Wednesday, April 30, 2008

Dicari Pemasar yang Melek Teknologi!!!

Yayaya sepertinya kemampuan untuk menguasai teknologi menjadi kompetensi yang sangat penting saat ini. Mengapa??? Karena saat ini konsumen Anda itu sudah begitu canggihnya, dan sangat terbiasa berinteraksi dengan internet. Apalagi apabila produk Anda menyasar generasi muda di bawah 30 tahun. Jadi bagaimana mungkin sebagai pemasar, Anda tidak mengerti tentang perkembangan terbaru?

Misal saja, saat ini konsumen sangat doyan dengan namanya blog, situs pertemanan semacam friendster, facebook, myspace, dll. Mereka juga aktif di berbagai forum, untuk berdiskusi tentang politik, sosial, bahkan produk Anda. Belum lagi era web 2.0 dimana konsumen bisa memberikan komentar langsung atas setiap artikel atau berita.

Sebagai pemasar Anda tentu merasa pusing, kalo Anda tidak tahu hal ini. Jangan sampe Anda hanya berbicara melalui media billboard, tv, radio atau media konvensional lainnya sementara produk Anda dipuji atau dihujat di internet tanpa Anda pernah tahu.

Era internet membawa sebuah revolusi, dimana Anda sedang berdialog dengan konsumen Anda. Anda tidak lagi bisa menjejalkan ke benak konsumen, "Ini lho produk saya yang paling ok". Lalu untuk memenangkan persaingan, berusaha berteriak paling kencang, dengan menggelontorkan anggaran promosi paling gede.

Anda harus belajar untuk berinteraksi dengan konsumen, mendengarkan apa keinginan mereka. Mengucapkan terima kasih apabila mereka memberikan pujian, dan memberikan respon simpatik saat produk dicela. Dan dalam hal ini, ada kompetensi lain yang dituntut dari Anda, yaitu belajar untuk berkomunikasi dengan bahasa yang lebih informal, seperti halnya Anda ngobrol dengan teman Anda. Bahasa yang kaku, dan penuh basa-basi bukan jamannya lagi.

Mereka tidak butuh pemasar yang berlagak manis, tapi terlalu dibuat-buat. Konsumen saat ini sepertinya, membutuhkan seorang pemasar yang memposisikan diri sebagai teman yang mengerti dan memenuhi kebutuhannya.

Saat ini Anda harus belajar mendengar konsumen Anda, dengan kecanggihan teknologi bernama internet. Kalo sebagai pemasar Anda masih gagap dengan ini, bagaimana Anda bisa bersaing dengan pesaing Anda yang lebih agresif??? Setidaknya ini juga yang

Sekarang tinggal memilih, segera belajar teknologi yang sedang digemari, atau produk Anda tinggal sejarah???

Jakarta, 300408
Menanti Jakarta yang Macet...

Anonimitas dan Konsumen yang Telanjang

Tulisan saya yang mengangkat tema consumer insight melalui internet, ternyata menuai banyak tanggapan, salah satunya di komunitas pemasar. Cukup menarik argumen yang dikemukakan Pak Andi, bahwa berapa banyak sih pengguna internet di Indonesia, kedua berapa banyak orang Indonesia yang ngeblog dan chatting???

Pertama yang harus dijawab adalah, sebenarnya saat ini pengguna internet di Indonesia sudah sangat banyak mencapai angka 30 juta lebih. Kedua consumer insight disini bukan hanya melibatkan para blogger dan orang yang chatting, seperti yang diungkapkan Pak Andy.

Saya bisa menebak apa yang ada dibenak Pak Andy, pastinya gaya penggalian data keinginan konsumen secara tradisional, dengan mengumpulkan orang, lalu berkata "Halo semua kita sedang mengadakan survei, tolong jawab ya pertanyaan kami?". Itu saya rasa bukan metode yang pas di internet, sebagai pemasar harusnya kita melompat lebih jauh lagi. Menggunakan paradigma yang berbeda dan revolusioner dalam menggali keinginan konsumen.

Sebenarnya di internet, keinginan konsumen, harapan, dan masukan sudah tersebar dimana-mana. Anda bisa menemukannya di forum diskusi, mailing list, bahkan di web 2.0 yang menyediakan fasilitas kepada konsumen untuk bisa berkomentar, dan berekspresi. Jadi sebagai pemasar gak perlu lagi, woro-woro saya lagi riset lhooo. Dan konsumen di internet, biasanya lebih jujur dalam mengemukakan pendapat.

Mengapa demikian??? Karena di internet konsumen bisa menjadi anonim. Mereka bebas mengekspresikan sesuatu yang mungkin tidak bisa diungkapkan di dunia "nyata". Penyebabnya bisa beragam, misalnya merasa pemikirannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku, atau takut dianggap berbeda dibanding pandangan umum.
Contoh kasus, ketika Anda di wawancara di FGD, apakah Anda akan menjawab tidak pernah berolah raga??? Sementara nara sumber lainnya menjawab sering berolah raga??? Ingat orang Indonesia itu kan sangat sosial, mereka tidak nyaman untuk menjadi sangat berbeda dengan orang lain.

Kedua, dengan adanya internet, dan orang lain yang anonim yang berbicara jujur, akan memancing konsumen lainnya untuk mengungkapkan kepribadian yang sebenarnya. Karena akhirnya ia merasa, "Oooo ternyata ada juga ya, orang yang sama seperti saya". Mungkin selama ini dia merasa sendiri, makanya dia takut untuk mengekspresikan. Adanya internet yang tanpa batas, maka semua orang dari berbagai belahan dunia akan terhubung dengan mudahnya. Dan akhirnya si "aneh" ini seperti menemukan habitat orang-orang dengan pemikiran yang sama. Nah dari sinilah kita bisa mengetahui apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Bukankah tugas pemasar mencari tahu apa yang diinginkan oleh mereka? Bagaimana menurut Anda?

Jakarta, 300408
Malam Hari...

Friday, April 25, 2008

Saatnya Berdialog dengan Konsumen


Lois Kelly dalam bukunya "Beyond Buzz", memberikan sebuah sudut pandang baru dalam dunia pemasaran. Ia menyarankan agar pemasar bukan hanya sekedar berkomunikasi satu arah melalui iklan dan kegiatan promosi lainnya. Kini saatnya pemasar berdialog dengan konsumen.

Keahlian baru yang harus dimiliki oleh pemasar, yang berulang kali ditekankan dalam buku ini, adalah kemampuan mendengarkan. Pemasar harus menjadi pendengar yang baik dari keluhan, masukan, dan kebutuhan konsumen. Karena menurut Kelly, tugas pemasar adalah memenuhi kebutuhan konsumen, bukan memaksa konsumen membeli suatu produk yang dihasilkan.

Sebuah dialog dengan konsumen dapat dilakukan apabila ada sebuah konteks yang membingkai produk. OLeh karena itu Kelly menawarkan 9 hal yang akan disukai konsumen sebagai sebuah cerita, diantaranya David Vs Goliath, Biografi tokoh kenamaan, kisah selebritis dll.

Kelly juga menekankan perlunya pemasar berkomunikasi dengan lebih informal, dan emosional agar lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Karena saat ini dunia bisnis cenderung menjadi lebih kasual, dibanding era sebelumnya. Kelly menyebutnya sebagai 'writing for the ear".

Pendapat ini sangat menarik, karena selama ini orang-orang PR, dan Marketing terlalu terbiasa menulis dengan gaya formal, dingin, serta membosankan. Gaya yang sangat tidak cocok untuk sebuah dialog antara konsumen dan pemasar. Tuntutan perubahan gaya penulisan ini, menurut saya salah satunya dikarenakan kehadiran internet, mengapa?

Karena internet memaksa pemasar untuk berhubungan langsung dengan konsumen. Kehadiran blog, forum, mailing list dan sarana lainnya menyebabkan konsumen bisa langsung menyuarakan pendapatnya dengan mudah. OLeh karena itu, pemasar dituntut untuk bisa berkomunikasi langsung dengan mereka.

Buku ini berkaitan erat dengan buku "Word of Mouth Marketing" . Apabila buku Word of Mouth Marketing hanya berbicara tentang bagaimana menciptakan efek getok tular sebuah produk, buku ini menariknya ke arah yang lebih luas untuk melakukan perubahan dalam paradigma pemasaran di sebuah perusahaan, termasuk di dalamnya tipikal orang yang harus direkrut untuk menjadi pemasar jenis "baru". Pemasar yang mempunyai keahlian mendengarkan, dan berdialog dengan konsumennya.

