Thursday, December 27, 2007

Refleksi 2007...

Tahun 2007, bagiku adalah tahun yang penuh kejutan, dan penuh nikmat. Tahun ini menandai awal siklus hidupku memasuki dunia kerja, setelah sebelumnya berada di dunia akademis. Sebuah dunia yang dulu hanya ada dalam angan, tanpa terasa telah kulalui lebih dari satu tahun.

Kedua, tahun ini menjadi awal untuk pergantian karir yang sangat cepat. Bayangkan aku berganti pekerjaan 3 kali dalam setahun. Oh My God, pantaslah aku disebut sebagai kutu loncat. Tapi ini sebenarnya bukan predikat yang bagus, karena aku berharap 2008 aku bisa lebih setia dalam satu perusahaan.

Ketiga, ini adalah awal dari sebuah adaptasi luarrr biasa, dari kehidupan mahasiswa menjadi seorang pekerja. Dari kampung pindah ke kota. Ini bukan suatu hal yang mudah, tapi sejauh ini aku merasa menikmati sajah apa yang ada di hadapanku. Jakarta yang mengerikan bagi banyak orang, justru sangat seksi buatku, karena menawarkan banyak peluang, dan tantangan yang siap dieksplorasi.

Keempat, tahun ini aku berlibur ke tempat-tempat eksostis. Bulan Maret berkunjung ke Losari Coffee Plantation, dan bulan Desember ini akhirnya aku kesampaian menginjakkan kaki di Bumi Sumatra, walaypun baru sebatas sampe di Lampung.

Kelima, tahun ini aku tetap melanjutkan kehidupan yang selalu penuh warna dan aktivitas. Banyak orang bilang, setelah bekerja, kita akan terasing, dan terfokus pada pekerjaan, semua waktu tersita hanya buat itu. Ternyata gak juga, selama setahun berkarir, aku masih bisa ikutan kegiatan sosial, reuni kesana-kemari, baca novel-novel dan buku favorit, ampe nulis blog juga. Malah menurut aku, kegiatanku makin menggila semenjak di Jakarta heheh.

Keenam, tahun ini aku menjadi lebih terasah interpersonal skill-nya, mampu mengendalikan emosi lebih baik, mampu beradaptasi lebih baik dengan berbagai macam orang, mampu bangkit lebih cepat dibanding sebelumnya, saat menghadapi keadaan yang memuakkan.

Yayaya, tahun 2007 yang akan segera berakhir ditutup dengan sangat manissss. Aku optimis dengan tahun 2008, aku akan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Amin...



Jakarta, 271207
Mengenang Setahun Melangkah...

Friday, December 14, 2007

Kiat Bertahan Di Jakarta...

Gak terasa ternyata hampir genap setahun aku tinggal di Jakarta. Sebagai seorang perantau dari kampung. Ada banyak pelajaran tentang gimana bertahan hidup di tengah kota yang banyak diimpikan, sekaligus mengerikan, bagi banyak orang.

Di sini aku hanya ingin berbagi pengalaman, gimana sih bertahan dan beradaptasi dengan Jakarta... Mungkin ini berguna juga buat teman-teman lainnya yang "terpaksa" meninggalkan zona nyaman di daerah untuk ke Jakarta dengan berbagai alasan.

Pertama, Jakarta menawarkan banyak peluang maka pinter-pinterlah untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Kedua, jadilah orang yang proaktif. Jakarta tidak akan menerima orang-orang yang pasif, serba menunggu. Apabila hanya menunggu maka Anda akan segera tergilas oleh yang lain. Ini adalah negeri penuh kompetisi, maka bersiaplah masuk dalam arena kompetisi.

Ketiga, selalu berpikir positif. Jakarta penuh dengan problematika, sebagaimana kota besar lainnya. Dibutuhkan pemikiran positif, biar kita tidak terjebak dalam stres yang berlebihan, dan melebih-lebihkan suatu hal.

Keempat, perbanyak teman. Karena di Jakarta yang super sibuk teman sangat diperlukan untuk sekedar berbagi dan curhat, menangkap peluang baru, karir yang lebih baik dll. Teman yang banyak gak akan pernah merugikan.

