Monday, February 21, 2005

Tentang Iri Hati

Hm... masalah ini mungkin diidap oleh banyak orang, termasuk aku didalamnya. Kenapa terkadang merasa iri hati bila melihat kesuksesan orang lain. Melihat dari sisi betapa mudahnya orang lain mendapat sesuatu, sementara aku terpuruk lagi dan lagi.
Walau sebenarnya aku paling benci dengan penyakit satu ini. Aku berusaha sekuat tenaga menaklukkan diri sendiri, tapi memang tak semudah yang dibayangkan. Ternyata memang lebih mudah unmemberi saran pada orang lain, dibanding mengendalikan diri sendiri.
Oh.. ternyata aku tak ada bedanya dengan orang-orang lain yang sering aku sebut munafik. Terus apa dong yang membedakan aku dengan orang lain? Adakah? Lalu pertanyaan selanjutnya jika ada, lebih baik atau lebih buruk ?
Nah ini juga menjadi pertanyaan sensitif yang kadang tak bisa aku jawab dengan obyektif. Terkadang kita terlalu meninggikan diri kita, atau terlalu merendahkan? Aduh terus gimana mencari keseimbangan di antara keduanya. Itu adalah masalahnya, dan selama perjalanan hidup manusia masih saja berproses untuk menemukannya.

Friday, February 11, 2005

Elektra Oh elektra

Aku bukan hendak becerita tentang film yang baru beredar dengan berjudul sama. Namun tokoh utama dalam serial Supernova terbaru "Petir". Ada banyak hal yang bisa diambil dari sana. Tapi aku paling suka dengan ide utama tentang metamorfosis Elektra. Dari seorang gadis bias-biasa saja, yang merasa minder dan tak punya banyak teman hingga kemudian ia bisa berubah, dan menyadari ternyata ia pun punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Sesuatu yang bisa membuatnya juga populer, mengalahkan kakaknya yang terlalu narsis dengan kelebihan dan kepopulerannya.
Ingat Elektra jadi ingta dengan metamorfosis diri sendiri, dari seorang anak idiot dan bebal, kemudian tumbuh menjadi seorang ABG dengan pengakuan atas eksistensi diri yang berlebihan, dan kemudian berubah lagi entah jadi apa sekarang citra diri ini. Dan aku pikir metamorfosisku belum berhenti, bentukku yang sekarang belumlah final.
Masih akan ada lagi bentuk-bentuk baru lain yang masih dipilah dan dipilih, apa yang akan diambil. Kalau Elektra menyebut metamorfosisnya seperti kupu-kupu, maka aku menyebut metamorfosisku ibarat katak. Perubahan katak dari telur hingga menjadi katak dewasa memang lebih panjang dari hanya sekedar kupu-kupu. Dan lihatlah saja gerbrakan apalagi yang akan kubuat bagi diriku sendiri. Hidup perlu efek kejutan, makanya aku selalu mengubah diriku sesuai perjalanan waktu.

Wednesday, February 09, 2005

Canduku Bernama

Mungkin dunia muak atas ceritaku
Bisa saja kau benci dengan tulisanku
Entah apapun dunia memandangku
Aku hanyalah seorang aku
Yang sedang berproses mencari diri

Bermain memoles kata
Bersenandung menjamu imaji
Menyanjung huruf lebih dari harta
Hanya inilah bahagiaku

Biarkanlah aku sedikit tersenyum
Sempatkanlah kau menjenguk coretan ini
Yang terserak kadang tanpa tujuan

Jatinangor, 040205

Cintapuccino???

Ya benar sekali beberapa hari yang lalu aku membaca chicklit berjudul di atas. Kebetulan ada seorang teman yang berbaik hati mau meminjamkan. Ini bener-bener minjem lho, bukan karena gengsi beli chicklit.
Pertama-tama aku mohon maaf dulu, buat pecinta chicklit dan novel pop lainnya, karena setelah lama berkecimpung dalam dunia sastra yang lebih serius, aku menganggap baca karya seperti ini hanya akan membuang waktu. Ternyata mencipta chicklit bukan berarti pasti dangkal. Dan banyak makna yang bisa digali dari sana.
Mungkin benar juga kalau chicklit itu bacaan buat perempuan, tapi kan tak ada salahnya mengintip sedikit apa sih yang dipikirkan oleh para cewek itu? Ternyata setelah membaca buku ini, memang benar hipotesis aku selama ini. Perempuan hidup dalam negeri dongeng kayalannya lengkap dengan pangeran tampan yang ideal. Sementara lelaki hidup dalam realitas yang berpusat pada egonya. Satu lagi, wanita tergila-gila pada kepastian, sementara laki-laki mencintai kebebasan.
Satu yang mengagumkan dari novel ini, adalah Seorang Icha (penulis novel ini) bisa menangkap, dan memahami bukan hanya tentang dirinyasebagai perempuan, namun juga tentang dunia lelaki. Suatu hal yang sangat jarang dilakukan oleh para lelaki pada perempuan.
Kedua adalah semakin kentaranya ciri khas penulis dari Bandung. Apa coba? Ya benar, para penulis Bandung tak akan pernah lupa mencantumkan banyak tempat nongkrong favorit, terutama tempat makan. Tidak mengherankan itu kan memang kesenangan utama orang Bandung. Jadi hampir semua novel karya orang Bandung pasti terselip minimal satu tempat makan yang enak.
Ketiga novel ini terbilang sangat ngepop, terbukti dengan banyak sekali inspirasi dan penokohan yang diambil dari kisah para selebritis negeri ini, film hollywood, dan ikon budaya pop lainnya. Ternyata Icha bukan hanya pintar, dengan perenuangannya yang dalam tentang jagad kelaki-lakian dan keperempuanan. Tapi dibalik itu semua ia ternyata pecinta gosip juga he... he...
Terakhir yang bisa aku simpulkan, namun ini belumtentu kebenarannya. Icha entah disadari atau tak disadari, pengagum berat Arief Suditomo, Si Presenter berita itu, yang sekarang berlabuh di RCTI. Kenapa bisa disimpulkan demikian? Bagi yang sudah membaca atau yang ingin membaca coba ulik lagi tokoh Raka. Dan nanti akan ditemukan jawabannya.

Monday, February 07, 2005

Musim Gugur Lalu

Kala itu musim gugur
Saat kusematkan hatiku
Pada setangkai kata bernama kecewa
Rangkaian pupusnya harap dalam gamang

Sesak hati bukan tanding
Bilur kristal itu nyaris pula gugur
Karsa diri mulai luntur
Terhanyut aliran menuai badai

Bulir-bulir kerinduanku
Menusuk rusuk kalbu
Menembus mantol tebalku

Riak lagu sendu memperparah waktu
Mengayun sendu bertahta ria
Untuk sejenak aku bersemedi
Mengolah jiwa, kendali rasa

Kupejamkan mata
Mengulang rekaman itu
Mengusik kembali kepahitan
Hingga aku puas lalu pergi
Beranjak menjemput hari baru

Jatinangor, 040205

Jika Saja Ada...

Malam bertanya, mengapa harus malam?
Bumi bertanya, demi apa aku menjadi?
Burung bertanya, kenapa harus aku?
Manusia bertanya, mengapa dilahirkan?

Dan Tuhan berkata,
Sejak kapan kalian berhak bertanya

Jatinangor, 040205

Friday, February 04, 2005

About My Name....

Dahulu saat masih kecil. Aku merasa benci dengan namaku. Soalnya terdengar aneh, dan sering dipelesetkan menjadi tahu. Jadilah aku bahan ejekan teman-temanku, jadilah aku sering kesal karenanya. Pulang dengan wajah cemberut. Lalu bertanya mengapa namaku mesti Tuhu?
Seiring dengan perjalanan waktu, aku menyadari bahwa aset terbesar aku justru pada nama. Tak ada lagi kemarahan pada orang tuaku yang memberi nama Tuhu. Yang ada sekarang justru kekaguman, karena namaku tak ada duanya di dunia.
Mengapa aku berubah? Ini hanya masalah cara pandang. Mengkonversi cara pandang negatif menjadi positif. Ternyata dengan namaku yang unik, orang jadi lebih mudah untuk mengingatku. Paling tidak menurut teori marketing namaku telah memberi efek kejut, dan menggairahkan keingintahuan pada diri orang lain.
Kedua namaku yang unik dari sononya, menyebabkan aku tak perlu menciptakan nama alias supaya terlihat lebih personal, dan tak pasaran. Oh betapa jenius orang tuaku yang telah memberi nama padaku.
Ketiga dengan nama yang hanya satu-satunya yang pernah ditemukan. Orang tak akan pernah melanjutkan pertanyaan Tuhu yang mana? Paling tidak aku telah memiliki diferensiasi yang berbeda. Bukankah begitu? Kalaupun ada pertanyaan lanjutan adalah, Kamu orang mana? atau Apa arti namamu? Ini justru menunjukkan kegairahan dan ketertarikan orang lain padaku.
Terakhir, tampaknya orang tuaku memang telah mengantisipasi bahwa anak yang terlahir ini, mempunyai kepribadian yang unik. Penuh dengan paradoks dan hal-hal yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya, "kok ada yang orang seperti ini?" Setidaknya begitulah komentar beberapa orang tentang aku. Ini berarti ada konsistensi antara tampilan luar dan aura dari dalam. Apa yang dijanjikan paling tidak sesuai kenyataan.