Jakarta, 250408
Menjemput Siang...

Thursday, April 17, 2008

Bila Ada Situs Web, Buat Apa Bikin Blog Korporat???

Sebuah pertanyaan menarik muncul di kolom komentar tulisan saya "Siapa yang Harus Menulis Blog Korporat?". Pertanyaannya begini, kalau perusahaan sudah punya situs web, mengapa harus bikin blog korporat?

Ini pertanyaan yang bagus, karena pasti banyak pemasar juga berpikiran serupa. Situs web dan blog korporat memang sama-sama menunjukkan eksistensi perusahaan di internet. Tapi jelas keduanya punya fungsi yang berbeda.

Situs web, ibarat eksistensi secara formal sebuah perusahaan di internet. Ini adalah komunikasi satu arah dari perusahaan, untuk menjelaskan apa saja produk dan jasa yang dihasilkan, kontak ke perusahaan, visi dan misi, serta informasi lainnya tentang perusahaan.

Lalu apa bedanya dengan blog, dan apa fungsinya??? Blog itu adalah sebuah pelengkap dari situs web perusahaan. Blog dibuat dengan suasana yang lebih informal. Blog bisa ditulis oleh siapa saja di perusahaan, dengan mengikuti kaidah-kaidah yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

Lalu apa manfaat dari blog korporat?? Pertama, blog korporat adalah sarana bagi perusahaan untuk berinteraksi dan berdialog dengan konsumennya. Karena blog menyediakan kolom komentar, sehingga para konsumen bisa bersuara untuk memuji atau menghujat perusahaan. Selama ini konsumen susah untuk menyediakan

Kedua, blog itu bisa menjadi alat bagi perusahaan untuk mengetahui apa sih keinginan dari konsumen yang belum terpenuhi saat ini. Karena di blog konsumen biasanya akan memberikan masukan-masukan yang mungkin tidak terpikirkan oleh pemasar.

Ketiga, blog menjadi saran untuk membentuk komunitas bagi para pelanggan loyal produk kita. Disanalah mereka akan berbagi pandangan, rekomendasi, serta pengalaman mereka mengkonsumsi produk kita. Paling tidak begitulah salah satu temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Backbone Media, tentang manfaat dari blog korporat.

Keempat, perusahaan-perusahaan jasa terutama konsultan bisa menggunakan blog sebagai sarana untuk menjual kompetensinya, dengan menulis blog seputar jasa yang diberikan. Dan ini ternyata sangat efektif, sebagai contoh Virtual Consulting, Virus Communication, Maverick. Mereka mendapatkan banyak klien karena membaca tulisan di blog.

Jakarta, 170408
Malam Hari...

Wednesday, April 16, 2008

Kere Munggah Bale

Yayaya itu adalah peribahasa Jawa untuk menyindir orang yang perangainya berubah menjadi angkuh, dan sombong, saat berada di puncak kesuksesan. Kata-kata ini tiba-tiba melintas, setelah beberapa teman bergosip tentang seseorang yang dianggap berubah menjadi sombong, dan melupakan teman lama, yang dulu membantunya saat ia dalam kesulitan.

Dan sepertinya aku sering kali mendengar cerita-cerita serupa sebelumnya. Aku pun jadi miris, tiap kali mendengar cerita-cerita seperti ini. Dan setelah itu pasti terbawa dalam lamunan panjang...

Aku jadi kuatir, jangan-jangan aku nantinya juga gak kuat dengan godaan kekayaan, ketenaran, kekuasaan dan atribut lainnya itu??? Jangan-jangan aku tidak ada bedanya dengan orang-orang lain itu, begitu idealis saat hidup susah, tapi lupa diri saat berada di puncak.

Yayaya, betul sekali teman, saat ini aku memang hanyalah orang biasa saja. Makanya aku menulis soal ini. Tapi seandainya aku diijinkan menjadi orang hebat, semoga aku masih tetap konsisten dengan apa yang aku tulis sekarang. Kejayaan itu mungkin akan menghampiri, dua, tiga atau lima tahun lagi???

Aku memang tak pernah bisa menjawabnya. Tapi paling tidak dengan setiap kali mengingatkan diri sendiri, aku selalu terbangun untuk selalu bersikap rendah hati. Dan atau, beberapa tahun lagi, aku akan diingatkan dengan masa-masa ini, saat aku kembali membuka memori masa lalu.

Ya hidup itu memang kadang harus berhenti sejenak, merenung, dan menentukan arah berikutnya. Sebelum mengambil langkah selanjutnya...

Jakarta, 160408
Hari yang makin sunyi...

Tuesday, April 15, 2008

Radith dan Partisipasi Konsumen via Internet


Mungkin kalau Anda bukan ABG tidak akan kenal dengan Raditya Dhika. Dia adalah Sang Penulis Kambing Jantan yang sangat fenomenal. Buku yang naik cetak lebih dari 10 kali ini, benar-benar menyihir para remaja sejak beberapa tahun yang lalu.

Buku-buku berikutnya pun tak kalah laris, dan masih terus naik cetak hingga sekarang. Bulan ini Radith, akan meluncurkan buku barunya. Ada sesuatu yang unik dari cara Radith dan penerbit bukunya, berinteraksi dan berkomunikasi dengan para penggemarnya, melalui blog.

Ini tidak mengherankan, karena buku pertamanya memang berasal dari diary Radith yang ditulis di blog. Lalu blog itu ditutup setelah bukunya terbit, dan kemudian ia membuat blog baru yang berisi tentang "reality show" proses kreatif menulis buku baru, dan juga road show promosi buku-buku yang sudah diterbitkan.

Setiap posting blog Radith, selalu menuai antusiasme. Bayangkan setiap posting bisa menuai, lebih dari 200 komentar. Sebuah angka yang sangat banyak, kalau komentarnya sebanyak itu, bisa dibayangkan berapa pengunjung per harinya???

Bahkan sebuah postingan berjudul "Update film KJ, please tell me what you think", hingga saat ini sudah mendapatkan 1376 komentar. Kelihaiannya untuk berinteraksi dengan para pembacanya, membuat para penggemarnya merasa bagian dari kehidupan Radith.

Tulisan ini sebenarnya meminta pendapat dari para penggemarnya, kira-kira siapa yang akan menjadi pemeran utama film Kambing Jantan. Strategi yang sangat unik, karena tentunya para penggemar setia Radith, akan makin penasaran dengan kehadiran film ini. Kedua, rasa penasaran itu akan makin membuncah karena mereka merasa dilibatkan dan punya peran penting dalam menentukan siapa pemeran filmnya.

Inilah kasus riil, tentang bagaimana menciptakan komunitas, dan melibatkan mereka untuk berpartisipasi akan produk yang akan mereka konsumsi. Para pemasar tentunya juga sangat diuntungkan, karena dari sini mereka akan tahu sebenarnya apa sih yang diinginkan konsumennya??? Bukankah impian semua pemasar adalah produknya laku???

Dan saya pikir produsen yang berasal dari industri lain, bisa juga mengimplementasikan ide ini. Saat pilihan terlalu beragam, konsumen membutuhkan alasan lain, selain kualitas. Mereka butuh sebuah cerita, mereka butuh sebuah ikatan dengan produk yang mereka konsumsi. Kesimpulannya, mereka butuh alasan lebih untuk suatu produk...

Jakarta, 150408
Sore-Sore...

Situs Web yang Membantu Jurnalis...

Dalam komunikasi pemasaran peran seorang jurnalis itu sangat penting. Karena jurnalis itu dianggap sebagai pihak ketiga yang lebih dipercaya oleh konsumen. Makanya tidak heran bila selama ini para jurnalis terutama wartawan ekonomi, selalu diperlakukan dengan sangat spesial oleh para pemasar. Mereka selalu ditaburi dengan doorprize dan goody bag, dan banyak fasilitas lainnya.

Namun ada hal yang kurang diperhatikan oleh para pemasar, yaitu kebutuhan informasi para jurnalis, di situs web korporat. Dalam membuat situs web korporat, terkadang jurnalis belum diperhitungkan sebagai bagian dari stakeholder. Jurnalis itu terkadang membutuhkan informasi yang sangat cepat, karena berbagai sebab, misalnya deadline yang mepet, pihak perusahaan susah dihubungi, dan tidak ada waktu untuk melakukan wawancara, atau mungkin dia ingin menulis untuk media online, misalnya Kompas.com, sehingga ia kadang mencari situs korporat dan memasang link informasi terkait ke situs web korporat.

