Tuesday, July 29, 2008

The Last Empress: Pertarungan Diplomasi Dalam Bungkus Sejarah

"The Last Empress", adalah sekuel dari buku "Empress Orchid" yang pernah ditulis resensinya disini. Bila dalam novel sebelumnya, kita akan dibawa dengan keindahan kota terlarang, dan betapa repotnya tatacara kekaisaran Cina. Maka pada sekuel ini lebih banyak nuansa kelabu.

Kekaisaran Cina yang mulai rapuh, kekuatan asing yang semakin merajalela. Disinilah kita akan disuguhi sebuah dongeng tentang diplomasi antarnegara. Bagaimana diplomat Cina di masa itu, harus bernegosiasi untuk mempertahankan wilayahnya dari negara asing.

Sementara di dalam negeri sendiri, terjadi pergolakan yang luar biasa, menuntut Kaisar mengusir kekuatan asing. Tarik-menarik kepentingan tergambar juga dengan jelas disini. Dan akhirnya aku belajar bagaimana seorang pemimpin harus mempertimbangkan begitu banyak variabel saat mengambil keputusan.

Bagaimana Ratu Yehonala, yang sudah mulai renta, harus berpikir keras menjaga keseimbangan politik untuk menjaga kelanggengan dinastinya. Di satu sisi, dia tahu tidak akan mampu menghadang kekuatan asing keluar dari negaranya. Karena melawan secara frontal berarti bunuh diri. Karena kekuatan militer Cina tak akan mampu membendung pasukan asing, dan teknologi mereka yang canggih.

Cina yang mengagung-agungkan dirinya sebagai yang terhebat, dan menganggap orang-orang Barat itu sebagai Bangsa Barbar, telah disadari oleh Ratu Yehonala sebagai sebuah kesalahan besar.Cina mungkin mempunyai teknologi tinggi di masa lalu, tapi kini mereka kalah jauh dengan teknologi yang dimiliki oleh negeri Barat.

Di sisi lain, golongan konservatif tidak menginginkan perubahan. Mereka juga tidak menginginkan adanya orang-orang asing amsuk ke negaranya. Mereka mulai menghasut untuk menciptakan kebencian pada orang asing. Kemudian menimbulkan sebuah gerakan yang disebut "Boxer". Mereka adalah para petani miskin yang putus asa, karena berbagai bencana alam, yang menyebabkan mereka gagal panen dan kelaparan.

Konteks seperti ini, seakan mirip dengan apa yang terjadi saat ini. Sejarah memang berulang. Dan saatnya kita mulai belajar. Sangat impresif, karena aku belajar bagaimana seorang diplomat yang piawai bernegosiasi. Dan seorang pemimpin sejati harus mengakomodasi dan mengambil keputusan yang sulit.


Jakarta, 290708
Dalam Sebuah Penantian

FX Plaza: Mengakomodasi Gen Y yang Narsis

Mall-mall sudah sangat banyak di Jakarta. Bahkan banyak orang berkomentar, "Hahhhh bangun mall lagi?" Kebanyakan konsumen sepertinya sudah muak dengan kehadiran mall-mall baru.

Namun konsep baru yang ditawarkan oleh FX Plaza, segera disambut gegap gempita oleh para pecinta gaya hidup. Ketika pertama kali ke mall ini, sekitar lima hari setelah dibuka, mall ini masih relatif sepi. Tapi minggu berikutnya sepertinya pengunjung sudah membludak.

Lalu apa istimewanya? Mall ini mengambil pasar yang sangat khusus, para kaum muda urban berduit, profesional muda yang doyan nongkrong-nongkrong dan jalan-jalan. Makanya jangan heran bila tenant yang ada sebagian besar didominasi restoran, dan jualan aksesoris.

Mall ini juga menawarkan slider, yang kemudian menjadi senjata utama untuk menciptakan viral marketing. Belum lagi bila Anda melihat ruangan-ruangan yang disewakan sebagai tempat meeting, transparan, dan sekaligus bisa untuk Karaoke. Ide yang cerdas...

Tenant-tenant yang belum dibuka pun disulap menjadi tempat pameran hasil karya seni instalasi, yang tentu saja bertujuan untuk menjadi obyek foto yang menarik. Bayangkan kemudian foto-foto ini tersebar di blog, friendster, facebook, atau mailing list. Bukankah itu menjadi publikasi murah untuk FX Plaza?

