Thursday, December 27, 2007

Refleksi 2007...

Tahun 2007, bagiku adalah tahun yang penuh kejutan, dan penuh nikmat. Tahun ini menandai awal siklus hidupku memasuki dunia kerja, setelah sebelumnya berada di dunia akademis. Sebuah dunia yang dulu hanya ada dalam angan, tanpa terasa telah kulalui lebih dari satu tahun.

Kedua, tahun ini menjadi awal untuk pergantian karir yang sangat cepat. Bayangkan aku berganti pekerjaan 3 kali dalam setahun. Oh My God, pantaslah aku disebut sebagai kutu loncat. Tapi ini sebenarnya bukan predikat yang bagus, karena aku berharap 2008 aku bisa lebih setia dalam satu perusahaan.

Ketiga, ini adalah awal dari sebuah adaptasi luarrr biasa, dari kehidupan mahasiswa menjadi seorang pekerja. Dari kampung pindah ke kota. Ini bukan suatu hal yang mudah, tapi sejauh ini aku merasa menikmati sajah apa yang ada di hadapanku. Jakarta yang mengerikan bagi banyak orang, justru sangat seksi buatku, karena menawarkan banyak peluang, dan tantangan yang siap dieksplorasi.

Keempat, tahun ini aku berlibur ke tempat-tempat eksostis. Bulan Maret berkunjung ke Losari Coffee Plantation, dan bulan Desember ini akhirnya aku kesampaian menginjakkan kaki di Bumi Sumatra, walaypun baru sebatas sampe di Lampung.

Kelima, tahun ini aku tetap melanjutkan kehidupan yang selalu penuh warna dan aktivitas. Banyak orang bilang, setelah bekerja, kita akan terasing, dan terfokus pada pekerjaan, semua waktu tersita hanya buat itu. Ternyata gak juga, selama setahun berkarir, aku masih bisa ikutan kegiatan sosial, reuni kesana-kemari, baca novel-novel dan buku favorit, ampe nulis blog juga. Malah menurut aku, kegiatanku makin menggila semenjak di Jakarta heheh.

Keenam, tahun ini aku menjadi lebih terasah interpersonal skill-nya, mampu mengendalikan emosi lebih baik, mampu beradaptasi lebih baik dengan berbagai macam orang, mampu bangkit lebih cepat dibanding sebelumnya, saat menghadapi keadaan yang memuakkan.

Yayaya, tahun 2007 yang akan segera berakhir ditutup dengan sangat manissss. Aku optimis dengan tahun 2008, aku akan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Amin...



Jakarta, 271207
Mengenang Setahun Melangkah...

Friday, December 14, 2007

Kiat Bertahan Di Jakarta...

Gak terasa ternyata hampir genap setahun aku tinggal di Jakarta. Sebagai seorang perantau dari kampung. Ada banyak pelajaran tentang gimana bertahan hidup di tengah kota yang banyak diimpikan, sekaligus mengerikan, bagi banyak orang.

Di sini aku hanya ingin berbagi pengalaman, gimana sih bertahan dan beradaptasi dengan Jakarta... Mungkin ini berguna juga buat teman-teman lainnya yang "terpaksa" meninggalkan zona nyaman di daerah untuk ke Jakarta dengan berbagai alasan.

Pertama, Jakarta menawarkan banyak peluang maka pinter-pinterlah untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Kedua, jadilah orang yang proaktif. Jakarta tidak akan menerima orang-orang yang pasif, serba menunggu. Apabila hanya menunggu maka Anda akan segera tergilas oleh yang lain. Ini adalah negeri penuh kompetisi, maka bersiaplah masuk dalam arena kompetisi.

Ketiga, selalu berpikir positif. Jakarta penuh dengan problematika, sebagaimana kota besar lainnya. Dibutuhkan pemikiran positif, biar kita tidak terjebak dalam stres yang berlebihan, dan melebih-lebihkan suatu hal.

Keempat, perbanyak teman. Karena di Jakarta yang super sibuk teman sangat diperlukan untuk sekedar berbagi dan curhat, menangkap peluang baru, karir yang lebih baik dll. Teman yang banyak gak akan pernah merugikan.

Kelima, mesti berpikiran terbuka. Jakarta adalah masyarakat majemuk dengan berbagai macam latar belakang. Oleh karena itu sistem nilai yang dianut juga sangat beragam. Oleh karena itu, jangan kaget bila ada hal-hal yang mungkin sangat bertentangan dengan sistem nilai yang kita anut. Maka seandainya ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang kita anut, ya kelapangan dada untuk menerima orang lain apa adanya adalah sebuah keharusan.

Keenam, kemauan untuk belajar dan mencoba hal baru. Jakarta selalu berubah setiap saat, bila kita hanya terdiam, maka akan tertinggal oleh perubahan yang terjadi, dan pada akhirnya akan tersingkir. Makanya untuk bertahan dan menang dalam kompetisi di Jakarta, kita harus terus belajar dan belajar...

Hmmm kayaknya itu deh ya, pengalaman yang bisa dibagi setelah setahun bertualang di rimba Jakarta...


Jakarta, 141207
Sedang Ingin Berbagi..

Semua Orang Ingin Didengar...

Yayaya beberapa hari terakhir ini, aku banyak sekali menjadi pendengar bagi banyak teman-temanku. Menjadi pendengar memang bukan pekerjaan yang gampang, dan aku sendiri masih belajar menjadi pendengar yang baik.

Tapi percayalah, menjadi pendengar yang baik akan membuat kita punya banyak teman, dan juga bisa banyak belajar dari pengalaman mereka. Apalagi Jakarta yang super sibuk, dan tingkat stres yang tinggi. Semua orang merasa perlu berbagi permasalahannya, bukan karena mereka butuh solusi.

Mereka hanya ingin bercerita. Mereka hanya ingin menumpahkan uneg-uneg. Hanya itu saja. Namun sayangnya, di saat yang sama semua orang juga sibuk. Semua orang juga ingin didengarkan. Apabila kita mau sedikit saja menurunkan ego, untuk menjadi pendengar dampaknya akan sangat luarrr biasa.

Semoga aku akan menjadi pelajar yang baik, untuk menjadi pendengar yang baik...


Jakarta, 141207
Siang-siang Ngeblog

Friday, December 07, 2007

Kemajuan Teknologi dan Perubahan Perilaku...

Beberapa hari yang lalu, aku menerima forward sms dari seorang teman. Isi sms-nya adalah undangan pernikahan teman semasa kuliah di MM UGM. Lalu aku berpikir, betapa hebatnya teknologi sehingga mengubah perilaku manusia, dan menerobos kebiasaan dan tata krama lama yang telah terbentuk.

Bagi orang-orang segenerasi denganku, hal ini mungkin biasa saja. Undangan pernikahan yang hanya dikirim via sms, dan bukan dari Sang Pemilik Hajat pula. Coba bayangkan bila sms ini dikirim ke generasi Bapakku, atau gak usah terlalu jauh, misalnya generasi yang 10 tahun lebih tua dari aku?

Aku sangat yakin, mereka akan marah-marah, dan gak akan datang. Bagi generasi mereka, undangan itu harus bersifat formal, harus ada undangan resmi dalam bentuk cetakan. Atau mungkin kalau dia golongan terhormat, orang tersebut diminta langsung oleh Sang Pengundang dengan berkunjung atau "sowan" dalam istilah bahasa Jawa. Golongan ini mana mau datang, bila tidak ada undangan yang benar-benar personal ditujukan ke mereka.

Ini sangat berbeda dengan generasi baru yang lebih mengutamakan kepraktisan, dan melek teknologi. Undangan pernikahan tidak perlu dikirim dalam bentuk fisik. Penyebaran undangan melalui mailing list, sms, bahkan seperti yang aku terima via forward sms dari sesama teman, itu juga bukan masalah.

Tipa generasi memang berbeda. Dan sangat menarik melihat perubahan perilaku konsumen dari waktu ke waktu. Selamat datang di era kepraktisan dan candu teknologi.


Jakarta, 071207
Menulis Pagi-Pagi...

Friday, November 30, 2007

Pekerja Bukanlah Mesin Produksi...

Ada sebuah wacana yang menarik, benarkah pekerja hanya mesin produksi??? Hari gini masih berpandangan seperti itu??? Bersiaplah ditelan jaman. Karena saat ini pekerja lebih pintar, dan tahu akan hak-haknya. Oleh karena itu, jangan pernah menganggap pekerja hanyalah mesin tak berperasaan yang bisa diperas, dan dimaksimalisasi, lalu dibuang setelah tak dibutuhkan.

Ini adalah era dimana pekerja mempunyai kebanggaan yang tinggi, dan tahu berapa mereka pantas dihargai. Dan ingat penghargaan bukan hanya masalah uang, tapi juga penghargaan lainnya, misalnya pengakuan, apresiasi, dan perlakuan layaknya manusia yang mempunyai harkat, dan martabat.

Orang-orang yang mengalami frustasi karena diperlakukan secara tidak baik, bukan hanya akan meninggalkan perusahaan. Tapi mereka dengan kekuatannya, mampu menggoyahkan jalannya perusahaan.

Maka berhati-hatilah menjadi seorang manajer. Anda dituntut untuk menjadi seorang pemimpin yang dihormati, dan didengar. Bukan hanya seorang manajer yang ditakuti. Karena penghormatan membuat orang menjadi loyal, tapi ketakutan kadang akan menyulut dendam, dan anarkisme.

Jadi sapa bilang jadi pemimpin itu gampang???


Jakarta, 30 November 2007
Morning with Reflection

Thursday, November 29, 2007

Cewek Selera Bule dan Pemasar...

Semuanya berawal, saat aku dan seorang teman, berpapasan di eskalator sebuah mall dengan seorang bule bersama teman ceweknya. Temanku menggelengkan kepala, merasa heran dengan cewek yang dipilih Si Bule. "Tipe kayak gitu banyak Mas di kampung".

Semua orang Indonesia mungkin juga akan berpikir hal serupa. Cewek selera bule selalu diidentikkan dengan wajah kampungan yang tidak dianggap cantik untuk standar Indonesia. Lalu apa hubungannya dengan pemasar?

Menurut aku, ini adalah contoh paling ideal bagaimana seorang pemasar harus mengenali selera pelanggannya, bukan selera dia sebagai pemasar. Karena konsumen terkadang punya persepsi, dan standar yang berbeda dengan kita sebagai pemasar.

Oleh karena itu mengapa pemasar perlu melakukan riset, tentang apa sih yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen potensialnya. Jangan sampe kejadian orang Bule dikasih cewek "cantik" berwajah Indo, yang menurut mereka jelas gak menarik.

Jadi aku agak kawatir bila seorang pemasar, membuat konsep atau meluncurkan produk berdasarkan mood dan seleranya, bukan fokus pada apa yang diinginkan konsumennya. Entahlah, aku sendiri masih sangat hijau di dunia pemasaran...


Jakarta, 291107
Awali Hari dengan Semangattt

Tuesday, November 27, 2007

Pahlawan Baru Bernama Andrea Hirata...

Hari Minggu (251107), aku datang di acara diskusi buku Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata di Toko Buku Gramedia Matraman. Hmmm, ternyata sambutan dan antusias penggemar buku ini luarrrr biasa, ruangan yang besar dan megah itu pun terasa sempit. Karena semua penggemar Laskar Pelangi tumpah ruah. Mungkin sekitar 300-500 orang hadir di sana.

Hal ini tentunya sangat membanggakan, dibalik keprihatinan dan kegundahan kita bahwa minat membaca Bangsa ini yang sangat rendah. Dan yang lebih menggembirakan lagi, para penggemarnya ternyata sangat beragam. Dari anak-anak SD, hingga orang tua. Dari kelas menengah bawah, hingga kelas atas.

Bisa dibilang buku ini memang sensasional. Aku membacanya jauh sebelum buku ini meledak seperti sekarang. Aku telah membaca bukunya sekitar setahun yang lalu. Saat pertama kali buku itu muncul di toko buku. Aku membaca ringkasan cerita di sampul belakang, lalu menangis terharu karena cara bertuturnya yang menyentuh. Dan aku memtusukan buku ini wajib dibeli.

Dan tak kusangka, buku ini menuai histeria yang begitu luarr biasa dari pecinta buku di Indonesia. Buku ini mungkin datang di saat yang pas. Ketika masyarakat dilanda keputusasaan menjalani kehidupan yang serba semrawut dan susah... Andrea hadir dengan memoarnya, melawan berbagai keterbatasan untuk mengejar cita-cita. Dan akhirnya ia mencapai pucak kesuksesan, dan ini membangkitkan inspirasi bagi orang-orang yang ingin sesukses Andrea.

Salut buat Andrea, dengan posisinya sekarang yang punya banyak pengagum. Dia tetaplah seorang pribadi yang rendah hati, dan menganggap dirinya hanyalah orang udik. Aku pikir ini adalah nilai jual yang sangat penting untuk personal branding.

Konsumen Indonesia selalu mengidolakan orang-orang yang rendah hati. Apalagi ia adalah seorang David yang tertindas, yang mampu mengalahkan Goliath. Sebuah epik yang bukan hanya disukai oleh pembaca, tapi juga media karena punya nilai jual yang tinggi.


Jakarta, 271107
In The Mornin Light...

Friday, November 23, 2007

Saat Harus Memilih...

Yayaya, kadang kita dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apakah kita harus meninggalkan zona nyaman yang ada saat ini??? Saat semuanya lebih mapan, enak. Sementara ada sebuah pilihan lain, dimana akan sedikit merugikan untuk jangka pendek, tapi bila berjuang dengan keras, akan sangat menguntungkan di masa depan.

Lalu aku harus memilih yang mana? Sebagai manusia yang rasional, tentu saja akan memilih yang sekarang. Toh semua sangat nyaman dan stabil, mengapa harus mencari yang rumit?

Tapi di sisi lain, aku berpikir. Mengapa tidak mengambil tantangan ini??? Ini tentunya sangat seksi dan menggairahkan... Aku selalu ingin tantangan baru, dan tampaknya pilihan lain ini akan mendorongku untuk melesat lebih maju lagi.