Oleh karena itu peran situs web korporat menjadi sangat penting, karena saat mencari informasi mengenai suatu produk. Mereka pertama kali akan mencari data di situs korporat. Karena tentunya situs ini memberikan informasi yang lebih terpercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Apabila di situs korporat informasinya tidak lengkap, maka mereka akan mencari ke sumber lainnya, yang mungkin saja ada beberapa kesalahan. Misalnya salah dalam penulisan nama dan gelar pejabat perusahaan, kesalahan penulisan mereka. Ini tentunya sangat merugikan perusahaan.

Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain situs web, yang memudahkan jurnalis. Pertama, tulislah semua informasi yang kira-kira diperlukan oleh jurnalis, atau hal-hal yang ingin ditulis oleh jurnalis. Kedua, perhatikan penulisan nama-nama direksi dengan benar. Ketiga, simpanlah arsip press release kegiatan yang pernah dilakukan, karena mungkin saja wartawan membutuhkan arsip tersebut untuk menulis. Keeempat, pasang foto terbaru dari orang-orang di perusahaan yang biasanya berhubungan dengan jurnalis.

Sehingga bila suatu hari wartawan membutuhkan foto mereka untuk profil dan sebagainya, dan tidak punya cukup banyak waktu untuk meminta ke perusahaan. Mereka dengan mudah dapat mengunduhnya dari situs web.

Dengan membantu kerja jurnalis, maka Anda sebenarnya membantu diri sendiri. Karena jurnalis yang merasa terbantu dan senang hatinya tentu akan menulis dengan penuh pujian tentang perusahaan dan produk Anda. Bukankah ini yang diinginkan???

Jakarta, 150408
Siang yang Terikkk

Friday, April 11, 2008

Novel Sastra Generasi Pop "So real/surreal"


Novel yang ditulis Nugroho Nurarifin ini mengusung gaya penulisan generasi baru penulis dalam sastra Indonesia. Gaya menulis yang terkesan pop namun mendalam. Khas generasi baru penulis Indonesia. Gaya menulis seperti ini, mengingatkan gaya menulis Fira Basuki, Ayu Utami, dan beberapa penulis muda lainnya.

Mengambil latar belakang Jakarta yang kompleks, novel ini diawali dengan tokoh utama seorang yang sudah putus asa, dan apriori dengan kehidupannya. Terlalu banyak kekecewaan yang terpendam, sehingga ia memutuskan menjalani kehidupan sekali pakai. Sebenarnya masih ada tiga tokoh lainnya, yang menjadi tokoh utama dalam novel ini, yang semuanya saling berkait, membentuk sebuah cerita yang berkelindan.

Novel ini mengangkat ranah posmodernisme, dalam kemasan sebuah cerita yang nyata dialami oleh kaum urban Jakarta. Penulisnya tampak sangat terobsesi dengan Boudrillard, dan teori simullacra...

Sangat masuk akal, karena penulisnya adalah pekerja di dunia media. Dan Simullacra sebenarnya bercerita tentang kritik bahwa medialah yang menciptakan realitas dalam benak kita, bukan kenyataan itu sendiri??? Apakah Anda merasa pusing??? Yah bisa dimaklumi, posmodernisma kadang dianggap sebagai pemikiran orang-orang gila, tapi sangat relevan apabila direnungkan lebih mendalam lagi.

Wednesday, April 09, 2008

Siapa yang Harus Menulis Blog Korporat???

Beberapa perusahaan tampaknya bersemangat ketika dilontarkan ide tentang blog korporat sebagai bagian dari komunikasi perusahaan ke konsumen dan stakeholder lainnya. Namun kebanyakan akan bertanya, terus siapa yang harus ngeblog???

Pertanyaan ini kadang membuat mereka keringat dingin terutama bagian Marketing, Corporate Communication, atau PR. Karena biasanya yang berhubungan dengan pihak luar, ya divisi mereka. Tapi blog adalah suatu belantara baru, yang kadang masih asing bagi banyak orang. Lalu siapa dong yang harus menulis blog???