Kelima, mesti berpikiran terbuka. Jakarta adalah masyarakat majemuk dengan berbagai macam latar belakang. Oleh karena itu sistem nilai yang dianut juga sangat beragam. Oleh karena itu, jangan kaget bila ada hal-hal yang mungkin sangat bertentangan dengan sistem nilai yang kita anut. Maka seandainya ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang kita anut, ya kelapangan dada untuk menerima orang lain apa adanya adalah sebuah keharusan.

Keenam, kemauan untuk belajar dan mencoba hal baru. Jakarta selalu berubah setiap saat, bila kita hanya terdiam, maka akan tertinggal oleh perubahan yang terjadi, dan pada akhirnya akan tersingkir. Makanya untuk bertahan dan menang dalam kompetisi di Jakarta, kita harus terus belajar dan belajar...

Hmmm kayaknya itu deh ya, pengalaman yang bisa dibagi setelah setahun bertualang di rimba Jakarta...


Jakarta, 141207
Sedang Ingin Berbagi..

Semua Orang Ingin Didengar...

Yayaya beberapa hari terakhir ini, aku banyak sekali menjadi pendengar bagi banyak teman-temanku. Menjadi pendengar memang bukan pekerjaan yang gampang, dan aku sendiri masih belajar menjadi pendengar yang baik.

Tapi percayalah, menjadi pendengar yang baik akan membuat kita punya banyak teman, dan juga bisa banyak belajar dari pengalaman mereka. Apalagi Jakarta yang super sibuk, dan tingkat stres yang tinggi. Semua orang merasa perlu berbagi permasalahannya, bukan karena mereka butuh solusi.

Mereka hanya ingin bercerita. Mereka hanya ingin menumpahkan uneg-uneg. Hanya itu saja. Namun sayangnya, di saat yang sama semua orang juga sibuk. Semua orang juga ingin didengarkan. Apabila kita mau sedikit saja menurunkan ego, untuk menjadi pendengar dampaknya akan sangat luarrr biasa.

Semoga aku akan menjadi pelajar yang baik, untuk menjadi pendengar yang baik...


Jakarta, 141207
Siang-siang Ngeblog

Friday, December 07, 2007

Kemajuan Teknologi dan Perubahan Perilaku...

Beberapa hari yang lalu, aku menerima forward sms dari seorang teman. Isi sms-nya adalah undangan pernikahan teman semasa kuliah di MM UGM. Lalu aku berpikir, betapa hebatnya teknologi sehingga mengubah perilaku manusia, dan menerobos kebiasaan dan tata krama lama yang telah terbentuk.

Bagi orang-orang segenerasi denganku, hal ini mungkin biasa saja. Undangan pernikahan yang hanya dikirim via sms, dan bukan dari Sang Pemilik Hajat pula. Coba bayangkan bila sms ini dikirim ke generasi Bapakku, atau gak usah terlalu jauh, misalnya generasi yang 10 tahun lebih tua dari aku?

Aku sangat yakin, mereka akan marah-marah, dan gak akan datang. Bagi generasi mereka, undangan itu harus bersifat formal, harus ada undangan resmi dalam bentuk cetakan. Atau mungkin kalau dia golongan terhormat, orang tersebut diminta langsung oleh Sang Pengundang dengan berkunjung atau "sowan" dalam istilah bahasa Jawa. Golongan ini mana mau datang, bila tidak ada undangan yang benar-benar personal ditujukan ke mereka.

Ini sangat berbeda dengan generasi baru yang lebih mengutamakan kepraktisan, dan melek teknologi. Undangan pernikahan tidak perlu dikirim dalam bentuk fisik. Penyebaran undangan melalui mailing list, sms, bahkan seperti yang aku terima via forward sms dari sesama teman, itu juga bukan masalah.

Tipa generasi memang berbeda. Dan sangat menarik melihat perubahan perilaku konsumen dari waktu ke waktu. Selamat datang di era kepraktisan dan candu teknologi.


Jakarta, 071207
Menulis Pagi-Pagi...