Entahlah sepertinya aku seperti biasa akan mengambil tantangan ini... tapi belum tahu juga. Masih ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, dan butuh pertimbangan yang lebih matang. Semoga aku bisa berpikir dengan lebih jernih.


Jakarta,231107
Selepas Sore Hari...

Thursday, November 22, 2007

Kompas, Koran Tempo, dan Ribu-Ribut Busway...

Beberapa hari yang lalu ribut-ribut dan polemik soal Busway begitu hangat, di tengah Jakarta yang mulai dingin karena musim hujan. Ada yang menarik disini, bahwa ternyata liputan dari kedua koran besar nasional mengenai isu ini hampir bertolak belakang.

Kompas beberapa kali mengangkat tema Busway sebagai biang kemacetan dimana-mana. Semua persoalan kemacetan ditumpahkan ke proyek ini, dan pemerintah yang tidak mendengarkan keluhan masyarakat soal makin parahnya kemacetan akibat proyek ini.

Di sisi lain, Koran Tempomengangkat isu ini, dengan pemberitaan yag lebih berimbang. Koran Tempo melihat, memang terjadi kemacetan akibat proyek ini. Tapi Busway adalah solusi terbaik saat ini, sebelum Jakarta macet total!!!

Dan yang lebih menarik lagi, Koran Tempo menurunkan berita tentang demo masyarakat yang mendukung pemerintah DKI untuk meneruskan proyek Busway. Dan tampaknya berita ini tidak muncul di Kompas.

Pertanyaan berikutnya, ada apa dengan Kompas??? Apakah Kompas memang menyuarakan hanya apa yang ingin didengarkan para pembacanya??? Karena dalam asumsi aku, pembaca Kompas adalah kelas menengah atas profesional yang mapan baik secara intelektual maupun ekonomi, yang tentunya menjadi korban kemacetan proyek Busway. Dan mereka tentunya didominasi golongan yangyukkkk menggunakan kendaraan pribadi.

Pelajaran kedua yang menarik adalah, ternyata betul sekali peran media sangat penting dalam membentuk opini publik. Dan media sekali lagi tidak pernah bebas nilai. Walaupun selama ini Kompas dianggap sebagai media nasional yang paling kredibel dan independen.

Akhir kata, aku perlu menegaskan bahwa aku adalah pembaca Kompas dan Koran Tempo. Namun lebih menyukai Koran Tempo, dengan berbagai alasan yang pernah juga aku tuliskan di blog ini. Di sisi lain, aku adalah pengguna Busway sebagai sarana transportasi favorit. Oleh karena itu sekali lagi mesti ditegaskan, jelas tulisan ini tidak bebas nilai!!!


Jakarta, 221107
Jam Makan Siang...

Thursday, November 15, 2007

Jaman Boleh Beda, Tapi Kita Tetap Doyan Rumpi...

Aku lupa dari mana sumbernya, berdasarkan sebuah hasil penelitian tentang penggunaan internet di Indonesia, situs paling populer di Indonesia adalah kaskus, diikuti oleh friendster.

Ini seperti mengingatkan kembali diskusi seru di kelas Consumer Behaviour Analysis, sewaktu kuliah di MM UGM. Waktu itu aku bilang, jaman boleh berganti, teknologi mungkin makin canggih. Tapi sifat dasar orang Indonesia yang doyan bersosialisasi tidak mengalami perubahan yang mendasar.

Perubahan hanya terjadi pada medianya. Kalo jaman dulu orang Indonesia, hobi ngumpul di beranda atau pos kampling. Di beberapa daerah lain, warung kopi adalah tempat untuk berkumpul, misalnya di Aceh.

Lalu kemudian, masyarakat perkotaan yang lebih modern mulai mengenal mall dan kafe. Maka tempat-tempat tersebut menjadi arena bersosialisasi berikutnya. Nah jaman yang semakin maju, dan orang-orang yang makin sibuk ternyata tidak mengubah perilaku secara mendasar.
Kedatangan internet menjadikannya sebagai media baru untuk sosialisasi. Warung kopi siskampling, atau kafe, berubah wujud menjadi kapling-kapling forum diskusi untuk menyalurkan hasrat rumpi.

Makanya tidak heran bila kaskus yang merupakan forum diskusi yang membahas segala hal, dan juga friendster yang merupakan ajang pamer dan sosialisasi, sangat populer di Indonesia. Ini sangat berbeda dengan konsumen Barat yang lebih individualis, mereka menggunakan internet untuk mencari informasi untuk berbagai keperluan.


Jakarta, 151107
Lagi tugas di luar kantor...

Wednesday, November 14, 2007

Toko Online di Indonesia, Efektif kah????

Pertanyaan ini tiba-tiba muncul dibenakku, saat beberapa hari yang lalu aku browsing di internet untuk cari info soal harga HP. Jadi kepikiran, alangkah malangnya mereka seandainya semua konsumen seperti aku. Cari informasi dan harga di ineternet, belinya di outlet dunia "nyata".

Dan aku pikir pasti banyak sekali konsumen Indonesia yang seperti aku. Alasannya, pertama tidak banyak orang yang punya akses ke internet. Kedua, orang Indonesia masih belum terlalu percaya dengan keamanan berbelanja di internet. Ketiga, orang Indonesia tidak terbiasa melakukan pembelian secara individual, mereka sangat butuh nasehat dan penilaian orang lain.

Keempat, tidak banyak konsumen Indonesia yang begitu sibuknya sehingga harus membeli via online. Kelima, orang Indonesia lebih ingin mempertontonkan pada orang lain saat dia menenteng produk yang dibeli. Karena itu memberikan kepuasan tersendiri.

Keenam, bagi orang Indonesia berbelanja itu merupakan bagian dari rekreasi. Untuk yang satu ini, aku ingat masa kecil di Sorong yang gak banyak hiburan, tiap hari Minggu kita sekeluarga pergi ke pasar tradisional untuk beli sayuran dan segala kebutuhan lainnya, sekaligus rekreasi.

Saat ini setelah pindah ke Solo, tentunya berbelanja tetap bagian dari ritual rekreasi tapi tempatnya berpindah ke mall. Maknya jangan heran bila di Indonesia, pengusaha berlomba-lomba membuat mall.

Jakarta, 141107
Malam yang Dingin...

Thursday, November 08, 2007

Sendokgarpu.com, dan Pentingnya Mengenal Karakter Konsumen...

Beberapa waktu yang lalu, berkat kunjungan ke blognya Pak Nukman, jadi tahu yang namanya Sendok Garpu.
Ternyata memang situs sendokgarpu sangat bagus dari sisi desain, dan juga sangat inovatif dalam menarik hati konsumen Indonesia.

Alasannya, pertama Sendok Garpu menyediakan forum bagi pengunjung untuk saling berbagi satu sama lain. Kedua, setiap pengunjung bisa memasang fotonya di sana. Konsumen Indonesia pastinya senang sekali dengan ide ini. Karena sebagai masyarakat yang gemar bersosialisasi, pamer pada orang lain adalah hal yang wajib.

Ketiga, setiap orang dimotivasi untuk memberikan komentar terbanyak, karena akan ada pemeringkatan komentator terbanyak yang akan dipajang di halaman depan situs web, dan juga dapat hadiah. Di sisi lain, di alam bawah sadar orang Indonesia, selalu ingin aktif berkomentar, karena ingin orang lain tahu, bahwa ia sudah mencoba berbagai restoran, disamping motivasi lain, untuk berbagi.

Salut deh buat mas Sastro yang udah mengembangkan situs ini. Situs yang baru akan berulang tahun pertama pada 4 Desember ini, tampaknya sudah cukup dikenal di kalangan pecinta kuliner. Ini menunjukkan usaha dan kerja keras yang dilakukan Mas Sastro sebagai orang dibalik situs ini memang tidak sia-sia.

Selamat dan sukses untuk Mas Sastro. Indonesia butuh orang-orang muda yang hebat seperti Anda. Dan ditunggu inovasi-inovasi selanjutnya, agar situsnya makin dikenal.


Jakarta, 081107
Sore yang Cerah...

Tuesday, November 06, 2007

Generasi Muda Baca Koran Tempo...

Kali ini aku tertarik menulis soal Koran Tempo. Jujur saja aku adalah pelanggan loyal Koran Tempo, dibandingkan Kompas. Pertama, aku suka dengan gaya bahasanya. Kedua, karena bentuknya yang ringkas. Ketiga, topik yang diangkat pas banget dengan seleraku. Sesuatu yang gak biasa, sesuatu yang keren ajah menurut aku. Misalnya rubrik hari minggu, mengangkat rubrik profesi-profesi yang langka, dan unik khas urban.

Namun aku sekarang tertarik untuk membahas lebih mendalam dari sisi pemasaran. Koran Tempo sangat cerdas, dan konsisten membidik kaum intelektual muda terutama mahasiswa perkotaan. Ini bisa dilihat dari rubrikasinya yang banyak memuat info seputar kegiatan mahasiswa, dan suara mahasiswa. Info kegiatan kampus juga banyak ditemukan disini.

Dari strategi distribusi, aku juga ingat. Saat aku kuliah dulu, Koran Tempo di kampus-kampus dijual dengan harga khusus Rp. 1000,00. Jauh dari harga yang tertera, yang pada saat itu Rp. 2.300,00. Sebagai mahasiswa yang duitnya terbatas, kehadiran koran dengan harga yang murah tentunya gak akan ditolak dong???

Hal lainnya, Koran Tempo selalu menjadi yang terdepan dalam hal inovasi. Misalnya, dari segi desain dan ukuran sudah beberapa kali mengalami perubahan. Hal ini kan sangat mencerminkan jiwa muda, yang selalu menginginkan perubahan, dan anti kemapanan. Dan kita tentunya menjadi saksi bagaimana koran sebesar Kompas tergopoh-gopoh untuk mengubah gaya bahasa, desain, dan ukurannya menjadi lebih kecil.

Ini berarti, Koran Tempo berhasil dipersepsikan sebagai korannya generasi muda, sehingga Kompas merasa perlu berbenah biar tidak dianggap koran yang tua dan membosankan.

Strategi menyasar mahasiswa menurut aku ide yang cerdik. Ini memang strategi jangka panjang, karena diharapkan para mahasiswa ini nantinya akan loyal dengan Koran Tempo walaupun bukan lagi berstatus mahasiswa. Alasan kedua, mahasiswalah yang mempunyai budaya membaca yang lebih dominan dibandingkan kelompok lainnya.

Hanya tinggal menunggu momentum, hingga Koran Tempo akan menjadi pesaing terkuat Kompas. Seperti halnya Yamaha, yang mampu menyalip Honda sebagai produsen motor terbesar di Indonesia.


Jakarta, 061107
Menjelang Sore...

Wednesday, October 31, 2007

Medley Dan Masa Lalu

Hmmm menarik sekali, tantangan yang ditawarkan oleh "Medley". Aku diminta untuk menjawab pertanyaan, jika bisa mengubah sesuatu di masa lalu, apa yang ingin diubah? Sebenarnya aku tak terlalu tertarik berandai-andai soal apa yang ingin kuubah dalam hidupku. Jadi pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab.

Kalo pun harus dijawab, mungkin aku akan mengatakan andai aku dulu sekolah SMU di kota besar. Kenapa? Hmmm karena aku merasa sangat tertinggal dibanding teman-teman, yang baru kusadari saat aku kuliah.

Aku bersekolah di daerah dengan fasilitas yang sangat minim. Informasi juga sangat terbatas. Seandainya ketika itu aku bersekolah di Jakarta, Bandung, atau kota besar lain, mungkin aku akan berkembang lebih cepat, dan menjadi manusia yang lebih baik.

Ketika aku berkuliah di Bandung. Aku tergagap dengan lancarnya teman-temanku berbahasa asing. Aku terperangah dengan pengalaman ekstrakurikuler yang pernah mereka ikuti. Terperangah juga, bahwa ternyata ada banyak kegiatan perkukaran pelajar dan beasiswa ke luar negeri yang infonya gak pernah nyampe di SMU-ku.

Andaikan aku bisa mengulang masa SMU-ku, pasti masa-masa itu akan lebih bermakna. Aku akan melaju lebih pesat dibanding aku yang sekarang. Aku membayangkan, aku menjadi pribadi yang lebih terbuka pada hal-hal baru. Dan aku lebih mudah beradaptasi dengan orang-orang baru.

Tapi seandainya tombol pemutar waktu itu memang ada. Rasanya aku juga akan berpikir terlebih dulu, untuk menggunakannya. Karena setiap bagian drama hidupku karena proses yang kualami...

Terinspirasi oleh http://medleymovie.blogspot.com


Jakarta, 311007
Sore yang Mendung...

Monday, October 29, 2007

Mari Berkelana Bersama Traveler's Tale


Kebetulan seorang teman berbaik hati meminjamkan buku ini. Buku ini ditulis oleh Adithya Mulya, Ninit Yunita dan dua orang lagih (maafkan lupa namanya soalnya banyak bener penulisnya).Ternyata isinya keren bangettt. Di samping banyolannya yang seru bikin ketawa-ketawa sendiri. Aku juga belajar banyak hal tentang berbagai negeri yang jauh. Hmm jadi pengin nich jalan-jalan keluar negeri, ingin melihat dunia luar, biar pemikiranku yang kerdil ini lebih tercerahkan.
Buku ini juga dibumbui dengan kisah tentang sahabat yang kemudian saling jatuh cinta. Cerita cintanya sih standar, tapi jiwaku yang mellow inih, selalu saja terhanyut dengan kisah-kisah cinta yang romantik. Karena cara penuturannya yang tidak biasa, penuh dengancitarasa drama dan komedi. Cerita yang membuatku terharu sekaligus tertawa di saat yang bersamaan.
Membaca buku ini sekaligus memberikan warna baru dalam referensi bacaanku yang selama ini lebih banyak dengan buku-buku sastra yang lebih rumit. Bahasa yang lebih cair dan lugas, tentunya memberikan citarasa baru dalam kekayaan bahasa yang aku miliki.

Jakarta, 261007
On Cloudy Afternoon…

Get Married, Sumpah Pemuda, dan Konflik Indon-Malingsiah..