Mall ini benar-benar memahami Gen Y. Mengapa? Saat ini Gen Y adalah generasi baru yang mempunyai daya konsumsi yang tinggi. Mereka lahir dari awal 1980-an hingga akhir 1990-an. Mereka saat ini adalah para pekerja muda, dan remaja. Generasi ini adalah generasi yang sering disebut generasi yang suka nongkrong dan jalan-jalan, serta narsis, dalam segi pekerjaan mereka banyak membuat pusing para HRD karena pembosan, banyak tuntutan, dan ingin bekerja dengan gaya yang kasual. Mereka ini lahir di era teknologi, dan ekonomi yang sedang tumbuh pesat.

Inilah yang sepertinya ditangkap oleh FX Plaza. Dimana para Gen Y yang banyak tuntutan ini, difasilitasi untuk bisa bekerja sekaligus bersosialisasi. Dan terbukti pendekatan ini sukses berattt, menangguk banyak pengunjung. Di tengah kebanyakan mall, yang menyasar segmen keluarga.


Jakarta, 290708
I Wish My Dreams Come True

Friday, July 25, 2008

Menggali Potensi Facebook untuk Pemasar...

Betul sekali, sekarang konsumen sekali lagi telah berubah. Kalo dulu friendster merajalela. Sekarang? "Hari gene masih main friendster, facebook dong." Indikatornya apa? Ketika bertemu teman-teman baru, yang ditanya bukan lagi "Fs-nya apa?" Tapi "Facebook loe apa?". Indikator lain, ketika mendengarkan di radio-radio, majalah, dan media-media lainnya, nama facebook sudah sangat jamak disebut.

Lalu bagaimana mengantisipasi perubahan ini bagi pemasar? Pertama ya harus kenal dulu apa itu facebook. Bagi beberapa orang, facebook memang terlalu rumit, dan menghabiskan waktu. Terlalu banyak fitur, itu komentarnya.

Namun semakin Anda terbiasa, maka akan tahu betul bahwa social media baru ini, lebih ampuh dibandingkan friensteruntuk kampanye pemasaran. Facebook memungkinkan pihak ketiga untuk menempelkan pernak-pernik sendiri, dan memilih berbagai fitur yang sesuai dengan keinginan.

Dan sudah menjadi standar, bahwa pemasar menggunakan facebook untuk woro-woro sekaligus mengundang massa, melalui fitur "invitation" di Facebook. Beberapa yang lainnya menggunakan fitur "groups", dan "fans of" untuk mencari massa, dan mendapatkan insight dari konsumen.

Lalu apa hal yang tidak biasa yang mungkin belum terpikirkan? Kelebihan Facebook, dibandingkan Friendster yang saat ini sedang saya gemari adalah "Tag Photo". Dengan fitur ini, maka saat foto bersama, sesama pengguna facebook bisa "tagging" atau menandai orang lain yang ada dalam foto tersebut, dan akan terkirim ke facebook orang yang di tag.

Dan ini tentunya menimbulkan keriuhan tersendiri, terutama soal komentar. Bayangkan bila dibuat sebuah konsep dimana, sebuah brand, berada ditengah-tengahnya. Alangkah riuhnya, dan ekspose terhadap brand semakin kuat, karena orang Indonesia sangat suka saling mengomentari.

Dengan memanfaatkan facebook ini ada beberapa hal yang bisa dicapai yaitu brand awareness dan viral. Namun jelas yang bisa menggunakan cara ini, tentu saja brand yang bisa menonjol ditengah kerumunan, misalnya mobil, resto, ada ide lainnya? dan segmen yang memang familiar dengan facebook.

Ini memang masih ide mentah, masih banyak detik eksekusi yang harus dimatangkan? Bagaimana menurut Anda? Berani mencoba?

Jakarta, 250708
Akhirnya Bisa Dikit Napas...

Tuesday, July 22, 2008

Empress Orchid: Pergolakan di Tengah Dunia yang Berubah..


Hanya satu kata untuk novel ini "luarrrrr biasaaaa". Karena novel ini bukan hanya menghantarkan detil-detil mengenai Kota Terlarang, dengan berbagai tradisinya. Tradisi yang membuat tercengang, sekaligus pusing membayangkan alahkah repotnya menjadi Kaisar dan Permaisuri di negeri itu.

