak hal menarik yang bisa direnungkan dari novel ini.

Pertama, novel ini mengambil latar India. Hmmm kayaknya jarang sekali penerbit Indonesia menterjemahkan karya sastra dari negeri ini. Dari buku ini, aku jadi tahu sisi gelap India. India yang penuh dengan perkampungan kumuh. Bahkan di Mumbai terdapat perkampungan kumuh terbesar di dunia.

Kedua, penulisnya menggambarkan realitas sosial kelas menengah bawah India dengan sangat detil. Segala permasalahan yang mereka hadapi, dan bagaimana mereka bertahan di tengah kepapaan ini...

Sang Pengarang juga mengangkat banyak sisi kehidupan. Dia mempertontonkan kehidupan artis kenamaan yang mengalami post power syndrom, dan mengakhiri hidupnya dengan begitu tragis.

Hal yang paling menarik dari cerita ini, adalah akhir ceritanya yang sangat mengejutkan. Aku pikir akhirnya akan seperti halnya para penulis Asia lainnya. Ternyata memang diakhiri dengan sesuatu yang tak terduga.

Pengalamannya sebagai diplomat, dan mungkin juga pendidikan Barat yang dienyamnya, telah mengantarkan suatu akhir cerita yang bernuansa rasional. Walaupun di awal, ceritanya begitu kental dengan nuansa mistik ala Asia...

Jakarta, 100407
Malam hari, Lembur Tapi Teteup Pengin Nulis...

Tuesday, April 03, 2007

Tiga Situasi Dalam Suatu Rentetan Waktu...

Hari Jumat, Sabtu, dan Minggu kemarin menjadi rentetan panjang dengan pengalaman yang sangat berbeda satu sama lain. Hari Jumat malam, aku pergi ke X2 dugem ampe pagi. Lalu dilanjutkan Sabtu pagi jalan-jalan ama temen ke Dufan, malamnya bertemu dengan sepupuku yang kebetulan lagi dinas ke Jakarta. Keesokan harinya, aku pergi lagi ke Hotel Inter Continental untuk ikut ke presentasi Beasiswa Chevening Award.

Apa yang sangat menarik adalah, pertama betapa padatnya jadwalku weekend kemarin. Kedua aku menampilkan banyak sisi dari diriku di waktu yang sangat berimpitan. Berdugem ria, dengan orang-orang yang sangat hedon, dan modis abiss.

Lalu bertemu dengan sepupuku yang konservatif. Dan akhirnya aku ke pameran pendidikan yang di dominasi orang-orang yang ambisius dan bertampang serius...

It's crazy..., karena aku harus lincah beradaptasi dengan berbagai keadaan tersebut. Tapi aku sangat menikmatinya. Karena aku ingin menjadi orang yang bisa masuk ke berbagai kalangan. Walaupun hingga saat ini, aku merasa kemampuanku beradaptasi belum juga memuaskan.

There are still many things to learn...


Jakarta, 030407
Kelarutan Malam Makin Menjadi...
Aku Harus Pulang...

Belajar dan Kembali Tenggelam

Hidup memang sebuah proses yang sangat panjang dan tanpa henti. Dan sekarang aku ada dalam suatu situasi dimana aku harus terus belajar dengan cepat, bila tak ingin tertinggal jauh. Cukup terengah-engah memang, untuk bisa mengejar ketertinggalan itu.

Tapi bagaimanapun aku harus berusaha berlari lebih cepat, dan lebih cepat lagi, apabila aku ingin memenangkan permainan ini. Yap yap yap, aku tahu aku masih terseok-seok. kadang gemas juga dengan diri sendiri.

Bisakah aku belajar lebih cepat?? Mampukah aku menyerap lebih banyak??? Aku tak bisa menunggu lagi, orang-orang di sekitarku tentu tak pernah akan mengerti bahwa aku butuh waktu untuk adaptasi. Bahwa ini sesuatu yang cukup baru buat aku.

Yayaya, tapi aku mesti berpikir sebaliknya, tidak ada alasan untuk tidak bisa melakukan sesuatu. Aku hanya butuh sedikit lagi ketekunan dalam diriku...

Jakarta, 030407
Hari Telah Makin Malam...