Yayaya, apa keterhubungan di antara ketiganya??? Pasti Anda semua bertanya-tanya dalam hati. Semuanya bermuara pada satu kata NASIONALISME. Ceritanya kemarin aku baru saja nonton untuk kedua kalinya, film Get Married. Terus seorang teman berkomentar, ternyata keren juga filmnya. Padahal sebelumnya dia selalu males nonton film Indonesia di bioskop!!! Dan dia bukanlah orang pertama, seorang teman lain malah lebih ekstrim, dia telah mengambil kebijakan, tidak akan pernah mau nonton film Indonesia di bioskop!!!

Aku kok jadi ngerasa miris ajah. Kebetulan juga kemarin itu kan hari sumpah pemuda, yang notabene semangat nasionalisme harusnya sangat menggebu-gebu. Tapi bukankah kita memang sedang menggebu-gebu dengan nasionalisme??? Secara kuping kita begitu merahnya, mendengar beberapa lagu kita diklaim Malaysia sebagai lagu mereka. Kita langsung mencak-mencak, dan terbakarlah api nasionalisme kita.

Sebenarnya bangga juga bangsa ini masih punya kepedulian pada aset bangsa. Tapi kok ya reaktif??? Kenapa setelah lagu itu diakui oleh negara lain baru teriak-teriak. Selama ini kita kemana sajah??? Bukankah kita juga bukan pemilik yang baik??? Bukankah lagu-lagu itu juga selama ini kita abaikan begitu sajah??? Teronggok di pojokan berdebu, sementara kita sibuk dengan musik pop Barat, atau J-rock dll??

Jadi teringat kembali dengan film Indonesia. Kalo bukan kita yang menghargai dan menonton, terus sapa lagi??? Jangan-jangan kita baru bereaksi juga kalo ternyata film kita meledak di negara lain??? Lalu film itu diklaim milik orang lain. Marilah kita belajar dari pengalaman ini. Jadilah bangsa yang apresiatif, bukan manusia yang reaktif.

Mungkin benar beberapa film Indonesia gak mutu. Tapi tidak bisa disamaratakan semuanya kan??? Aku juga milih-milih dalam nonton film Indonesia. Tapi aku tidak pernah merasa alergi untuk nonton film Indonesia di bioskop. Karena dengan menonton karya anak negeri, pertama, kita belajar mengenali diri kita sendiri. Kedua, menghidupkan industri film Indonesia. Dengan industri film yang lebih baik, film yang dihasilkan akan lebih baik. Dan pada akhirnya karya anak negeri makin diakui di dunia internasional. Dan Indonesia makin eksis dari sisi diplomasi budaya (meminjam istilah seorang teman).

Satu kata terakhir, berikanlah kontribusi kita untuk bangsa ini, sesuai dengan cara kita masing-masing...


Jakarta, 291007
Memulai Hari Ini Dengan...

Friday, October 26, 2007

On Aris, Just Be Proactive

Proyek keenam untuk "My Guru of Life", aku ingin berterima kasih pada Aris. Dia adalah partner kerja di D&D General. Karena dia adalah supervisor Net Ezy cabang Buah Batu, Bandung.

Sebenarnya kita kenal baru beberapa bulan sih, semenjak aku kerja di perusahaan ini. Itu berarti lima bulan yang lalu. Namun aku sangat terinspirasi, dan banyak belajar dari dia, atas sikap kreatif dan selalu proaktif.

Selama ini, kita banyak kerja bareng terutama dalam hal laporan. Dia mengirimkan laporan ke aku, untuk laporan harian dan mingguan. Dan yang aku sangat suka adalah, laporan yang dikirim selalu rapih, dan melebihi harapan.

Dan tampaknya setiap minggu dia menambahkan data-data baru, yang tentu saja sangat berguna. Dari dia, aku jadi belajar bagaimana sih menjadi seseorang yang benar-benar berdedikasi atas pekerjaannya. Belajar menjadi seorang yang proaktif, dan selalu melakukan sesuatu tanpa harus diminta. Hmmm, tampaknya karakter seperti itu belum mendarah daging dalam diriku.

Hatur Nuhun atuh Kang Aris, telah menjadi Guru dalam kehidupan sayah. Sayah banyak belajar dari Anda.


Jakarta, 261007
Menuju Weekend...

Thursday, October 25, 2007

Maka Dengarkanlah...

Mendengar, ya banyak sekali orang hebat mengajarkan padaku, "Jadilah pendengar yang baik". Sesuatu yang sangat mudah diucapkan, tapi ternyata sangat sulit buat orang dengan superego yang tinngi sepertiku, untuk menjadi pendengar yang baik.

Setelah melalui proses yang panjang, dan berusaha menjadi pendengar. Aku baru tahu, ternyata memang luarrr biasa ketika kita mau mendengar. Pertama, orang-orang menjadi lebih percaya pada kita. Kedua, kita bisa belajar lebih banyak dari orang lain, yang pada akhirnya sangat berguna buat diri sendiri. Ketiga, kalo dulu aku berpikirmenjadi pendengar itu berarti kalah pinter, dan terlihat bodoh.

Ternyata pendapat itu sangat-sangat salah. Menjadi seorang pendengar, berarti kemenangan tersendiri. Karena bisa menahan diri untuk tidak terlihat menonjol. Dan kedua, menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan orang lain. Gak tahu, mungkin bagi orang lain ini sesuatu yang gampang. Tapi bagi aku yang bodoh ini, dan baru belajar mengenali dunia. Ini sesuatu yang sangat menarik.

Ini bukan berarti aku telah menjadi pendengar yang baik. Aku hanya mengatakan, bahwa aku telah menjadi pendengar yang lebih baik dari sebelumnya. Aku masih jauh dari sosok pendengar yang baik, maka aku harus lebih banyak belajar...

Jakarta, 251007
On Rainy Day...

On Belly, That Always Become Better

Untuk proyek kelima ini, aku ingin berterima kasih pada Belly. Dia adalah teman sejak pertama kali menginjakkan kaki di HI UNPAD. Ada beberapa hal menarik yang kemudian aku pelajari setelah kita selama beberapa tahun berteman, hingga saat ini.

Pertama, hal yang paling aku ingat dari dia adalah kemauan untuk belajar, bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya dia tidak terlalu tertarik. Tapi dia selalu bilang, itu penting biar nyambung kalo diajak ngobrol ama orang-orang. Lalu aku pikir, hmmm bener juga yah. Paling gak kan kita tahu sedikit kulit luarnya, sehingga orang jadi nyaman ngobrol dengan kita.

Kedua, Belly adalah pendengar yang baik. Dia selalu mau menurunkan egonya, dan bersikap rendah hati untuk mendengar dari orang lain, lalu menerapkannya. Ini mungkin yang unik karena kebanyakan dari kita mungkin, berlagak mendengar, tapi benarkah kita menerapkan tips yang pernah kita dapat? Dia adalah bagian dari yang sangat langka itu...

Ketiga, selama perjalanan bertahun-tahun kita berteman. Aku melihat perkembangan pesat dalam dirinya. Aku kan kenal dia semenjak dia lehor-lehor (itu adalah bahasa di antara kita untuk sikapnya yang mudah lelah, dan cepet bete), hingga menjadi orang yang sangat agresif, dan penuh dengan berbagai prestasi terutama di bidang nyanyi-menyanyi.

Keempat, ini baru aku sadari belakangan ini. Belly dengan modal sikapnya sebagai pendengar yang baik, mengalami perkembangan yang terus menanjak. Ketika aku melihat beberapa orang mengalami pasang surut dalam menggapai apa yang diimpikan. Waktu seringkali membuat semangat seseorang mengendur, ibarat kurva semangat seseorang bergelombang. Namun dalam diri Belly, aku justru melihat kurva itu terus menanjak lagi, lagi, dan lagi...

Dalam sebuah kalimat singkat, aku belajar tentang belajar menjadi pendengar yang baik, dan konsisten mempertahankan semangat yang tak pernah surut...


Jakarta, 251007
In The Mornin Light

Wednesday, October 24, 2007

Pesta Blogger 2007

Kemarin, tepatnya tanggal 23 Oktober 2007. Aku merasa senang dan tersanjung, karena di e-mailku masuk undangan dari panitia Pesta Blogger 2007. Aku mendapatkan kehormatan menjadi undangan pada acara tersebut, karena blogku dianggap cukup dikenal di kalangan komunitas blogger.

Mengapa merasa bangga, karena sebelumnya aku berusaha mendapatkan free pass bagi 100 pendaftar pertama. Dan ternyata harapan itu akhirnya pupus. Karena aku memang telat untuk mendaftar. Padahal aku pengin banget ikut ke acara ini, tapi gak punya duit kalo mesti kasih donasi 100 ribu hehehe.

Hmmm, rasanya senang ajah, bahwa blog yang aku tulis mendapatkan pengakuan di kalangan komunitas blogger. Padahal menurut aku isinya sih biasa ajah. Aku hanya menuliskan perenungan-perenungan singkat yang sering berseliweran di kepala.

Yayaya, aku ini ibarat seorang bayi yang masih tertatih-tatih. Yang masih terus berproses dalam hal dunia tulis-menulis. Dan juga mencari makna kehidupan.

Untuk panitia Pesta Blogger 2007. Great job, semoga semuanya berjalan dengan lancar. Udah gak sabar nich ingin menjadi bagian dari peristiwa yang sangat bersejarah dalam dunia perblogan Indonesia.

Jakarta, 241007
Hari Mulai Meredup...

Friday, October 19, 2007

Dongeng Sindhunata dalam "Putri Cina"


Saat libur lebaran kemarin, akhirnya aku mampu menyelesaikan satu buku. Judulnya "Putri Cina" karya Sindhunata. Seperti buku-buku sebelumnya, aku sangat terhanyut dengan caranya mendongeng yang menurutku luarrr biasa atraktif. Masih ingat "Anak Bajang Menggiring Angin"? Sebuah karya luar biasa, yang saat ini telah dinobatkan sebagai karya klasik. Dari buku itulah pertama kali, aku berkenalan dengan kedahsyatan kata-kata yang dirangkai oleh Sindhunata.

Buku ini intinya bercerita tentang perlakuan tidak adil yang dialami etnis Cina di Indonesia. Di latar belakangi peristiwa Mei 1998, karya ini dibumbu dengan peristiwa sejarah, dan mitos yang berkembang di tanah Jawa yang melintasi batas waktu.

Dalam karya ini, kita dibawa dalam sejarah kerajaan-kerajaan Jawa di masa lalu, yang dirajut indah dengan mitos-mitos yang berlindan di dalamnya. Ini tak mengherankan, karena sejarah Jawa selalu penuh dengan bumbu mitos. Penyebabnya sejak lama, sejarah Jawa lebih banyak diturunkan melalui komunikasi lisan. Kedua, masyarakat Jawa lebih suka menggunakan perlambang untuk menyampaikan sesuatu. Makanya banyak orang mencirikan orang Jawa sebagai plintat-plintut dan gak tegas.

Novel ini juga unik, karena menggabungkan dongeng dari negeri Cina dan Jawa. Yang membuatnya menjadi sesuatu yang unik, dan baru untuk pengetahuanku yang sangat terbatas tentang banyak hal.

Jakarta, 191007
Bentarrr lagi pulang...

On Diah, Always Be Happy

Untuk proyek keempat "My Guru of Life", aku pengin nulis tentang Diah Bayurini. Dia adalah temenku di MM UGM. Kita sangat pas sebagai teman sejak pertama kali ketemu wawancara di MM UGM. Alasannya sich sangat sederhana, karena kita sama-sama sanguinis yang doyan nampil, dan foto-fotohehehe.

Hal-hal yang aku banyak belajar dari dia adalah, pertama dia orangnya supel berattt. Makanya banyak banget temennya. Kayaknya dengan sapa ajah, dia selalu passs. Hmmm, kayaknya aku perlu belajar banyak nich soal ini. Karena kadang-kadang aku masih suka canggung, dan apsif di lingkungan baru.

Kedua, dia orangnya selalu cerah ceria. Mau mendung, hujan, panas terikkk teteuppp cerah ceria. Kayaknya asyik yah, hidup jadi lebih menyenangkan pastinya kalo kita selalu ceria.

Ketiga, dia orangnya sangat ekspresif dan jujur mengungkapkan perasaannya. Kadang kalo ketemu dengan orang yang munak kan jadi maless dan sebel. Diah adalah tipe orang yang sangat tidak munak, karena dia sangat ekspresip. Jadi ketahuanlah semua yang ada dipikirannya dengan gamblangnya.

Akhir kata, teteup riang gembira ya bokkk, yukkkk....


Jakarta, 191007
Weekend here I come...

Wednesday, October 10, 2007

Ramadhan Spesial Pake Telor...

Hmmm gak terasa bulan Ramadhan tahun ini hampir usai, tinggal satu hari lagi berpuasa (karena aku penganut Mahzab Muhamadiyah, secara ortu Lebaran Jumat). Ada beberapa hal yang sangat menarik, dan berbeda dari Ramadhan sebelumnya.

Pertama, ini adalah Ramadhan pertamaku sebagai seorang pekerja. Sempet takut aku bakal lemas dan gak ada energi, saat bekerja. Kebayang dari pagi ampe sore gituh mesti kerja. Ternyata baik-baik sajah, aku masih bisa bekerja dengan baik, lengkap dengan berbagai kegiatan di luar kerjaan yang juga bejibun.

Kedua, Ramadhan kali ini adalah pertama kalinya aku berpuasa di Jakarta. Dan bentar lagi akan merasakan gimana rasanya berdesak-dekan mudik di stasiun yang pastinya padat merayap. Huppphhhhh kalo dulu-dulu, hanya bisa memandang takjub di televisi, sekarang menjadi obyek penderita hehehe.

Ketiga, aku senang sekali Ramadhan kali ini aku sempat buka bareng dengan teman-teman lama. Hari-hariku padat dengan acara buka bareng dengan teman-teman alumni HI UNPAD, alumni MM UGM, alumni peserta Unilever Business Week.