Andy Sernovitz dalam bukunya Word of Mouth Marketing, menulis bahwa siapapun di perusahaan bisa menjadi penulis blog korporat. Mereka dipilih bukan karena divisi dimana ia bernaung, tapi karena semangat dan kecintaannya dalam menulis blog. Karena menulis blog itu didasari pada ketulusan, bukan termotivasi oleh gaji dan deadline.

Jadi carilah karyawan di kantor Anda yang biasa menulis blog, dan berinteraksi dengan para blogger. Karena merekalah yang mengerti bagaimana berkomunikasi dengan sesama blogger.

Ini bukan berarti blogger adalah komunitas yang sangat ekslusif dan tak terjamah. Justru blogger adalah komunitas yang cair. Namun karena ini sesuatu yang baru, banyak yang belum paham ada beberapa karakter yang berbeda dari blogger, dibanding komunitas lainnya.

Tuesday, April 08, 2008

Redefinisi Kompetensi di Era Internet

Beberapa waktu lalu, saat mengundang blogger untuk peluncuran All New Corolla Altis, ada yang mempertanyakan "Apakah konsumen sebodoh itu mempercayai orang yang tidak punya kompetensi di bidang otomotif?"

Lalu saya kemudian bertanya-tanya sendiri, apa sih yang dimaksud dengan kompetensi? Apakah ukuran kompetensi seseorang? Pertanyaan lainnya, seberapa signifikan "kompetensi" ini dimata konsumen internet? Ini pekerjaan rumah yang harus dijawab terlebih dahulu.

Di era media tradisional, seseorang yang memberikan pendapat, review product dan sebagainya hampir dipastikan adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi, dalam artian dia punya latar belakang pendidikan yang sesuai, atau pengalaman yang pas dengan bidang yang dibicarakan, atau hal terukur lainnya.

Lalu mengapa menurut saya hal ini tidak relevan lagi di era internet? Pertama, kompetensi dari seseorang sangat diperlukan ketika dihubungkan dengan media tradisional. Mengapa? Karena media itu tugasnya menjual informasi, dan konsumen harus membayar informasi tersebut. Makanya media harus memilih dan memilah, seseorang yang mempunyai kompetensi, dan layak untuk dijual.

Sementara itu di internet, semuanya tersebar dengan gratis. Orang bisa datang untuk mengakses informasi dengan mudahnya, tanpa harus membayar. Dan semua orang pun bisa mempublikasikan apapun tanpa harus melalui sebuah prosedur yang panjang. Tinggal menulis di blog, dan terpampanglah karyanya di internet.

Alasan kedua, perilaku pengunjung internet berbeda dengan media tradisional. Mereka hanya datang untuk membaca sekilas. Orang hanya mementingkan isi, bukan siapa dibalik itu. Orang tidak perduli, apakah penulisnya punya kompetensi atau tidak, yang penting adalah sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkan.

Karena perlu diingat bahwa sifat dasar pencarian di internet adalah konsumen yang berperan aktif. Bandingkan dengan media tradisional, dimana konsumen itu bersifat pasif. Mereka hanya menerima, menu informasi yang disediakan dari media tersebut.


Jakarta, 080408
Sebuah Selama Membangun Semangat...

Friday, April 04, 2008

Menulis Blog Tanpa Beban...

Ada sebuah perbincangan menarik. Seorang kolega di kantor ditanya, mengapa belum punya blog? Katanya sedang mencari topik yang pas buat ditulis. Karena tidak mau menjadikan blog sebagai sebuah beban!

Betul sekali, menulis blog itu jangan dijadikan beban. Wong kita menulis bukan untuk penghidupan (alias ngejar fulus). Dan juga menulis blog itu tidak dikejar deadline. Terus menulis blog itu tidak ada ketentuan rigidnya, harus nulis tentang apa. Yang paling penting lagi, nulis blog itu gak ada badan sensornya hehehe.

Maka para penulis blog yang rajin menulis, ya memang mereka yang hobi menulis. Mereka melakukannya dengan sepenuh cinta. Ingin mengeluarkan uneg-uneg, ingin berbagi ilmu, atau mungkin sekedar iseng daripada bengong.