Novel ini mengisahkan tentang Ratu Yehonala, yang berjuang melawan intrik di Kota Terlarang. Posisinya sebagai selir kerajaan yang kemudian memegang tampuk kekuasaan, membuatnya harus pandai membawa diri, karena sekian banyak musuh yang berusaha menjegal dan menantikan kejatuhannya. Ia harus memim[pin Cina, di saat keadaan yang bergolak.

Catatan penting lainnya dari novel ini, adalah bagaimana sebuah kekaisaran yang telah berumur ribuan tahun harus mengalami nasib yang sangat mengenaskan akibat ketidakmampuannya menghadapi perubahan yang bergulir di luar. Kebijakan Cina pada masa itu yang mengisolasi dari negara lain, dan menganggap peradabannya adalah yang tertinggi di dunia, harus menelan pil pahit, dan mengalami kekalahan yang memalukan.

Kekaisaran Jepang juga mengalami nasib yang sama sebelumnya. Mereka dipaksa oleh kekuatan Barat untuk membuka diri mereka atas isolasi dari negara lain. Namun mereka mampu bangkit lebih cepat, segera mencanangkan reformasi besar-besaran yang dikenal sebagai Restorasi Meiji.

Dalam novel ini digambarkan, bagaimana Kekaisaran Cina yang agung, dipaksa membuka diri dan wilayahnya dicaplok oleh negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Rusia, bahkan juga Jepang yang baru saja mengalami kebangkitan, dan menjadi sangat agresif serta ekspansif.

Kekalahan Cina dalam Perang Candu menyebabkan Cina harus rela kehilangan beberapa wilayah, dan masih ditambah pula mereka harus membayar kompensasi biaya perang. Dalam novel ini tergambar jelas, bagaimana teknologi Cina kalah jauh dibandingkan negara-negara Barat, misalnya pandangan terkagum-kagum Ratu Yehonala tentang teknologi jam.Ini merupakan hadiah dari negeri Barat untuk Kaisar.

Novel ini memberikan sebuah pembelajaran berharga bukan hanya tentang detil sejarah, dan kebudayaan. Tetapi juga perenungan bahwa perubahan adalah keharusan. Statis berati bersiap menggali kuburan, dan layu dengan keadaan yang memalukan...

Jakarta, 220708
Waktu Luang yang Smakin Mahal Buat Ngeblog...

Monday, July 14, 2008

IIMS 2008 dan Saatnya Berlomba Branding..

Hari jumat kemarin, diundang oleh Toyota Astra Motor, pada pameran Indonesian International Motor Show (IIMS) 2008. Pengalaman yang sangat mengasyikkan, karena undangan khusus ini diberikan dalam kapasitas sebagai blogger.

Lalu apa yang menarik dari IIMS? Saya melihat bahwa ajang ini lebih banyak dijadikan sebagai sebuah ajang branding oleh banyak perusahaan. Toyota misalnya dengan sangat cerdas menampilkan I-Real yang diharapkan menjadi pusat publikasi dan bahan pembicaraan . Toyota juga menampilkan mobil Prius, yang belum hadir secara resmi di Indonesia. Namun mulai diperkenalkan kepada publik.

Kehebatan Toyota adalah, mampu menggiring para menteri yang meresmikan acara ini untuk pertama kali mengunjungi stand Toyota, dan mempersilahkan Ibu Marie Pangestu untuk mencoba I-Real. Bayangkan berapa banyak publikasi yang bisa dihasilkan dari sini, karena kehadiran para pejabat tentunya membawa kerumunan wartawan, dan itu berarti publikasi gratis bagi Toyota.


Isuzu, lebih ekstrim lagi dalam urusan branding mereka lebih banyak menampilkan mobil-mobilnya dalam balutan stiker bergambar senyuman anak-anak Indonesia. Ini adalah kerjasama antara Isuzu dengan Unicef. Sepertinya Isuzu ingin dipersepsikan sebagai produsen yang mempunyai keperdulian sosial yang tinggi.


Honda lain lagi, tampil dengan konsep muda dan urban, dimana tembok-temboknya dihiasi dengan pemandangan gemerlap lampu perkotaan, disamping parade mobil-mobil keluaran terbaru dari Honda. Sangat atraktif, dan menarik. Honda juga menampilkan aksi teatrikal, dengan mengangkat tema utama tentang pemanasan global yang saat ini isunya sedang hangat-hangatnya...