Akhirnya bisa ngumpul dengan teman-teman yang udah lama banget gak ketemu. Seneng bisa denger cerita-cerita mereka. Ada yang udah jadi manajer, ada yang disekolahin dari kantornya. Ada yang mau resign buat lanjut sekolah. Macem-macem, semua cerita itu membuat aku merasa lebih kaya.

Karena aku selalu yakin, teman adalah investasi. Kita tidak tahu kapan kita akan membutuhkannya. Aku juga selalu yakin, semakin banyak teman maka semakin dekat kita pada apa yang kita impikan. Karena teman-temanlah yang akan menjadi jembatan penghubung untuk impian kita.

Terima kasih semua teman-temanku. Semoga kita masih bisa selalu berkumpul dan bertukar kabar. Untuk Ramadhan yang hampir usai, aku jadi merindukan Ramadhan tahun depan.

Jakarta, 101007
Hawa-hawa Mudik Mulai Merasuk...

Monday, October 08, 2007

"Hubbu", antara Dunia Pesantren dan Kejawen


Novel ini adalah pemenang Penghargaan Sastra GKJ 2006, ditulis oleh Manshuri. Saat membaca ringkasan ceritanya, langsung aja tertarik. Apalagi desain sampulnya sangat unik. Walaupun desain sampul yang unik, bukan berarti isinya pasti bagus. Tapi paling tidak, itu menarik orang untuk mengambil, dan mencari tahu lebih lanjut.

Novel ini, mengangkat tema yang sangat unik. Karena jarang sekali novel Indonesia mengangkat tema dunia pesantren. Tokoh utamanya adalah Jarot, atau Abdul Sattar. Dia lahir dari keluarga santri yang sangat kolot, di sebuah desa, di daerah Jawa Timur. Saking kolotnya, digambarkan Jarot dipukul, dan dihukum hanya gara-gara ikut nonton pertunjukan wayang yang dianggap haram.

Jarot akhirnya memberontak dengan ketatnya ajaran pesantren. Dia tertarik untuk mempelajari dunia luar. Pertama yang dirambah adalah dunia kejawen, dengan segala mistiknya. Lalu Jarot remaja memilih kuliah di Surabaya yang merupakan representasi kota besar, dengan tata nilai yang jauh berbeda. Di sini Jarot mulai belajar lebih banyak tentang pemikiran Barat, termasuk di dalamnya Postmodernisme, Marxisme, dan Teori Kritis. Karena dalam salah satu bagian, diceritakan Jarot fasih berdebat tentang Derrida, Max weber, Gayatri Spivak dll.

Novel ini mengikuti alur yang sangat carut-marut. Ada sudut pandang pertam, kedua, dan ketiga. Namun memang sangat pas untuk menggambarkan konflik batin seorang anak manusia yang terjepit antara dua identitas Islam dan Jawa.

Satu hal yang menarik menurut aku dari novel ini adalah, obsesi penulis yang ingin mencari titik temu antara Kejawen dan Islam, yang selama ini sepertinya ada tembok yang begitu tinggi. Namun sayangnya, pertemuan itu pun tampaknya masih menggantung, atau sengaja dibiarkan begitu agar pembaca mencari jawabnya sendiri???

Mengutip hasil penelitian dari Clifford Geertz, tentang pengelompokan masyarakat Jawa yang dibagi menjadi tiga, yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. Nah di sini, novel ini sepertinya mencoba mengangkat konflik batin akut, Jarot, yang seorang Santri, tapi ingin belajar lebih banyak tentang Kejawen.

Ini berarti dia akan masuk ke ranah kaum Abangan yang dianggap musyrik, karena walaupun memeluk agama Islam, tapi masih mempraktekkan ilmu kebatinan, mistik, dan beberapa peninggalan ajaran Hindu.

Hmmm, tampak banyak perenungan lain dari novel ini. Very recommended lah untuk dibaca. Pas banget dengan ulasan, di sampul buku ini. Bahwa karya ini menjadi pemenang penghargaan GKJ, karena karya ini sangat lengkap,dan kaya.


Jakarta, 081007
Bentar Lagi Pulang...

Wednesday, October 03, 2007

Impulse Buying...

Kemarin kebetulan mau ketemu teman di Plaza Semanggi. Jadi skalian deh, mampir ke Gramedia beli buku. Mumpung masih belum lebih dari tanggal 8, karena dengan Kartu Debit/Kredit BNI untuk kategori "Book of the Month", dapet diskon 20% untuk pembelian buku-buku terbitan Kompas/Gramedia Group.

Walhasil diboronglah tiga buku sekaligus heheh. Satu buku tentang marketing, dan dua novel "lokal". Kata-kata lokal perlu digarisbawahi karena aku berjanji pada diri sendiri, untuk mendukung penulis-penulis lokal. Bentuk dukungannya adalah dengan membeli, dan membaca karya-karya anak negeri.

Seperti biasa, kalo soal diskon aku selalu gak pernah tahan akan godaannya. Apalagi ini diskon buku, karena membeli buku itu kan investasi. Pengetahuan yang diperoleh suatu saat pasti akan sangat berguna, baik bagi diri sendiri atau orang lain.

Apalagi aku fokus dengan dunia marketing communication. Kemampuan untuk berkomunikasi, dan mengemukakan pendapat baik lisan dan tulisan menurut aku adalah modal utama.

Everybody just wait for the book review...


Jakarta, 031007
Matahari mulai condong ke Barat...

"Punya Esia Gak?"

Hmmm mungkin teman-teman yang di Jakarta, seringkali menemukan pertanyaan ini. Karena setiap kali aku berkenalan dengan teman-teman baru, pertanyaan ini sering kali muncul. Alangkah nikmatnya apabila sebuah merek menjadi sebuah standar sosial di masyarakat. Ini sama halnya, saat kita berkenalan dengan orang baru, pasti nanya "Punya FS gak?".

Apalagi masyarakat Indonesia yang sangat gemeinschaft (gemar berkumpul dan sosialiasi), menyebabkan semua orang merasa perlu untuk mengikuti sistem dan pranata sosial. Karena takut dianggap beda dari yang lain....

Hmmm aku sangat kagum dengan strategi jitu yang dilakukan Esia. Pertama kali muncul, aku bingung ini iklan produk apa. Iklanya sangat gak jelas. Lalu kemudian, muncul dengan gebrakan iklan yang menekankan pendekatan harga yang murah, dengan bungkus yang sangat emosional, dan sentimentil.

Iklan ini akhirnya sukses menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Dan nama Esia jadi makin terangkat, dan mulai menancap sebagai penyedia layanan telpon seluler paling murah. Dan setelah itu, Esia selalu konsisten menawarkan paket harga yang murah dengan berbagai macam bundel yang kreatif.

Walaupun Fren adalah yang pertama memberikan paket bundel HP dan nomor murah, yang juga sempat booming. Namun baru-baru ini Esia bikin heboh dengan paket bundel HP plus nomor termurah yang pernah ada, hanya Rp. 199.000,00 (belum termasuk PPN). Tapi terbukti paket ini menuai sambutan yang luar biasa.

Media tertarik dengan antrian yang sensasional orang yang rela mengantri dari pagi hingga sore hanya untuk mendapatkan harga asli. Karena di luaran, harganya membumbung akibat permintaan yang tinggi. Hal ini terbukti, ketika jalan-jalan ke Mall Ambassador, semua pedagang membicarakan betapa semua orang mencari paket Esia.

Congratz... untuk tim Marketing Esia.


Jakarta, 031007
Lunch Time Geto Loch...

"Good To Great", Real Great


Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya aku akan mengulas buku "Good To Great" yang ditulis oleh Jim Collins. Dan kinilah saatnya, karena akhirnya setelah sekian lama, kelar juga banyak buku.

Satu kata untuk buku ini "Great". Mengapa? Ada beberapa alasan. Pertama, buku ini didasarkan pada penelitian yang sangat panjang. Tahukah berapa lama waktu riset untuk menghasilkan buku setebal hanya beberapa ratus halaman, LIMA TAHUN. Wowww, untuk melakukannya, pasti butuh kesabaran, dan konsistensi yang luarrrr biasa.

Kedua, buku ini ditulis bukan hanya oleh Jim Collins , tapi sebuah tim besar yang terdiri atas 20 orang periset dengan berbagai keahlian dan latar belakang. Alasan ketiga, buku ini melihat dari berbagai sisi dan sangat komprehensif, mulai dari teori tentanng manajemen keuangan, kepemimpinan, idiosinkretik, content analysis (analisis isi), statistik dll. jadi bisa dibayangkan, berbagai pisau analisis baik metode kuantitatif maupun kualitatif tumpek blek jadi satu...

Ketiga, buku ini walaupun ditulis oleh para profesor dan periset yang hebat, tapi dalam penulisannya sangat mudah untuk dibaca. Sehingga orang awam pun dapat mengerti apa yang ingin disampaikan.

Keempat, penulisan buku ini menggunakan pendekatan yang menurut aku sangat unik. Kalo Anda mengenal BreadTalk dengan "open kitchen". Maka buku ini menerapkan hal yang sama, bagaimana proses penelitian, perdebatan yang terjadi, dan hal yang terkait dengan proses penelitian diungkapkan dengan detil. Beberapa hasil penelitian jurnal manajemen yang aku pernah baca, mencantumkan hal yang sama, tapi terkesan dingin dan kaku. Buku ini mampu membawanya ke ranah populer yang lebih hangat dan mudah dimengerti.

Terus apa sih sebenarnya isi buku ini? Sepenangkapan aku, buku ini ingin menjawab pertanyaan, apa sih yang membuat perusahaan "good" menjadi "great". Riset ini didasarkan pada pertanyaan dasar tersebut. Lalu mereka menemukan berdasarkan penelitian yang panjang, penyebabnya antara lain.

Pertama, pemimpin yang mementingkan kepentingan perusahaan dibandingkan popularitasnya sebagai pribadi. Sehingga setelah dia lengser dari jabatannya, sudah dipersiapkan para penggantinya yang akan meneruskan kejayaan perusahaan. Kedua, only the right people on the bus... Jadi menurut penelitian ini, perusahaan-perusahaan yang berhasil tersebut, hanya akan menginvestasikan waktu dan tenaga untuk orang-orang yang tepat, dan sisanya yang dianggap tidak tepat maka harus disingkirkan.

Ketiga, perusahan-perusahaan tersebut menerapkan Hedgehog Concept (seperti yang pernah aku ulas sebelumnya di blog ini). Intinya mereka fokus pada hal tertentu. Di sini dibedakan antara Hedgehog Concept dan Core Competence. Karena menurut Jim Collins, bisa saja core comptence perusahaan yang ada sekarang tidak akan membawanya menjadi yang terbaik di dunia.

Hedgehog Concept diperoleh melalui sebuah proses pencarian yang panjang. Hal ini bukan hanya didasarkan pada peta kemampuan yang dimiliki saat ini. Tapi pada sebuah keyakinan, bahwa kita akan mampu menjadi terbaik pada hal tersebut, dan berdisiplin untuk fokus pada tujuan tersebut.

Ya kira-kira begitulah yang aku tangkap dari buku tersebut. namun satu hal yang sangat tidak aku setujui dari buku ini. Soal konsep "Just the right people in the bus". Tampaknya sangat kejam, bahwa karyawan yang dianggap tidak sesuai akan ditendang begitu saja. Bayangkan bila sebuah perusahaan melakukan merger, apakah kemudian orang yang telah mengabdi bertahun-tahun harus ditendang begitu saja.

Hal ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran bagi setiap karyawan. Termasuk karyawan-karyawan yang terbaik sekalipun, karena siapa yang akan menjamin mereka juga tidak akan terdepak suatu saat nanti. Dan pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kinerja.

Jakarta, 031007
Hasrat Menggelegak untuk Menulis

Tuesday, October 02, 2007

Berubah atau Plin Plan?

Hmmm topik ini bukan muncul begitu saja, tapi lahir dari suatu alasan yang sangat kuat. Tetapi latar belakang, dan alasannya tidak perlu disebutkan, karena tidak akan bermanfaat apapun, selain menjelekkan pihak lain. Perlu ditekankan lagi, bahwa blog ini adalah untuk pembelajaran dan refleksi.

Kembali ke topik. Berubah itu sangat alamiah, aku juga selalu melakukan perubahan dalam diriku. Tapi perubahan juga harus disertai dengan konsistensi. Perubahan juga harus mempunyai visi ke depan, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek.

Hal ini akan menjadi plin-plan, ketika perubahan menjadi begitu sering, secepat badai. Perubahan bukan didasarkan pertimbangan matang, tapi hanya berdasar pertimbangan emosional belaka.

Apakah perubahan seperti ini akan menyehatkan? Kok rasa-rasanya enggak yah. Yah tapi apa boleh buat, terlalu rumit untuk meyakinkan soal ini, apabila kita dalam sebuah sistem. Semuanya harus melalui proses...

Jakarta, 021007
Siang Hari nan Panas....

Friday, September 28, 2007

Surat untuk Ibu

Jakarta, 28 September 2007

Untuk:
Ibuku di Sebuah Negeri yang Tenang

Dear Ibu,

Ibu tanpa terasa dua tahun sudah dirimu meninggalkan dunia ini. Tepatnya 30 September 2005, terakhir kali kumenyaksikan dirimu menarik napasmu yang terakhir kalinya. Dan kini, dua tahun kemudian semua telah banyak berubah...

Saat itu, kau selalu sibuk mempersiapkan pesta kesuksesan kami,anak-anakmu. Dan sayang sekali engkau tak bisa menikmatinya. Kini aku telah bekerja, hidup di atas kakiku sendiri, begitupun adik. Hmmm, alangkah bahagianya bila kita masih bersama-sama.

Aku belum memenuhi janjiku untuk membelikan baju-baju mahal,dan bermerek untukmu Ibu. Karena engkau terlanjur pergi, saat aku belum bisa berbuat apa-apa. Kadang aku menangis tersedu bila mengingat semua itu. Apalagi hari-hari sekarang ini mendekati lebaran, hatiku semakin miris adanya.

Tapi tak mengapa, aku yakin dirimu selalu melihat dari atas sana. Dan kau selalu seperti dulu tersenyum haru melihat setiap langkah kesuksesan yang diraih oleh anak-anakmu. Aku selalu mendoakan semoga jiwamu tenang di alam sana. Aku yakin kau lebih bahagia dari sebelumnya, karena engkau pantas mendapatkannya.



