Wednesday, March 23, 2005

Nasionalisme, Belajar ke Surabaya

Di tengah rasa frustasi saya atas ppemikiran bahwa orang-orang kita punya nasionalisme yang tipis. Dan malu menjadi dirinya sendiri. Saya merasa cukup lega ternyata tak semuanya seperti itu. Ini bisa dibuktikan dengan kehadiran orang-orang Surabaya yang mempunyai ras kebanggaan dan rasa memiliki yang tinggi atas daerah asalnya.
Mau bukti? saya telah bertahun-tahun bergaul dengan seorang teman yang berasal dari Surabaya. Dimana sangat kentara kebanggaannya atas daerah asalnya. Tapi itu bukan satu-satunya alasan untuk membuat generalisasi, masih ada lagi fenomena lain di ekstradisi penghuni terakhir (petir), salah satu acara reality drama di ANTV. Catur memilih menyelamatkan Atma, dengan alasan yang sangat simpel. Mungkin aneh bagi orang lain, tapi tak membuat saya kaget. Alasannya sama-sama dari Surabaya.
Satu lagi, kenapa saya semakin yakin dengan menggebu-gebunya semangat nasionalisme orang Surabaya. Adalah hasil ngobrol dengan seorang teman yang mengatakan kalau MM UNAIR tidak bagus dan kekurangan mahasiswa. Harap diingat bahwa yang berkata adalah alumni FE UNAIR yang memilih mengambil MM di UGM.
Yang membuat saya heran adalah, mengapa Sampoerna Foundation memasukkannya dalam salah satu sekolah yang mendapat kehormatan menjadi sekolah bagi penerima beasiswa Sampoerna?
Mencengangkan, karena Sampoerna hanya mau bekerja sama dengan sekolah bisnis terbaik di Indonesia dan luar negeri (sekelas Harvard, Wharton dan Kellog di Amerika). Lagi-lagi alasannya, karena sesama Surabaya.
Riwayat Sampoerna sebagai perusahaan yang punya nasionalisme tinggi tak diragukan lagi. Mulai dari membawa para buruh Sampoerna menjadi juara Marching Band tingkat dunia. Hingga program-program beasiswa dan acara yang mengankat budaya bangsa.
Kemudian saya berandai-andai, bila orang-orang Surabaya bisa menularkan sikap mereka ini pada seluruh anak bangsa. Mungkin bangsa ini telah maju dengan pesatnya. Karena bagaimmanapun jua, tanpa rasa kebanggaan dan rasa percaya diri, maka kita tak akan bisa menjadi lebih baik.

No comments: