Wednesday, March 30, 2005

Sang Petualang...

Aku terlahir dalam ketidak sempurnaan
Tapi aku eksis untuk mendekatinya
Berpeluk bersama awan
Menggambar indah sejarah masa depan

Hadirku hanyalah pelajaran
Mencari yang patut dicari
Menghirup udara kebebasan
Karena aku sang Petualang
Yang haus akan keingintahuan

Pada Sebuah Warnet (Karanganyar), 300305

Wednesday, March 23, 2005

Nasionalisme, Belajar ke Surabaya

Di tengah rasa frustasi saya atas ppemikiran bahwa orang-orang kita punya nasionalisme yang tipis. Dan malu menjadi dirinya sendiri. Saya merasa cukup lega ternyata tak semuanya seperti itu. Ini bisa dibuktikan dengan kehadiran orang-orang Surabaya yang mempunyai ras kebanggaan dan rasa memiliki yang tinggi atas daerah asalnya.
Mau bukti? saya telah bertahun-tahun bergaul dengan seorang teman yang berasal dari Surabaya. Dimana sangat kentara kebanggaannya atas daerah asalnya. Tapi itu bukan satu-satunya alasan untuk membuat generalisasi, masih ada lagi fenomena lain di ekstradisi penghuni terakhir (petir), salah satu acara reality drama di ANTV. Catur memilih menyelamatkan Atma, dengan alasan yang sangat simpel. Mungkin aneh bagi orang lain, tapi tak membuat saya kaget. Alasannya sama-sama dari Surabaya.
Satu lagi, kenapa saya semakin yakin dengan menggebu-gebunya semangat nasionalisme orang Surabaya. Adalah hasil ngobrol dengan seorang teman yang mengatakan kalau MM UNAIR tidak bagus dan kekurangan mahasiswa. Harap diingat bahwa yang berkata adalah alumni FE UNAIR yang memilih mengambil MM di UGM.
Yang membuat saya heran adalah, mengapa Sampoerna Foundation memasukkannya dalam salah satu sekolah yang mendapat kehormatan menjadi sekolah bagi penerima beasiswa Sampoerna?
Mencengangkan, karena Sampoerna hanya mau bekerja sama dengan sekolah bisnis terbaik di Indonesia dan luar negeri (sekelas Harvard, Wharton dan Kellog di Amerika). Lagi-lagi alasannya, karena sesama Surabaya.
Riwayat Sampoerna sebagai perusahaan yang punya nasionalisme tinggi tak diragukan lagi. Mulai dari membawa para buruh Sampoerna menjadi juara Marching Band tingkat dunia. Hingga program-program beasiswa dan acara yang mengankat budaya bangsa.
Kemudian saya berandai-andai, bila orang-orang Surabaya bisa menularkan sikap mereka ini pada seluruh anak bangsa. Mungkin bangsa ini telah maju dengan pesatnya. Karena bagaimmanapun jua, tanpa rasa kebanggaan dan rasa percaya diri, maka kita tak akan bisa menjadi lebih baik.

Tuesday, March 22, 2005

Romantisme Masa Lalu

Harus kita akui, bahwa sebagian dari kita adalah orang-orang yang romantis. Tapi tunggu dulu, resapi definisi romantisme ini dalam cara pandang yang berbeda. Bukan romantisme seorang kekasih yang mengirimkan setangkai mawar putih, atau romantisnya para penyair dengan syair-syairnya yang membuat hati menggelepar. Romantisme yang dimaksud adalah kegilaan kita untuk terus mengingat banyak kenangan manis masa lalu.
Tak ada salahnya memang untuk menghargai masa lalu. Bukankah ini bagian dari bentuk rasa syukur atas nikmat dan anugrah yang diberikan pada kita? Tapi perasaan itu sering kali kebablasan.Romantisme itu digunakan sebagai alasan untuk melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi. Kejayaan masa lalu menjadi penghibur untuk kekesalan kita atas masa sekarang yang tidak seperti yang diinginkan.
Lalu babak selanjutnya adalah drama menyalahkan masa kini, dengan argumen "Dulu kan..., aku orang hebat", atau "Coba seperti dulu...", "Coba masih dipegang sama Si Ini, pasti gak bakal begini jadinya". Kata-kata yang menurut aku hanya pantas dikemukakan oleh seorang pengecut. Maaf kalo mungkin ada yang merasa tersinggung.
Mengapa masa lalu selalu menjadi tolak ukur, kalau yang kita hadapi adalah masa kini, dan masa depan. Buat apa menggerutu, karena waktu yang dihabiskan untuk menggerutu, berarti membuang sia-sia kesempatuntuk memperbaiki esok.
Mengapa kita tak berusaha belajar menjadi pribadi yang lebih optimistik. Yang melihat segalanya dalam kacamata yang positif. Karena energi yang positif membuat hidup menjadi terasa lebih indah, dan sangat menyenangkan.
Percayalah tak akan ada yang bisa diubah hanya dengan menggerutu, dan membanggakan masa lalu. Biarkanlah masa lalu menjadi sejarah yang patut dikenang, tapi bukan untuk dikeramatkan. Jadikanlah keberhasilan masa lalu, sebagai alat untuk mencuri kesuksesan berikutnya di masa datang. Oh... andai semua orang berpikiran seperti ini. Alangkah dunia ini akan berkembang luar biasa pesatnya.

Pinjamlah Tangan Malaikat

Linangan kata mengalir
Menderasi banyak hati
Merebut arti menggugah inspirasi
Hanya demi sepotong kata
Kau mengubah dunia

Dunia tak butuh hal besar
Terlalu berat dan jenuh
Hanya seutas ketulusan
Serta tangan-tangan ringan
Untuk membuatnya tersenyum

Karanganyar, 220305

Terbetik Lagi Bara Itu

Rupa pagi menyapa bumi
Kala Mentari menggigit langit
Leraian air mata menghangatkan kalbu
Menyambut renyahnya mimpi esok

Hariku pernah terebut
Dan akan segera kurenggut
Raksasa galau hendaknya sirna
Kupoles dalan basuhan keringat

Karanganyar, 220305

Wednesday, March 02, 2005

Belajar TOEFL

Beberapa waktu lalu aku sempat mempelajari buku persiapann Tes TOEFL. Dan ada ide yang menggelitik yang menurutku patut untuk ditulis. Dari belajar TOEFL ada banyak hal yang bisa dipetik, selain tentunya tujuan utama untuk meningkatkan skor TOEFL.
Pertama, dari materi yang ada aku mulai menyadari bahwa orang Amerika begitu menghargai sejarah. Mereka punya informasi yang lengkap tentang banyak hal. Mulai dari sejarah sosial, hingga bangunan-bangunan dan proyek yang pernah dilakukan.
Semua informasi disusun dengan rapi, dan detilnya sangat mengagumkan. Dan yang lebih menarik adalah mereka bisa menyajikannya menjadi suatu menu yang bisa diperkenalkan pada bangsa-bangsa lainnya. Inilah kehebatan orang Amerika, mereka pandai jualan tanpa terkesan jualan. Waduh apa pula ini?
Yup, kita tak pernah menyadari kan? Bahwa proyek TOEFL juga merupakan satu dari rangkaian jualan tentang negara mereka. Mereka ingin seluruh dunia tahu, tentang sejarah dan kebudayaan mereka. Tanpa orang yang memperlajari menyadari, bahwa mereka telah dipaksa dalam tanda kutip untuk mempelajarinya.
Satu hal terpenting yang dapat dipetik adalah, bagaimana pentingnya media dalam menciptakan persepsi dan keinginan seseorang atas sesuatu.
Mereka pandai menjual diri bukan hanya melalui TOEFL, tapi juga melalui media lain seperti buku, film dan hampir semua media lainnya. Kadang terlihat sangat narsis dan memuakkan. Tapi mau apa dikata mereka memang jago untuk hal yang satu ini.
Pintar meninabobokkan semua orang dengan berbagai kemasan yang menarik. Hingga semua orang di berbagai penjuru dunia dipaksa untuk memiliki mimpi yang sama "American Dream". Impian yang sama tentang romantisnya salju, impian yang sama untuk baju kedodoran ala penyanyi R & B. Dan selera yang sama untuk Mac Donald atau Coca-Cola.
Lalu apa yang kita lakukan? Bersikap munafik dan mendua. benci tapi rindu, bukankah begitu? Ternyata ini bukan hanya mimpi buruk dalam syair lagu, tapi kenyataan yang begitu dekat. Lalu apa? Duduk diam dan menyesali diri? Itu pun tak ada gunanya, belajarlah dari keberhasilan mereka. Kuasai media, dan taklukkan dunia.