Jakarta, 280907
Malam yang Sunyi

Thursday, September 27, 2007

On Chris, I Learn Almost Every Thing Since Beginning

Yayaya, proyek ketiga untuk "My Guru of Life", adalah Chris Tri Warseno, biasa dipanggil Chris. Aku harus banyak mengucapkan terima kasih pada dia. Karena aku banyak belajar dari dia sejak awal. Aku berhutang banyak padanya, untuk siapa diriku saat ini.

Mengapa? Karena dia adalah role model, sparing partner, dan inspirasiku untuk berprestasi di masa kanak-kanak hingga sekarang. Karena kita adalah teman sejak SD, tepatnya sejak tahun 1991 ketika aku kelas 4 SD (sebelumnya aku lahir, dan bersekolah di Sorong). Kita kebetulan satu sekolah dari SD hingga SMU, saat kuliah kita memilih jalan yang berbeda. Namun saat bekerja kita sekota lagi, di Jakarta Raya inih. Dan di Jakarta ini, dia adalah partner in crime for shopping kekekekek.

Lalu apa yang aku pelajari dari dia??? Hampir semuanya. Aku termotivasi untuk berprestasi karena, waktu pertama kali kenal dia merasa takjub ajah. Dia bintang kelas, dikenal oleh banyak orang, punya jiwa kepemimpinan yang bagus. Semuanya diborong deh hehehe.

Nah maka dari itu, aku jadi terbetik, kayaknya aku mau juga dong berprestasi. Mau juga dong dikenal banyak orang, dll. Konon ceritanya, dahulu kala aku ini hanyalah Si Orang biasa-biasa ajah, dan bukan pemuda harapan bangsa yang ideal deh. Tapi berkat dirinya, aku terpacu untuk berbenah diri sendiri. Mungkin dia gak pernah nyadar,kalo aku banyak belajar dari dia, makanya pada kesempatan ini aku ingin mengucapkan terima kasih padanya.

Seandainya aku tak bertemu dengan dirinya di awal kehidupanku, mungkin aku tak akan sampai pada titik ini. Aku yang ada saat ini, adalah hasil dari sebuah proses belajar dari banyak orang. Namun dia memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupanku.

Jakarta, 27 September 2007
Hari Mulai Menua, Namun Smangat Muda

Wednesday, September 26, 2007

The Hedgehog Concept

Kebetulan sekarang lagi seru-serunya baca buku "Good To Great", karya Jim Collins. Lagi-lagi udah basi sih, soalnya buku ini kan hebohnya udah tahun lau. Tapi mau gimana, baru dapat pinjaman sih hehehe.

Sebenarnya bacanya belum selesai, tapi sudah gak sabar untuk menulis tentang konsep yang menarik dari buku ini, "Hedgehog Concept". Jadi sekarang nulis soal ini dulu, baru nanti review buku keseluruhan.

Jadi intinya(ini sepenangkap aku yah, dengan otak yang cupet, dan bercabang-cabang mikirnya. Secara bacanya, juga sambil ngantuk-ngantuk habis pulang kerja, bahwa yang membedakan perusahaan "Good", dengan perusahaan "Great" adalah perusahaan dalam kategori Great menerapkan Hedgehog Concept. Mereka fokus pada apa yang diyakini sebagai sesuatu dimana mereka bisa menjadi yang terbaik.

Bagi perusahaan-perusahaan Great tersebut, bukan masalah bagaimana menangkap peluang yang datang hanya sekali. Tapi justru sebaliknya, berani menolak kesempatan besar yang hanya sekali seumur hidup, apabila memang itu tidak sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai.

Hal ini tentu membutuhkan keberanian luar biasa, karena pasti sangat menggiurkan, dan memberikan keuntungan jangka pendek yang sangat besar. Namun perusahaan-perusahaan tersebut, berani mengambil keputusan yang tidak populer, agar tetap fokus dengan tujuan jangka panjang.

Berhubung, aku bukan pemegang jabatan strategis di perusahaan. Aku lebih merefleksikannya pada diri sendiri. Hmmm, tampaknya aku juga beberapa kali melewatkan kesempatan menggiurkan yang aku anggap itu tidak sesuai dengan tujuan akhir yang ingin aku capai.

Aku selalu terbuka untuk setiap hal, tapi hanya pada hal-hal yang akan menyangga tujuan akhir yang ingin aku capai. Dan saat ini, setelah melalui proses yang panjang, dan pertimbangan akan berbagai hal, termasuk kompetensi, peluang, komitmen, dan sebagainya. Aku menetapkan aku akan menjadi ahli komunikasi pemasaran terbaik di dunia, atau mungkin nanti akan lebih spesifik lagi???


Jakarta, 260907
Siang Yang Melelahkan...

Tuesday, September 25, 2007

Belajar Menjadi Real Marketer

Minggu lalu, aku merasa sangat senang. Karena aku untuk pertama kalinya menjalankan fungsi sebagai pemasar seperti yang aku bayangkan. Aku mengirimkan sesuatu yang sangat personal pada pelanggan Dindi Fusion. Info lengkapnya klik disini.

Mengapa ini membuat aku senang. Karena selama ini dalam pandangan idealisku, seorang konsumen atau pelanggan itu bukan hanya semata-mata dilihat karena kita ingin menguras sebanyak-banyaknya uang dari kantongnya untuk membeli produk kita.

Aku selalu melihat seorang pelanggan, atau konsumen itu seperti teman, yang harus disayangi, dan diperhatikan. Bentuk perhatian itu bukan harus sesuatu yang besar, dan rumit. Perhatian kecil yang personal, pasti akan membuat seseorang senang.

Karena di era sekarang, dimana semua serba cepat, dan teknologi canggih. Semua disamaratakan dengan mesin. Semuanya serba massal, bahkan ketika mengirimkan greeting (coba ingat kembali bagaimana saat kita mengirim sms lebaran, ambil template yang bagus, lalu kirim dech ke semua orang).

Padahal kita lupa, bahwa bagaimanapun bagusnya itu. Hal itu gak punya soul, tak ada sentuhan pribadi yang membuatnya spesial. Oleh karena itu, karena melihat kerinduan setiap orang akan perhatian yang spesial dan personal. Makanya aku mendesain sebuah surprise yang benar-benar personal, dan handmade.

Padahal jujur ajah, pengerjaannya gak terlalu rapih pada beberapa detil. Tapi itu justru menunjukkan bahwa itu dibuat sangat personal, dan the only one...

Jakarta, 250907
Mengisi luch time..

Friday, September 21, 2007

"Jadi Nomor Satu", Bu Eileen Emang Oksss


Buku ini sebenarnya adalah kumpulan artikel yang ditulis Eileen Rachman tipa hari Sabtu di Kompas. Dan kolom ini jadi kolom wajib, yang selalu aku nanti sejak aku kuliah di MM UGM. Alasannya sangat sederhana, bahasanya mudah dicerna, dan penuh inspirasi.

Makanya pas gajian bulan inih, langsung dech beli buku ini. Dan memang bukunya sangat mengesankan, aku hanya perlu waktu gak sampe sehari untuk menghabiskannya. Beberapa hal yang aku pelajari disini adalah, Be Proactive. Jadilah karyawan yang proaktif menelurkan ide-ide baru, bukan hanya pasif menunggu kerjaan atau perintah. Hmm, kayaknya ini nonjok banget buat aku. Soalnya aku termasuk orang yang kurang proaktif.

Terus pelajaran lain, dia menuliskan soal gimana membaca buku yang efektif. Yang paling penting bukanlah seberapa banyak buku yang dibeli dan dibaca. Tetapi setelah dibaca, ada gak yang masih nyangkut di pikiran kita.

Hmmm, over all buku ini memang keren banget dan penu inspirasi. Pokoknya habis membaca jadi tambah semangattttt!!!


Jakarta, 210907
Istirahat Tapi Puasa Euyyy

Tuesday, September 18, 2007

On Ira, Always Have The Spirit...

Untuk proyek kedua aku mo nulis soal Ira. Sebenarnya ketemu si Ira Gairah teh sudah lama sejak kuliah bareng di HI UNPAD. Dan sekarang ketemu lagi dech di Rotaract Semanggi.

Hmmm dan ternyata waktu yang berubah dan berlalu, membuat banyak hal uga ikut berubah. Dulu sich mang aku gak terlalu kenal dengan mendalam sich tentang Si Jeung Ira inih. Cuman tahu dia super heboh girlz, yang selalu terlihat gembira dan pinter pastinya (secara udah ngeborong berbagai beasiswa gituh.

Nah ternyata setelah di Rotaract, aku mengenal lebih banyak tentang dia. Karena selain sering ketemuan tiap minggu, aku juga bisa ngintip blognya. Jujur, aku belajar banyak hal dari dia.

Pertama, dia selalu bersemangat dengan apapun yang dilakukan. Liat ajah brandingnya yang "Ira Gairah". Di sisi lain, dia adalah seorang pembelajar luar biasa. Bayangin ajah baru dua tahun tak ketemu, eh ternyata dia udah lulus S2, udah ngeluarin dua buku ck ck ck. What amazing...

Kedua, menurut aku dia seorang pemimpin yang punya visi dan kreativitas. Hmmm kayaknya aku masih jauh dech dari seorang figur pemimpin, apalagi seorang pemimpin yang ideal.

Ira, thank you. You remind me that I must be a good leader like u...


Jakarta, 180907
Bentarrr lagi buka puasah ajahhh

On Thiena, Be Every Body's Friends

Yayaya untuk edisi perdana "MyGuru of Life", aku mo nulis soal Thiena. Dia adalah teman sekantor tepatnya malah depan mejaku heheh. Jadi dia adalah teman rerumpian terus ngobrol ngalor-ngidul kalo lagi bete hehehe.

Satu hal yang membuat aku kagum dari dia. Dia punya interpersonal skill yang luar biasa bagus. Dia aku ibaratkan perekat bagi semua orang di kantor. Dia bisa dekat sama sapa ajah. Mulai dari OB, sampe yang atas sekalipun. Hmmm what an amazing woman she is...

Kadang jadi malu juga, padahal secara umur kan dia jauh lebih muda dari aku. Tapi harus diakui dia lebih cerdas untuk urusan human relation. Seandainya gak ada dia, mungkin kantor jadi sepi, dan mengelompok. Kayaknya D&D harus memberikan ucapan terima kasih atas sumbangsihnya dalam merekatkan semua orang di kantor inih hehehe.

Makasih Thiena, you make me learn something. You let me know that I'm imperfect,and I will try to be a better man.


Jakarta, 180907
On Reflection Mode

My Guru of Life

Tiba-tiba saja aku kepikiran soal ini. Terinspirasi dari apa yang dikemukakan oleh Ira, yang adalah senior di HI UNPAD dan juga sesama member di Rotaract Semanggi. Jadinya aku pengin bikin folder sendiri, untuk menuliskan apa sich yang aku pelajarin dari orang-orang sekitarku. Mereka tentunya justru bukan orang terkenal, atau orang hebat. Mereka adalah orang-orang sekitar aku. Kadang kita terlupa untuk belajar dari orang terdekat. Karena berdasarkan pengalaman aku sendiri, kadang aku pongah merasa diri paling hebat gituh dibanding orang sekitar. Maka kinilah saatnya untuk belajar menjadi lebih bijak...

Tujuannya, pertama, aku ingin belajar untuk melihat orang lain dari sisi positif. Kedua, aku ingin belajar lebih banyak lagi, sehingga aku menjadi manusia yang lebih baik. Dan belajar itu, tidak selalu dari orang-orang ternama. Orang di sekitar aku pun sebenarnya merupakan sumber pembelajaran yang tak ada habisnya...

Yahhh smoga aku bukan hanya bersemangat di awal, tapi tetap konsisten untuk mau belajar, sekaligus rendah hati mendengarkan dari siapapun. Tanpa pernah merasa diri paling hebat...


Jakarta, 180907
Bentarrr lagi pulangggg

Thursday, September 06, 2007

"Innerlight" dan Generasi Hibrida

Sudah lama sebenernya mo nulis soal ini. Yayaya, belakangan aku lagi gandrung dengerin musik dance alias lagu ajeb-ajeb. Dan yang menarik adalah seorang DJ bernama Innerlight (gak jelas juga sih gimana yang bener nulis namanya), soalnya cuman sering dengerin ajah namanya dan karnya diputer di radio.

Satu yang unik dari karya-karya DJ satu ini adalah, lagu-lagu ciptaannya menunjukkan hibrida antara musik barat dan lagu tradisional. Karena kita tahu bahwa musik trance kan memang lahir dari kultur Barat. Tapi tunggu sampe Anda mendengar sound-sound yang ada di dalamnya.

Karena di dalamnya, ia memasukkan unsur-unsur musik tradisional. Misalnya sound suling ala musik Sunda, dan gamelan Jawa. Kesan hibrida juga tampil dari judul-judul yang diangkat misal, "Ayun Ambing", "Baratayudha",dan "Spirit of Java".

Dan lagunya bukan hanya digemari penikmat musik ajeb-ajeb dalam negeri, tapi telah merambah ke dunia internasional... Inilah yang aku sebut the real think globally, act locally. Dan dari sini kita belajar, apapun yang kita lakukan sebenernya bisa berkontribusi menjadi duta bangsa, gak perlu menjadi seorang diplomat.

Memang ada beberapa tipe sikap menghadapi geger globalisasi. Pertama, larut selarut-larutnya. Tipe ini yah ya udah, menjadi sangat Barat, dan gak ngerti lagi dengan tradisi warisan bangsa. Tipe kedua, yang juga ekstrim. Menutup sama sekali pengaruh dari luar, karena dianggap mengancam budaya warisan bangsa.

Yang paling akhir adalah tipe hibrida, mereka mampu menyeimbangkan di antara keduanya.Karena percaya keterbukaan membuat kita menjadi berkembang, tapi di sisi lain ada nilai-nilai yang tidak bisa ditinggalkan. Karena bagaimanapun kita lahir di negeri ini, maka kenapa harus malu dengan warisan budaya bangsa. Tapi di sisi lain, kita adalah warga global yang terbuka dengan ide-ide baru.

Dari sini udah ketahuan, aku berada dimana? Kalo Anda masuk kategori mana? Semua sah-sah saja, asalkan tidak terlalu ekstrim dan merasa paling benar, yang berujung destruktif...


Jakarta, 060907
Bentar lagi pulang kantor nich...

Wednesday, September 05, 2007

Perjalanan Panjang Mengenali Diri Sendiri

Hari ini, Ibu Manajer HRD memberikan hasil tes gambar-menggambar. Tahulah gambar-menggambar standar kalo mencari kerja. Dan tahukah apa yang aku lakukan??? Seperti biasa aku membacanya berulang kali. Karena aku merasa perlu untuk mengingat lebih banyak tentang diriku sendiri, dari sudut pandang orang lain.

Kadang aku jadi bertanya-tanya, apakah ini pertanda aku ini pendengar yang baik. Atau kelanjutan dari bakat narsis??? Di mana aku selalu klimaks saat melihat sesuatu yang membicarakan tentang aku hehehe.

Satu hal lagi yang penting adalah, setiap kali ada review semacam ini. Aku selalu berfokus pada kelemahanku. Merasa terobsesi untuk melakukan perbaikan diri, tapi di sisi lain mengalami stres karena ternyata aku kok gak sempurna yah hehehe. Mule deh penyakit perfeksionisnya kumat.

Dan kadang geli sendiri, soalnya aku suka menasihati orang lain untuk tidak perfeksionis. Itu berarti kita sebenarnya mempunyai masalah yang sama hehehe. Aku kok jadi keingetan ma novel "Norwegian Wood" by Murakami. Coz selain ceritanya dibumbui adegan hot...., ada makna yang mendalam, dan menarik kita pada perenungan panjang.

Perenungan itu ya seperti yang aku bilang barusan. Sesama orang yang bermasalah, kita berusaha memberikan terapi dan bantuan pada orang lain. Padahal hal itu sebenarnya juga untuk menterapi dan menyembuhkan diri sendiri... Dan itu lebih efektif untuk keduanya...


Jakarta, 050907
Waktunya Pulang...

Tuhu Jago Nembang

Hmmm, begitulah yang aku liat di blognya Sarah, untuk link blogku. Makasih ya, buat Sarah yang udah ngelink blogku. Tapi yang menarik disini adalah penambahan "jago nembang"...

Sepertinya bukan cuman Neng Sarah yang mengingat sayah sebagai Si Jago Nembang. Beberapa orang lain juga memberikan testimoni yang sama, baik melalui blog maupun FS. Yang bisa didiskusikan disini adalah, kita harus mempunyai sesuatu yang unik agar kita diingat oleh orang lain.

Menurut aku, setiap orang itu ibarat produk. Begitu banyak produk dan merek yang eksis, dan harus berkompetisi untuk diingat. Kalau sebagai produk kita biasa-biasa ajah, maka orang gak akan ingat kita. Karena memori manusia itu terbatas, sementara informasi yang harus diolah sangat banyak.

Lalu pertanyaan berikutnya??? "Lalu apa yang harus aku jual?, Aku kan gak pinter, aku kan gak keren, aku kan gak bla... bla..." Kita kadang sibuk mencari pembenaran atas apa yang terjadi. Padahal yang dibutuhkan adalah mencari solusi.

Kembali soal bagaimana mengelola diri kita menjadi merek yang hebat. Aku orang yang sangat yakin, semua orang itu unik. Dan seharusnya dia bisa mengembangkan dirinya menjadi orang yang hebat, dengan menggali potensinya masing-masing.

Aku misalnya menemukan, bahwa menembang Jawa membuat aku mudah diingat sebagai sebuah merek yang unik. Padahal bagiku nembang itu biasa ajah. Itu ibarat memiliki sesuatu tanpa usaha yang keras. Yang membedakan hanyalah,aku melihat peluang, bahwa ternyata dengan kemampuan aku ini bisa mendongkrak personal brand-ku. Kalo aku bisa, maka orang lain pasti juga bisa.

Yang paling penting untuk mengetahui kelebihan kita adalah, keluarlah dan beradalah di antara orang lain. Cari tahu apa yang membuat mereka kagum tentang kita. Mungkin saja kita dikagumi sebagai Si pendengar yang baik, dikenal sebagai Si heboh yang meramaikan suasana, Si Puitis yang romantis, atau apapun...

Hmm akhir kata selamat mencari harta karun sendiri deh...


Jakarta, 050907
Sore Telah Menjelang...

Thursday, August 30, 2007

Ini Tuhu yang Paling Pinter Di Kelas...

Ini bukan self proclaim, atau bawaan narsis. Aku sih emang narsis tapi gak seakut itu hehehe. Komentar itu beberapa kali aku dengar, saat temen lamaku di HI UNPAD memperkenalkan diriku pada orang lain.

Bangga juga sih, ternyata segala perjuangan aku selama masa kuliah membuahkan hasil yang manis. Orang-orang mengakui eksistensi aku. Padahal kalo mo jujur saat aku pertama datang ke jatinangor, yang ada gak pede abisss, secara aku sekelas dengan temen-temen yang menurut aku jauhhhhh lebih hebat dari aku.

Tapi balik lagi, ke topik yang sebenarnya pengin aku tulis. Ironis sekali, sebagai seorang pemasar aku masih belum menunjukkan prestasi apapun. Aku merasa sangat kecewa pada diri sendiri, karena aku tak bisa berbuat maksimal.

Kadang saat lelah dan frustasi. Ada godaan untuk kembali ke alam pertamaku di dunia HI. Dunia dimana aku mendapatkan pengakuan yang luas. Tapi tidak!!!! Aku tidak ingin kembali mengenang kejayaan masa lalu. Kehidupanku bergerak ke depan bukan ke belakang.

Aku jadi teringat dengan sebuah buku yang ditulis tentang Sampoerna. Keluarga Sampoerna menyimpan semua penghargaan yang pernah diterima ke museum khusus. Ini bertujuan agar tidak mudah berpuas diri, dan terus terpacu melakukan yang terbaik.

Yayayayaya, tetap smangatttttttttttttttt!!! Aku harus bisa menjadi pemasar terbaik negeri ini!!! Aku pasti bisa..... Dan aku yakin, ini hanyalah sebuah proses pembelajaran....


Jakarta, 300807
Matahari merayap meredup, hari semakin menua...

Wednesday, August 22, 2007

Manajemen Kekecewaan

Kemarin sore mungkin menjadi hari yang buruk buat aku. Tetapi sekali lagi, untuk hal sensitif seperti ini. Aku tak berselera bercerita dengan detil. Yang perlu dibagi disini hanyalah lesson learn, dan refleksi dari kenyataan pahit tersebut hehehe.

Sebenernya aku sudah mule merasa,ada yang tidak beres. Pertandanya perasaanku entah kenapa gak enak dan gelisah beberapa hari sebelumnya. Terus aku juga merasa ada perubahan sikap seseorang. Hmmm akhirnya kotak pandora terbuka. Dan dorrr, alamakkk dan aku pun terkejuttttt!!!!!!

Tapi aku justru merasa menang melawan keadaan. Bila aku membayangkan, kejadian serupa terjadi pada diriku beberapa tahun, atau bahkan beberapa bulan lalu. Aku akan larut dalam kecewa dan sedih, berbulan-bulan mungkin??? Atau berhari-hari??? Tapi kini aku bisa mengatasinya hanya dalam hitungan menit!!!

Antara percaya dan gak percaya sihhh. Tapi yang pasti ini menunjukkan, bahwa aku sudah lebih bisa mengendalikan diri sendiri. Bukannya kata para filsuf, dan orang pinter, paling susah itu mengelola emosi kita sendiri??? Penaklukkan terbesar adalah ketika mampu menaklukkan diri sendiri???

Hidup kan tentang proses, tentang kalah dan menang. Dan semuanya harus dirayakan sebagai sebuah pembelajaran. Jadikan semuanya pembelajaran, karena hidup ituh kata orang so sweetttttttttttt.

Thursday, August 16, 2007

Bergerak Merefleksi Diri

Yayaya, udah hampir tiga bulan aku pindah ke kantor baru. Tapi tadi pagi saat berjalan di halte busway baru kepikiran. Iya yah, aku kerja kok gak ada soulnya. Maksudnya yah kerja, kerja ajah. Gak punya personal goal yang jelas selain rekening bertambah tiap bulan hehehe.

Padahal bukan itu kan yang aku mau. Aku ingin kehadiranku di mana pun berada memberikan sebuah arti, dan kontribusi. Aku ingin menciptakan sebuah perubahan. tapi kenapa selama ini aku melupakan itu?

Itulah yang membuat aku terus gelisah, dan mencari serta mencari... Yayaya, kini sudah aku temukan. Personal goal itu harus direalisasikan. Karena mengutip perkataan CEO Shell Indonesia, "yang paling penting itu eksekusi bukan hanya planning".

Saatnya untuk bangkittttttttt
Ayoooooooooooooo maju terusssssssss pantang mundurrrrrrrrr


Jakarta, 160807
Bentar lagi pulang kampung, kreta sudah menantiii

Tuesday, August 07, 2007

Konsumsi dan Ideologi...

Hmmm tampaknya berat banget yah, konsumsi ajah ada ideologinya. Tapi dalam kehidupan nyata aku bener-bener melakukannya. Misalnya kalo nonton film, aku lebih memilih nonton di Blitz dibandingkan grup 21. Untuk membeli baju, kadang aku lebih memilih
fashion produksi distro lokal. saat membeli buku, ini lebih kompleks lagi ada kategori, penerbit selain Gramedia, terus penulis lokal, terus tema-tema yang tidak biasa. Saat membeli pulsa juga, ada tuh ideologinya. Aku lebih memilih membeli di ibu-ibu pedagang kecil depan kosan, daripada ngisi lewat ATM atau beli di ritel besar.

Sebenernya apa sih ideologiku dalam mengkonsumsi? Aku selalu ingin membantu yang lemah. Aku ingin yang kecil juga dapat tumbuh menjadi besar. Di sisi lain, aku ingin melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Aku tidak ingin terjebak dalam suatu kenyamanan.

Pertimbangan lainnya, gak usahlah kita berkoar-koar tentang cinta tanah air,dan nasionalisme. Aku juga tak perlu berkoar soal membantu orang miskin. Dengan membeli produk dalam negeri,maka berapa orang yang kelangsungan hidupnya kita selamatkan. Dengan membeli pulsa dari ibu-ibu pedagang kecil depan kosan, berarti aku sudah memberikan sedikit keuntungan yang akan menyambung kehidupannya.

Jakarta, 070807
Sore yang Cerah Secerah-cerahnya...

Friday, August 03, 2007

Up and Down

Hmmm ternyata hidup itu emang Up and Down (kamana ajah atuh kang??? hehehe). Hari ini misalnya aku lagi sangat semangat. hmmmm besoknya bisa ajah terbangun dengan feeling yang gak asyik banget. Rasanya males banget mau ngapa-ngapain.

Penginnya sih tiap hari selalu semangatttt. Tapi ada saat dimana, keadaan gak sesuai yang aku inginkan. Soalnya sebagai seorang ekstrovert, mood aku sering terpengaruh dari lingkungan sekitar. Karena energi dan semangat itu bersumber dari orang lain.

Hmmm gimana yah caranya biar selalu semangatttt. Karena aku pengin selalu menikmati hidup, melihat segalanya dari sisi yang positif, memanfaatkan tiap peluang. Tetapi ternyata semua ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Makanya aku harus selalu mengingatkan diri sendiri. Lagi, lagi, dan lagi. Aku masih dalam sebuah proses panjang...



Jakarta, 030807
Pagi yang Cerah

Wednesday, July 25, 2007

Re-code dan Semangat Perubahan

Sekali lagi buku Rhenald Kasali membuat aku terkagum-kagum. Satu yang paling aku suka dari bukunya Rhenald adalah gaya menulisnya yang sangat mudah untuk dicerna. Sangat jarang akademisi Indonesia yang mampu menulis dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Buku ini juga menunjukkan betapa luasnya pengetahuan, dan bacaan Rhenald Kasali. Hal ini membuat aku semakin kagum pada beliau. Hmmm kapan yah, pengetahuanku seluas beliau inih hehehe.

Buku ini sebenarnya lebih mengingatkan kembali bahwa perubahan itu adalah keharusan. Manusia harus terus belajar dan bergerak mengikuti perkembangan jaman atau dia akan tertinggal.

Dan perubahan itu dimulai dari hal-hal kecil, dan dari diri sendiri. Setiap perubahan itu menurutnya pasti sulit dan menyakitkan. Karena akan banyak pihak yang merasa nyaman dengan status quo yang pastinya akan menentang.

Oleh karena itu dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai tekad yang kuat, konsisten, dan pantang menyerah, serta visioner untuk mengawal perubahan.


Jakarta, 260707
Menjelang Sore Hari...

Lebih Mengenal Negeri Sendiri

Hari Sabtu kemarin, menjadi saat-saat yang menyenangkan. Untuk melepas salah seorang teman, Mr Riza yang akan kerja ke Dubai. Kita keliling ke beberapa museum antara lain kompleks Museum fatahillah, Museum Bahari, dan menara tua di seberang Museum Bahari.

Hmmm asyik juga ketemu ama temen-temen yang mau menyusuri tempat-tempat bersejarah. Hari gini gitu loh, semua orang lebih seneng jalan ke mall. Aku sendiri jua suka sih nongkrong ke mall kekekek. Tapi namanya hidup kan mesti balance.

Ada saatnya dimana kita mesti juga melihat sejarah masa lalu. Karena dengan itu kita belajar mengenai diri kita sendiri. Sejarah memberikan inspirasi, sekaligus memperkaya fondasi diri. Aku melihat adanya suatu dimensi spiritual setiap kali berkunjung ke tempat bersejarah yang mengagumkan.Karena dari sana kita belajar untuk mengerti kehidupan masa lalu, dan menghargai sebuah proses hingga kita mencapai tingkatan kebudayaan yang kita miliki saat ini.

Dan senangnya juga, ada beberapa teman yang mempunyai pengetahuan yang mendalam soal tempat-tempat bersejarah tersebut. Thx to Irawati and Ninok. Karena mereka mau berbagi pengalamannya ke aku yang bodoh ini heheh.

Jakarta, 250707
Berusaha memompa semangattt

Thursday, July 19, 2007

Hari yang Sensitif...

Pagi ini aku memulai hari dengan perasaan sedikit kesal. Apa pasal??? Ada yang meremehkan diriku, dan egoku berbicara dan berontak hehehe. Stelah direnungkan ulang, ngapain juga yah mesti bete??? Toh memang aku tak bisa melakukannya. Toh memang manusia bukan superman yang ngerti segalanya. Harusnya kalo orang lain mencibir ya biarkan sajah. Toh dia punya hak bukan???

Anehnya, kok ya baru terpikir sekarang yah. Mengapa tadi kepalaku mendadak jadi panas, dan mendidih??? Padahal kalo aku tenang yang untung aku sendiri... Coba aku mengerti, dia kan capek, harus ngerjain sendiri dari kemarin. Bodohnya tadi kok gak kepikiran yah???

Jadi ingat dengan presentasi Ira di meeting Rotaract selasa kemarin. Hal yang paling susah adalah mengendalikan ego kita sendiri. Sangat mudah untuk mencela orang lain, tapi sangat sulit mengakui kelemahan sendiri.

Hmmmm(sambil menghela napas panjang...). Smoga dari saat ini aku bisa menjadi lebih baik lagi dalam mengendalikan diri. Lebih bisa mengerti kesulitan orang lain.

Kabar gembira hari ini adalah, tempatku pas di pinggir jendela, jadi bisa liat lalu-lalang orang dan kendaraan di jalan raya. Menyenangkannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn. Kalo lagi bosan nengok keluar ajah, dan termenung bentar hehehe.

Jakarta, 190707
Hari yang Campur Aduk Penuh Warna...

Tuesday, July 17, 2007

Jakarta Oh Jakarta...

Beberapa orang sering menanyakan, "Gimana betaha di Jakarta?". Karena aku tahu banyak orang yang sebenarnya di Jakarta tidak menikmati. Mereka tetap bertahan di Jakarta hanya karena mereka butuh uang. Karena bila boleh memilih, mereka akan pilih tinggal di kota kecil yang lebih nyaman, jauh dari hruk-pikuk dan kemacetan.

Kok aku malah merasa sebaliknya ya?? Aku sangat menikmati Jakarta. Karena Jakarta memberikan banyak pilihan. Jakarta memang keras, tapi kalo kita bisa bertahan, maka akan meraih semua impian.

Dulu aku sering pusing melihat ramainya Jakarta. Tapi cara berpikirnya kini terbalik, justru keramaian itulah yang menyebabkan begitu banyak peluang yang bisa digarap. Bayangkan ada jutaan manusia yang butuh makan, sandang, papan, dan kebutuhan lainnya. Berbagai sektor bisa berkembang karena adanya berbagai kebutuhan.

Hal kedua yang menyebabkan aku menikmati Jakarta, karena aku tak pernah ingin melihat ke belakang. Kebanyakan orang selalu meridukan kampung halamannya. Sementara aku selalu memimpikan kampung masa depan. "Kemanakah aku akan terbang setelah Jakarta?", bukan pertanyaan kapan aku bisa pulang kampung dan hidup damai di tengah kerumunan keluarga.

Aku ini manusia kosmopolitan, secara biologis mungkin yang disebut keluarga adalah orang-orang yang mempunyai garis keturunan terdekat. tapi menurut aku, semua manusia adalah sodaraku. Asalkan hidup ini banyak berbuat baik, berpikiran terbuka, dan tidak banyak prasangka maka hidup akan menjadi lebih indah dan bermakna. Jadi gak perlu takut di mana pun berada.

Mungkin beberapa orang akan berkomentar. Ahhhhh itu kan karena gairah muda..., semangat dan idealismenya masih tinggi. Pendapat itu mungkin benar juga. Tapi aku selalu ingin menjadi muda, dan bersemangat. Terus bertualang untuk menemukan hal-hal yang baru. Karena kebaruan membuat kita selalu selangkah lebih maju, dari perubahan jaman.

Hmm semoga aku memang konsisten dengan yang kukatakan. Ketika aku menulis blog sepuluh tahun lagi. Aku harap, semangatku amsih menggebu seperti saat ini. Aminnn


Jakarta, 170707
Hari yang Menggebu-Gebu..

Thursday, July 12, 2007

Selamat Jalan Taufik Savalas...

Hmmm sedih, dan gak percaya, saat nyalain komputer pagi ini, ada Z-Crew (pegawai Net Ezy) yang mengirimkan berita lewat YM, Taufik Savalas meninggal karena kecelakaan.

Yang menarik lagi adalah, bukan hanya infotainment yang heboh karena ada berita. Tapi berbagai milis yang aku ikuti memposting hal yang sama. Banyak sekali orang-orang yang merasa sangat kehilangan Taufik Savalas.

Taufik Savalas pasti tersenyum di alam sana, karena kehadirannya di dunia selama ini ternyata begitu berarti bagi orang lain. Kehadirannya mampu memberikan warna di benak banyak orang, dengan persepsi masing-masing. Ada yang merasa kehilangan Taufik Savalas yang lucu dan menghibur... Ada yang kehilangan, karena Taufik Savalas adalah sosok yang supel, dan pemurah pada orang lain.

Hmmm, aku pikir itu adalah kesempurnaan hidup manusia di bumi. Ketika dia meninggal, maka banyak orang yang merasa kehilangan dirinya. Semoga aku juga bisa menuntaskan misi sebagai manusia di dunia, memberikan arti bagi orang-orang sekitar.

Aku memang tidak sengocol Taufik, juga tidak setenar beliau. Tapi paling tidak, aku ingin memberikan sesuatu yang berguna bagi orang-orang di sekitarku, dan juga bagi kemanusiaan.

Yang terpenting bukanlah seberapa besar langkah yang telah diperbuat, tapi langkah apa saja yang telah dilakukan...

Jakarta, 120707
Jam Makan Siang Boleh Dongsss...

Tuesday, July 10, 2007

You Can Help People with Something Small...

Sabtu kemarin aku merasa sangat terharu, karena tiba-tiba ada yang sms isinya dia mengabarkan keterima beasiswa MM UGM. Aku merasa sangat senang dan terharu, karena informasi yang aku berikan ke orang lain membuat orang lain senang, dan berhasil. Soalnya aku tahu sejak awal, bagaimana proses dan perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa ini.

Satu pelajaran yang bisa aku petik dari sini, gak perlu hal-hal yang besar kok untuk membantu orang lain. Aku tahu aku gak punya banyak uang untuk membantu orang miskin, dan sebagainya. Yang aku punya hanyalah informasi soal beasiswa, dan pengalaman jatuh bangun untuk memperoleh beasiswa. Ya itu deh yang aku bagikan ke orang lain.

Dan alhamdulilah, ternyata ilmu itu bermanfaat juga bagi orang lain. Aku selalu senang meihat orang-orang yang tersenyum bahagia. Apalagi melihat orang-orang yang akhirnya bisa sekolah lagi. Karena menurut aku, pendidikan itu basic yang luarrrr biasa penting bagi pengembangan diri.

Untuk Wulan good luck ya for ur next journey in MM UGM.


Jakarta, 100707
Siang Bolong nan Panasss

Monday, July 02, 2007

The Joy of Giving

Hari minggu kemarin aku habiskan hampir seharian di TMII. Tapi bentar dulu bukan untuk berlibur. Aku kerja sosial menjadi LO bagi anak-anak panti asuhan, berkunjung ke museum air tawar dan museum serangga. Kebetulan lagi ada acara pelantikan pengurus Rotary Indonesia, dan mereka sekaligus bikin bakti sosial.

Hmmm kalo dipikir kurang kerjaan banget sih. Pagi-pagi harus udah berangkat ke TMII, terus siang hari berpanas ria ngurusin anak-anak kecil yang ribet, dan susah diatur. tapi aku justru menemukan kebahagiaan dan kepuasan di sana. Padahal hari libur kan seharusnya bisa bangun siang, istirahat, dan bersenang-senang.

Rasa capek sepertinya sirna begitu saja, saat melihat mereka riang gembira. Mereka yang kurang beruntung dibandingkan aku. Aku lahir dari keluarga "normal", sementara mereka harus tinggal di panti asuhan. Berbagi segalanya dengan banyak teman lainnya, termasuk kasih sayang. Belum lagi soal identitas dan harga diri, alangkah malangnya nasib mereka.

Aku merasa sangat terharu, melihat seorang bocah perempuan yang selalu gak mau lepas dari tangan aku. Dia pokoknya sibuk menggandeng tanganku, dan mencari perhatian. Aku pikir ini sangat wajar, karena selama ini ia kehilangan banyak figur. Mereka haus perhatian, dan kasih sayang.

Aku pulang dengan hati berbunga-bunga. Dan memulai hari ini dengan perasaan bahagia. Karena aku tahu, aku telah memberikan sesuatu. Memang tidak banyak, hanya sekedar tenaga untuk bantu-bantu. Tapi melihat orang lain bahagia, adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku..


Jakarta, 020707
Saatnya Lunch Time...

Friday, June 29, 2007

Jakarta, After 6 Month...

Tak terasa, ternyata aku telah enam bulan ajah pindah, dan kerja di Jakarta. Aku jadi teringat, hari-hari ketika aku masih di Yogya, ada beberapa ketakutan dan kecemasan. Namun semua itu sekarang telah sirna setelah aku jalanin.

Setelah enam bulan, aku telah banyak sekali mengenali hal baru di Jakarta. Aku telah menerobos berbagai sisi kota Jakarta, mulai dari Utara, ke Selatan, menjelajahi bagian Barat, dan juga Timur.

Selama enam bulan ini, aku juga tidak pernah merasa kesepian dan sendirian. Karena selain teman-teman lama yang masih sering jalan bareng. Aku juga menemukan banyak teman-teman baru.

Di Jakarta, keberbakatanku untuk berorganisasi sepertinya memang gak berhenti begitu saja. Aku bergabung dengan Rotaract Semanggi. Yahhh lumayanlah ada banyak kegiatan menyenangkan, di tengah rutinitas pekerjaan. Lagian aku jadi menambah banyak teman baru.

Di Jakarta aku juga makin gaul kata temen-temenku hehehe. ya haruslah, pokoknya semua hal yang berbagu hedon udah dicoba. Aku hanya ingin mencoba semuanya, tanpa perlu berprasangka terlebih dahulu. Lagian aku menikmati tuh.

Dan yang mungkin lebih unik lagi, di Jakarta aku juga udah berkeliling ke museum-museum. Kayaknya orang yang udah lama tinggal di Jakarta pun, belum tentu sudah pernah keliling museum di Jakarta.

It's just a beginning...


Jakarta, 290607
Hore Weekend.....

Tuesday, June 26, 2007

Shrek 3 dan Feminisme

Hari minggu kemarin, aku beruntung dapet tiket gratis nonton film Shrek 3 di Blitz Megaplex. Hmmm alangkah indahnya hidup, karena aku paling demen ama yang namanya gratisan. Tapi tenang ajah, kali ini bukan mau curhat soal dapet gratisan kok, tapi mau mendiskusikan soal pesan yang disampaikan dari film ini.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa diambil dari film ini. Tapi aku lebih suka fokus ngebahas soal feminisme dalam film ini. Pesan-pesan feminisme sangat kental dalam film ini.

Misalnya adegan ketika Fiona mengajak para putri-putri lain dari negeri dongeng untuk mengambil tindakan, atas penculikan Shrek. Maka apa yang mereka lakukan, sungguh membuat ketawa. Karena mereka mengambil posisi pasrah, menunggu untuk diselamatkan oleh Pangeran Tampan.

Kedua, Sang Pangeran Arthur yang akhirnya menjadi raja, bukanlah tipikal pria macho, dan gagah berani seperti yang selama ini dikonstruksi. Arthur adalah sosok lemah, yang dianggap pengecut, tetapi mempunyai daya persuasif yang baik.

Ia tidak mengalahkan musuh-musuhnya yang berambisi merebut kekuasaan dengan membunuh, atau dengan cara kekerasan tapi justru dengan negosiasi. Ini adalah penggambaran dunia yang sangat sejalan dengan paham feminisme.

Karena selama ini, kaum feminis menganggap dunia dikonstruksi dengan pemikiran yang sangat maskulin. Setiap konflik harus diselesaikan dengan kekerasan,dan peperangan. Inilah yang selalu dikritik kaum Feminis. Mereka mengatakan, dunia penuh perang dan kekerasan, karena dunia dipimpin dengan cara yang maskulin.

Dan dengan film Shrek, pembuat film menyampaikan isu feminisme dengan cara yang sangat ringan, segar, tapi sangat mengena. Salut buat para pembuat filmnya...


Jakarta, 260607
Hari Sedang Menuju Sore...

Monday, June 25, 2007

Fenomena Tukul...

Hmmm tampaknya Tukul saat ini sedang menjadi fenomena. Sebelumnya sempat ada Inul Daratista, yang membuat kehebohan yang sama. Ada kesamaan di antara keduanya, datang dari daerah, dengan kehidupan susah dan kampungan. Lalu mereka memasuki dunia hiburan dari bawah, hingga menuai sukses besar di Jakarta.

Nah kebetulan, dari banyaknya pemberitaan dan buku yang mengulas soal Tukul, ada satu buku yang ditulis oleh seniorku di HI UNPAD. Judul bukunya "Tukul Arwana Kumis Lele Rejeki Arwana". Hmmm ternyata, asyik juga membaca biografi Tukul. Banyak hal yang bisa dipelajari.

Pertama adalah konsistensinya untuk tetap berada di jalur lawak. Walaupun untuk itu, jalannya sangat tidak mudah. Dia harus melalui proses yang sangat panjang untuk sampai pada posisi ini. Kalau orang lain, mungkin saja sudah menyerah di tengah jalan.