Motivasinya memang bisa bermacam-macam, makanya hasilnya pun beragam. Ada yang tulisannya sangat serius, ada yang campur aduk, kayak blog ini. Ada juga yang seperti diary kehidupan. Ya nggak papa, ini kan ranah yang bebas, dan Sang Penulis punya kemerdekaan penuh atas apa yang mau dia tulis.

Maka jangan heran bila menemukan blog, yang sangat sering diperbarui, sehari mungkin bisa beberapa tulisan. Tapi ada juga blog yang jarang diperbarui, yang mungkin sebulan sekali baru nongol tulisan baru.

Tapi justru disana menariknya dunia blog, dunia yang kasual. Ditulis dengan penuh ketulusan hati, sehingga terasa lebih personal...

Jakarta, 040408
Suatu Sore yang Cerah

Mimpi Buruk Pemasar Itu Bernama Consumer Generated Media

Beberapa hari yang lalu seorang teman mengirimkan sebuah link yang sangat menghebohkan. Sebuah merek mobil ternama, yang menggunakan iklan testimonial dihujat habis oleh penulis blog itu. Karena dia dengan lantang, menuliskan secara jujur proses dibalik layar iklan testimonial tersebut.

Apabila Anda sebagai pemilik brand tersebut, bukankah ini sebuah mimpi buruk? Dan tampaknya bagian marketing communication dari perusahaan ini tidak mengetahui, terbukti tidak ada satu komentar pun yang berasal dari pihak produsen. Padahal link tulisan ini sudah menyebar kemana-mana.

Parahnya lagi tulisan ini ditulis tahun 2005, dan hingga saat ini pun ternyata masih heboh dibicarakan. Coba Anda bayangkan, pagerank artikel itu saja mencapai 6 (Google pagerank berskala 1-10). Sementara pagerank keseluruhan blognya cuman 3. Ini merupakan indikasi, bahwa khusus tulisan ini banyak dibaca orang, di forward dari mailing list ke mailing list, dan di link kemana-mana.

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menanganinya? Untuk pencegahan, seharusnya perusahaan ikut terlibat dalam dunia blog, mailing list dan forum lainnya dimana konsumennya biasa berkumpul. Sehingga apabila ada keluhan, mereka langsung menuju ke perusahaan dibanding bercerita kemana-mana.

Tindakan lainnya, adalah melakukan monitoring tiap hari melalui google, apakah ada berita negatif tentang produk kita. Nah disini menjadi krusial, apabila ada yang berkomentar negatif, hadapilah dengan lapang dada. Anda tidak bisa marah-marah, lalu mengecam Sang Penulis. Akan lebih elegan bila Anda bersimpati, dan berusaha segera memecahkan masalah yang dihadapi.

Lalu, satu lagi pelajaran dari produsen otomotif ini, bersikaplah jujur. Dan mintalah ijin sebelum menerbitkan testimonial sebagai iklan. Kalo tidak, ya bisa berabe. Mungkin Anda penasaran siapa produsen mobil yang dimaksud, Anda bisa klik disini, untuk mebaca selengkapnya.

Jakarta, 040408
Jakarta yang Rintik-Rintik...

Thursday, April 03, 2008

Berpindah Kerja Itu Memang Tidak Mudah...

Seseorang terkadang berpindah kerja beberapa kali. Terutama di awal-awal karir, saat gejolak jiwa muda masih menggelora, dan keinginan bereksplorasi masih begitu tinggi. Tapi ternyata aku mendengar beberapa teman, yang berpindah kerja menyesali kepindahannya.

Bahkan seorang teman yang telah berpindah berkali-kali, merasa rindu dengan perusahaannya yang dulu, dan berniat kembali ke perusahaan lama. Alasannya setelah berbagai petualangannya, dia merasa perusahaan lama tetap menawarkan yang terbaik. Dan itu ternyata bukan masalah gaji lho, tapi soal kenyamanan bekerjasama dalam tim, dan faktor lainnya.

Hmmm aku juga gak tahu, tapi memang menemukan perusahaan yang pas dengan kita memang sangat sulit. Beruntung saat ini, sepertinya aku menemukan tempat yang terbaik dibandingkan tempat sebelumnya. Aku tidak terkena sindrom keinginan kembali ke perusahaan lama.

Semuanya memang tergantung pada beberapa faktor. Pertama, kita memang terlalu melankolis dengan memori masa lalu. Atau yang kedua, karena memang perhitungan kita salah, sehingga mengambil keputusan yang tidak tepat.

Jakarta, 030408
Saat Kantor Mulai Sunyi

Wednesday, April 02, 2008

Situs yang Ramah Anak-Anak...

Saat ini sedang panas-panasnya, soal kontroversi situs pornografi. Situs porno menurut Menkominfo, bakal dicekal di Indonesia. Salah satu alasannya, situs porno berbahaya untuk anak-anak. Kemudian pertanyaan berikutnya, adakah situs di Indonesia yang ramah pada anak-anak?

Sepertinya selama ini, pemasar dan pengembang portal lebih asyik mengembangkan portal untuk orang dewasa, lebih spesifik lagi para profesional di kota-kota besar. Karena merekalah mungkin pengguna internet terbesar saat ini.

Lalu salahkah bila anak-anak kita, lebih banyak menonton gambar porno di internet? Apakah kita telah menyediakan alternatif lain buat mereka? Sebenarnya ini bisa menjadi peluang bagi produsen yang menyasar pada anak-anak. Mengapa tidak membuat situs yang ramah bagi anak-anak, menampilkan dongeng-dongeng misalnya, dengan penuh gambar animasi yang mencolok mata, dan huruf yang besar-besar agar memudahkan mereka. Dan juga yang tidak boleh dilupakan, adalah bahasa yang khas anak-anak.

Sebenarnya, menurut saya, anak-anak adalah pengguna berikutnya dari internet, seperti tulisan sebelumnya di blog ini. Anak-anak sekarang sangat melek teknologi dibanding yang kita duga. Kadang terkaget juga, anak-anak kecil sudah sangat ahli berkirim e-mail, searching di google dll. Jumlah mereka akan terus bertambah, seiring dengan program pemerintah melalui Telkom untuk mensosialisasikan internet ke sekolah-sekolah bahkan di berbagai pelosok Indonesia.

Dan sebenarnya bagi pemasar, memfasilitasi situs bagi anak-anak sangatlah potensial. Karena dengan begitu mereka sudah mengenal produk Anda sejak dini, dan pastinya mereka akan lebih loyal pada produk Anda. Di sisi lain, anak masa kini mempunyai daya tawar yang lebih tinggi untuk menentukan produk apa yang ingin mereka konsumsi.

Jakarta, 020408
Suatu Siang Dengan Semangat 45

Berani Berbicara Penting, Tahu Kapan Berhenti Lebih Penting

Ini adalah sebuah perenungan yang lebih kepada refleksi pada diri sendiri. Tiba-tiba saja, aku melihat orang-orang begitu bersemangat untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya di depan umum. Ini sebuah kemajuan besar, karena selama ini orang Indonesia kan dikenal tidak ekspresip, diem ajah kayak patung.

Tapi satu hal yang juga perlu diingat, kepandaian berbicara itu harus diikuti oleh kecerdasan lainnya, yaitu kelihaian untuk tahu kapan harus berhenti berbicara. Karena ketika kita berbicara di depan umum, sebenarnya kita berbicara untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, bukankah begitu?

Maka kita harusnya mulai mengerti pertanda, apabila pendengar kita sudah bosan. Apalagi sampai muncul peringatan, itu berarti kita sudah kelewatan. Dan seharusnya bila sudah ada pertanda seperti ini pembicaraan sebaiknya segera dihentikan. Ambil kesimpulan lalu ditutup.

Akhirnya saat ini aku mengerti, mengapa dulu saat tergabung di Klub Debat, selalu ada time keeper yang menjaga agar kita tidak terlalu lama, atau terlalu cepat berbicara. Ketepatan waktu memang sangatlah penting, dibandingkan pesan itu sendiri, saat berbicara di depan umum.

Ingatlah, saat Anda berbicara di depan umum, pendengar Anda adalah konsumen Anda. Percuma bila Anda berbicara panjang lebar, tetapi tidak ada seorang pun yang mendengar, karena mereka merasa bosan, dan Anda kurang tanggap dengan keadaan ini.

Jakarta, 020308
Pagi Perenungan...