Jakarta, 140708
Mengapa Hari Ini Begitu Panas???

Thursday, July 10, 2008

Masyarakat yang Postmo..

Beberapa hari yang lalu bersama teman-teman, aku menonton film Kungfu Panda, dan Han Cock. Ada yang menarik dari kedua film ini yang membentuk satu benang merah, apaan tuh??? Jadi begini kedua film ini menjungkirbalikkan serta mempertanyakan kembali konstruksi sosial yang telah terbentuk selama ini.

Kalau selama ini Anda membayangkan seorang pahlawan itu, gagah, tampan, pemberani, dielu-elukan dan dipuja. Maka kedua film ini mempertanyakan kembali tentang ide-de tersebut.

Kungfu Panda, menampilkan sosok Panda yang menjadi pahlawannya. Pahlawan yang gendut, dari kalangan biasa, yang mendadak sontak harus memenuhi ekspektasi, dan jalur takdir bahwa dialah Sang Pahlawan yang dinanti.Sosoknya yang gendut dan sedikit pengecut, merombak pandangan selama ini bahwa seorang pahlawan itu adalah seorang sosok yang selalu tampil sempurna.

Kedua, Hancock juga menampilkan sosok pahlawan yang bergaya preman, selengekan, mengalami depresi karena kesepian, dan serasa belum cukup sampai disana dia juga dibenci oleh masyarakat. Karena niatan dia untuk membantu, justru menimbulkan kerusakan yang lebih besar lagi.

Selamat datang, di era dimana kemapanan ide, dan konstruksi sosial dipertanyakan. Semoga dengan cerita-cerita yang seperti ini, menciptakansebuah generasi yang lebih cerdas. Karena mereka dibenturkan pada banyak ide yang bertolak belakang, bukan sebuah ide mapan yang menggerogoti kreativitas...

Tuesday, July 01, 2008

Menghitung Online PR Value???

Dalam dunia PR tradisional, sudah ada rumus baku dalam perhitungan konversi nilai dalam uang, dari sebuah publikasi. Misalnya dihitung 2 X rate iklan X jumlah kolom. Lalu saya sedang membayangkan, bagaimana dengan perhitungan online PR Value?

Karena ada banyak hal lain yang sangat khas online yang seharusnya juga diperhitungkan dalam perhitungannya. Misalnya:
1. PageRank (peringkat dari sebuah situs atau blog)
2. Jumlah pengunjung yang tentunya sangat fluktuatif
3. Agregator Blog, dimana blog tersebut terdaftar pada sekumpulan blog yang akan terupdate setiap hari.
4. Jumlah pelanggan RSS Feed

Lalu bagaimana PR Value akan bisa dihitung dengan sangat banyaknya variabel seperti ini? Padahal perhitungan PR Value itu sangat penting untuk meyakinkan manajemen puncak, apabila mereka ingin melakukan investasi di Online PR.

Adakah yang bisa memberikan jawaban formula perhitungan Online PR Value, atau mungkin variabel tambahan yang mungkin perlu dipertimbangkan dalam penghitungan ini?


Jakarta, 010708
Berjuang Keras Melawan Kebosanan

Sex and the City: Drama Kapitalisme yang Kesepian

Beberapa waktu yang lalu, aku dan beberapa orang teman nonton film Sex and The City. Motivasi utama karena penasaran saja, bagaimana akhir cerita dari serial drama ini yang sempat booming beberapa tahun lalu. Teringat waktu jaman kuliah dulu, biasanya nonton bareng-bareng dikosan teman, untuk menghibur diri dengan drama para wanita New Yorker dengan gayanya yang berani dan agresif.

Lalu bagaimana dengan filmnya? Tidak menecewakan, masih tampil dengan gaya khas Sex and the City, hamburan Manolo Blahnik, Louis Vuitton,dan produk bermerek lainnya. Masih juga tentang Samantha yang selalu tak tahan dengan godaan pria-pria muda yang tampan nan seksi.

Namun dibalik kesuksesan film ini menghibur. Ada sebuah cerminan dari problematika masyarakat kapitalis Amerika. Bukankah sebuah produk budaya, adalah cerminan dari dinamika masyarakatnya???