Kedua, kemauan Tukul untuk terus belajar, dan belajar. Dia ternyata seseorang yang gemar membaca, sehingga wawasannya luas, tidak seperti tampangnya yang "Ndeso". Ketiga, sikapnya yang tetap membumi meski kini ia telah sukses dan bergelimangan harta.

Kehidupan yang tiba-tiba berubah tidak membuatnya menjadi kaget, dan lupa diri. Sangat jarang menemukan orang-orang yang semacam ini. Orang yang masih mengingat masa lalunya, meski keadaan sudah berubah seratus delapanpuluh derajat.


Jakarta, 250607
Pagi-pagi Mengawali Hari Dengan Menulis...

Wednesday, June 20, 2007

Mengintip Rumpian Para Wanita...

Beberapa hari ini, aku gabung di milis "hanya wanita". Ya bisa dipastikan isinya para wanita, walopun ternyata di sana juga banyak para pria hehehe. Aku bukan sekedar iseng ikutan milis para wanita. Karena sebagai pemasar yang salah satunya membidik pasar ibu-ibu. Ini adalah bagian dari kerjaan.

Ada beberapa hal menarik soal ini. Pertam, masya allah kebanyakan berisi promo dan jualan, khas ibu-ibu arisan banget. Mo cari apa ajah ada. Pertama-tama agak males juga, ini kok isinya promo semua. Lama-lama akhirnya sih menjadi biasa.

Kedua, yang menarik juga adalah, para wanita itu selain hobi jualan, juga hobi curhat. Lucu-lucu deh yang dicurhatin, soal pernikahan, membelikan hadiah buat suami, alergi kondom, suami yang seperti memperkosa. Agak geli sih ngebacanya, tapi aku jadi bisa masuk lebih dalam ke dunia para wanita.

Ketiga, ternyata di dalamnya juga terdapat beragam jenis wanita. Ada yang tipe konservatif, ada juga yang tipenya liberal. Kalo yang ini pastinya keliatan dari cara pandang mereka dalam memberikan opini atas suatu masalah.

Keempat, ternyata para wanita itu memang sangat solider dan suka membantu satu sama lain. Kalo ada yang curhat suatu masalah, bisa dipastikan banyak yang akan nanggepin. Hmm sangat wanita...

Paling tidak, aku sekarang punya gambaran yang lebih jelas. Seperti apa sih para wanita itu??? Apa sih yang mereka pikirkan. Walopun ini baru permukaan, kan aku baru gabung beberapa hari. Semakin lama, maka aku akan bisa melihat gambaran yang lebih komplet soal sosok para wanita.

Yang penting harus sabar ajah dengan aneka promo hehehe.


Jakarta, 200607
Malam hari, dingin karena habis ujannnnn
Cuaca yang anehhhh

Friday, June 15, 2007

Membuka Lembaran Lama...

Minggu lalu, aku mengikuti pelatihan menulis. Karena terlalu sibuk, aku masukkan saja cerpenku yang udah lama banget nulisnya. Soalnya untuk ikut pelatihan ini, disyaratkan memasukkan contoh tulisan kita.

Nah yang menarik, adalah ketika membaca kembali tulisan itu. Benerrr banget kata salah satu trainer di pelatihan itu, woww kok tulisanku norak yahhh. Padahal saat
itu,perasaan udah kerennnnnnnnnn banget lahhhhh.

Maklum aja, tulisan itu tertanda "241204", jadi tulisan ini udah aku buat sekitar 2,5 tahun yang lalu. Cukup lama juga kan??? Dan dari sekian lama aku menuliskannya, aku gak pernah membaca ulang. Baru sekarang ini sempet dibaca lagi, karena harus diedit ulang, coz kalo bagus dapet beasiswa dari Jakarta Writing School.

Ternyata perjalanan yang dua tahun itu, sudah cukup memberikan perbedaan warna dalam caraku menulis. Aku bisa merasakan betapa polos, dan lugunya gaya menulisku saat itu. Imajinasi, dan pilihan katanya kok norak yahhh, aku bergumam sendiri dalam hati.

Hmmm, jangan-jangan kalo aku baca postingan pertamaku di blog ini maka aku akan bereaksi sama. Karena gaya menulis, juga merupakan rekamana perjalanan proses pembelajaran.

Semakin lama, maka akan makin banyak referensi yang kubaca. Dan ternyata sangat berpengaruh pada gayaku menulis. Aku menjadi semakin kaya, dalam gaya dan kosakata untuk bercerita.

Terkadang lucu juga mentertawakan masa lalu kita. Tapi ini sekaligus memberikan suatu kesadaran, bahwa selama ini kita telah melalui suatu proses dan pembelajaran.

Smoga dua tahun lagi, aku masih mampu menertawakan karya yang kubuat hari ini. Karena ini menunjukkan bahwa aku terus belajar...

Jakarta, 150607
Kantor, Weekend,Pas Banget Buat Nulis...

Friday, June 08, 2007

Menjadi Pemasar...

Yayaya, seminggu ini aku telah memulai profesi baru sebagai seorang pemasar. Ternyata memang lebih menyenangkan. Gak tahu juga mungkin karena ini sesuatu yang baru buat aku. Tapi tak bisa dibohongi, jiwaku dari dulu memang ada di sini.

Capek-capek belajar pemasaran, karena aku ingin suatu hari nanti bisa melihat merek-merek lokal tumbuh dan berkembang berkat tanganku. Aku ingin bekerja bukan hanya sekedar mengejar uang, tapi juga ada sebuah idealisme di sana.

Hidupku akan hampa kalo aku hanya mengejar uang, karena ada sesuatu yang aku sebut sebagai passion yang hanya bisa aku dapatkan kalo aku melakukan apa yang aku suka. Apa sih yang dicari dalam hidup??? Menurut aku yang paling penting adalah kebahagiaan...

Ya sudahlah tanpa berpanjang kata semoga aku bisa mengembangkan produk-produk yang aku tangani hingga tumbuh menjadi merek yang kuat di benak konsumen.

Jakarta, 080607

Thursday, May 31, 2007

Blitz Megaplex and Movie Freak Community

Aku memang salah satu pecinta Blitz. Beberapa tulisan sebelumnya telah menjelaskan mengapa. Pertama, karena pengin beda ajah. Kedua, gak suka dengan monopoli 21, selama ini.

Tapi kali ini aku ingin melihatnya dari sisi lain. Aku ingin melihat dari kelihaian mereka dalam hal pemasaran. Aku sudah mendengar soal Blitz kala pertama kali mereka buka di Bandung. Dan menantikan kapan akan buka di Jakarta.

Ternyata Blitz membawa sesuatu yang benar-benar baru tentang dunia perbioskopan Indonesia. Mulai dari desain ruangan, hingga pelayanan, dan para karyawannya semua terlihat sangat muda, dan energik.

Blitz juga melakukan terobosan dengan membuat situs yang di dalamnya lengkap dengan blog. Blog ini ternyata juga direspon dengan sangat baik. Karena ternyata banyak juga yang memberi respon di tiap tulisannya.

Hal ini membawa beberapa keuntungan. Pertama, mereka membuat pelanggannya setia pada Blitz. Para pelanggan setia ini akan menjadi brand missionary bagi Blitz. Kedua, komunitas ini akan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi BLitz.

Mereka tidak memerlukan dana yang besar untuk melakukan riset pasar. Karena komunitas itu sendiri sudah akan memberikan banyak masukan buat mereka. Ini kan eranya pemasaran dengan komunitas sebagai basis...

Jakarta, 310507
Malam Malam Begini Mendadak Tadi Hujan Aneh...

Hari Terakhir...

Hari ini adalah hari terakhirku di Maverick. Ada berbagai perasaan yang bercampur aduk. Ada perasaan sedih juga, karena Maverick adalah tempat pertama kali aku belajar tentang dunia kerja. Di sinilah semua berawal. Dari aku yang masih sangat awam, hingga sekarang ya lumayanlah, udah lebih tahu gimana sih dunia kerja.

Walopun aku di Maverick hanya lima bulan, tapi sungguh ini sebuah proses yang berharga. Tapi bagaimanapun hidupku harus berjalan, dan aku ingin tetap berjalan ke depan. Hidup harus konsisten dengan apa yang aku inginkan.

Aku ingin menlanjutkan hidupku sebagai seorang pemasar. Melihat sebuah merek yang aku tangani, tumbuh dan terus tumbuh. Itu memang bukan pekerjaan mudah. Aku sangat yakin untuk itu.

Tapi justru disanalah tantangannya, aku selalu menantang diri sendiri. Sejauh mana sih aku mampu melakukan sesuatu??? D&D General here I come.... Semoga kedatanganku di tempat yang baru bisa sedikit memberi kontribusi seperti yang diharapkan.

Dengan sekerat idealisme, dan seonggok semangat yang aku miliki. Aku melangkah maju dengan penuh keyakinan...

Jakarta, 310507
Sore Hari di Hari Terakhir di Maverick...

Tuesday, May 29, 2007

Denias is Back...

Seneng banget hari ini baca di Kompas, iklan Blitz Megaplex menulis "Denias is Back" tommorow. Katanya film ini diputar kembali atas permintaan pecinta film. Film Denias sendiri meraih penghargaan Film Terfavorit di "Indonesian Movie Awards" yang diluncurkan oleh RCTI.

Yang bikin senang adalah, pertama kita mulai memberikan penghargaan yang lebih baik pada karya-karya film dalam negeri. Kalo bukan kita sendiri yang menghargai karya bangsa sendiri, sapa lagi???

Kedua, film ini membawa pesan yang sangat bagus untuk disampaikan ke penontonnya. Tentang betapa pentingnya pendidikan, dan kesuksesan itu membutuhkan suatu perjuangan ddan kerja keras.

Bagi Anda yang belum nonton film ini, cepatlah menonton. Yakin gak akan rugi, setelah keluar dari bioskop pasti akan merasa ada sesuatu yang didapatkan, dan patut untuk direnungkan...


Jakarta, 290507
Detik-detik Sebelum Meluncur ke Shangrila

Monday, May 28, 2007

Mengejar Mas-Mas, Memaknai Kemunafikan...


Jadi ceritanya Sabtu malam kemarin, aku nonton film "Mengejar Mas-Mas". It's wonderful film... Hmmm ternyata tak salah instingku, waktu pertama kali mendengar film ini aku langsung berkata dalam hati. Aku harus nonton film ini.

Saat itu bulan Januari 2007, seorang teman yang kebetulan wartawan, cerita baru aja diundang konferensi pers film yang akan tayang di bioskop berjudul "Mengejar Mas-Mas". Entah kenapa aku langsung tertarik ajah. Karena menurut aku, walopun judulnya agak norak tapi chatchy. Padahal waktu itu aku belum tahu ceritanya soal apa...

Tanpa harus berpanjang lagi dengan intro, aku akan cerita soal filmnya. Kalo situs berita Antara mengangkat sisi film ini soal benturan antara dua budaya, Gadis ABG gaul dari Jakarta, yang kemudian menumpang hidup di kontrakan seorang pelacur murahan di Kawasan Pasar Kembang Yogya.

Aku justru ingin melihat dari sisi lainnya (seperti biasa hasrat ingin tampil beda tak terbendung). Aku tertarik dengan karakter Ningsih, yang mampu berperan ganda. Untuk menyembunyikan statusnya yang pelacur. Ia mengaku di lingkungan sekitarnya sebagai seorang Dosen, lengkap dengan gaya anggun dan terpelajar.

Ningsih juga digambarkan menjadi panutan para ibu-ibu disekitarnya. Ia menjadi tempat bertanya bagi ibu-ibu yang doyan ngerumpi di sekitar kontrakannya. mengapa profesi Ningsih menarik???

Karena dalam budaya Jawa, apalagi Yogya menjadi Dosen itu adalah pekerjaan dengan status tertinggi. Orang yang dianggap tahu segalanya, dan mampu memecahkan semua masalah. Orang-orang mempunyai ekspektasi yang sangat tinggi pada mereka.

Mereka harus tahu, mulai dari soal remeh-temeh sampai persoalan pemangku adat-istiadat. Jadi ketika film ini mengangkat profesi Dosen, untuk mengelabuhi pekerjaan sebenarnya sebagai pelacur. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri.

Dan profesi ini disandingkan dengan pelacur yang merupakan profesi hina dina, dan dianggap akan membawa sial dan kutukan bagi masyarakat sekitarnya. Dan akhirnya sangat jelas ketika masyakarakat sekitar tahu profesi sebenarnya, maka dia diusir dari kampungnya dengan diarak ramai-ramai.

Jakarta, 280507
Ayo Menulis....

Saturday, May 26, 2007

Anti Kemapanan...

Mungkin kata itu paling tepat untuk menggambarkan tentang pola aku dalam mengkonsumsi. Karena aku tidak suka menjadi sama dengan yang lain dalam hal mengkonsumsi sesuatu. Kalo orang-orang lebih suka membaca Kompas, maka aku sangat loyal dengan Tempo.

Kalo yang lain lebih suka nonton di 21, aku kok milih nonton di Blitz. Kalo yang lain suka film Hollywood, aku akan menyempatkan diri untuk nonton film Indonesia, atau film-film dari negara lain. Misalnya Korea, Hong Kong, dan negara-negara Eropa.

Ada beberapa alasan untuk ini. Pertama, aku ingin cari suasana baru. Kedua, aku ingin menjadi berbeda dari yang lain. Ketiga, aku merasa puas bila bisa membantu yang lemah. Keempat, aku bisa berpkir lebih kreatif dan berbeda. Kelima, aku mempunyai cara pandang yang lebih luas.

Karena dengan mengkonsumsi yang bukan mainstream, maka aku telah membantu "David" berkembang. Memberikan kesempatan untuk terus menantang Sang Penguasa pasar. Suatu produk apapun itu perlu pesaing, agar kita sebagai konsumen tidak diperlakukan semena-mena. Karena produk yang tanpa pesaing akan berlaku seenaknya, mereka pikir dengan pelayanan dan kualitas seadanya toh sudah laku, ngapain harus kerja keras???

Jakarta, 260507
Weekend Means Writing...