Dibalik keglamoran kehidupan keempat wanita setengah baya Carrie, Samantha, Miranda, dan Charlotte. Tersimpan problema masyarakat kapitalis yang mengalami kekosongan jiwa, dan kerinduan akan cinta dan kasih sayang. Lihatlah kehidupan Charlotte yang serba sempurna, rumah mewah, suami yang baik. Namun hidupnya kurang lengkap, karena ia belum juga mempunyai anak sendiri. Seperti bisa ditebak, Charlotte akhirnya hamil dan melahirkan anak perempuan yang cantik.

Lain lagi dengan Miranda, yang sempat gonjang-ganjing pernikahannya akibat perselingkuhan. Suaminya Steve mengaku tidur dengan wanita lain, karena Miranda sejak lama ogah diajak bermain sex. Miranda terlalu stres dengan pekerjaan, dan mengurus keluarga, yang membuatnya hampir frigid. Pernikahan mereka akhirnya dapat diselamatkan, dengan sebuah cara rekonsiliasi yang sangat irasional. Suatu ide yang menjungkirbalikkan cara berpikir Miranda yang sangat rasional, dan penuh perhitungan.

Berkebalikan dengan Miranda, Samantha penggila sex, punya kekasih yang jauh lebih muda dan seksi. Kehidupan sexnya masih seminggu 3-4 kali. Namun ia tak mampu menahan godaan pria seksi tetangga sebelah, yang sangat menggoda. Di tambah lagi ia merasa kesal dengan kekasihnya yang makin lama makin sibuk. Sementara ia hanya di rumah, dan dipenuhi semua kebutuhannya. Ia merasa kehilangan independensinya, walaupun semua kebutuhannya dipenuhi.

Adegan paling kentara mengenai hal ini, terlihat saat Samantha yang sedang stres meredam godaan Sang Pria Seksi dengan berbelanja beberapa buah tas Louis Vuitton dan berbagai produk bermerek lainnya. Namun pada akhirnya, Samantha lebih memilih meninggalkan keglamoran LA, dan kekasihnya. Karena ia merindukan kebebasan, independensinya, serta kebersamaan dengan teman-temannya di New York.

Paling mencolok dari kejenuhan kapitalisme dipertontonkan oleh kehidupan Carrie. Seorang penulis sukses, yang pernikahannya akan disponsori oleh majalah Vogue, sebagai pernikahan impian Amerika. Pernikahan yang bertaburan produk kelas satu mulai dari Vivian Westwood, Carolina Herera, wedding organizer terbaik, dan deretan perancang terbaik lainnya. Namun ternyata pesta pernikahan akbar itu tidak berakhir sempurna bak dongeng. Mr Big, calon suaminya dilanda keraguan di saat-saat terakhir sebelum pernikahan.

Carrie akhirnya harus belajar menata hidupnya sendiri, bertemu dengan seorang Personal Assistant yang memakai tas Louis Vuitton (LV) sewaan. Adegan paling mengharukan adalah dalam sebuah dialog yang kira-kira seperti ini, "Ini adalah tas LV paling worthed yang perna kubeli". Tas Louis Vuitton ini dibeli oleh Carrie untuk Personal Assitant-nya. Cerminan tentang pemujaan pada LV ternyata bukan segalanya, tapi berbagi kebahagiaan merayakan LV bersama Personal Assistant-nya lah, yang membuat hidup lebih berarti.

Di akhir cerita, Carrie bisa ditebak menikah dengan Mr Big. Namun bukan dengan pernikahan meriah ala Cinderella, bukan di sebuah hall besar dengan gaun pengantin terbaik. Namun hanya pernikahan sangat sederhana, seperti halnya kebanyakan pasangan pas-pasan di catatan sipil, dimana hanya ada mereka berdua. Yayaya, hanya mereka berdua, dan tentunya para hakin, dan antrian pengantin berikutnya yang mirip pernikahan massal. Dan ditutup dengan manis, kejutan kehadiran tiga orang sahabatnya...

Sex and the City sebenarnya tidak lagi bicara tentang pemujaan pada kemewahan dan produk bermerek. Tapi lebih pada menunjukkan, keempat wanita New Yorker yang sukses ini, telah jenuh dengan kapitalisme. Kapitalisme dengan kemewahan individualnya membuat mereka terasing. Mereka ingin kembali pada kesederhanaan, kembali pada pelukan keluarga, dan teman-teman...

Jakarta, 010708
Untuk Sebuah Pagi...