Tuesday, February 07, 2006

Good Bye Nation State???

Beberapa hari yang lalu saat liburan di rumah, aku nonton acara yang sangat menarik di MetroTV (mengapa di rumah??? Maklumlah di kos gak punya TV hehehe). Sebuah feature tentang kehidupan minoritas muslim di Denmark. Ini mah pengulangan kasus hampir di seluruh penjuru Eropa. Saling curiga antara kaum minoritas, dan mayoritas. Minoritas merasa tertindas, dan dibedakan. Sementara kaum mayoritas merasa para minoritas eksklusif, dan tak bisa beradaptasi.

Bagi Denmark, kehadiran kaum minoritas adalah hal yang baru. Karena mereka terbiasa hidup sebagai masyarakat homogen. Berbeda dengan negara tetangga lainnya di Eropa semisal Perancis, Inggris, dan Jerman. Yang telah menghadapi gelombang kaum minoritas dari negara bekas jajahannya.

Lalu dari acara ini, aku kok teringat dengan pelajaran di HI dulu. Perang berkepanjangan selama lebih dari 30 tahunlah yang kemudian memunculkan konsep nation state. Konsep ini terwujud dalam perjanjian Westphalia pada abad 18 atau 19 (maafkan aku lupa karena sekarang telah menyebrang jalur).

Intinya untuk menghindari perang, Eropa dibagi menjadi negara-negara berdasarkan suku bangsa, makanya disebut nation state. Makanya jangan heran kalo Eropa luas wilayah per negara cuman seluas propinsi di Indonesia.

Pembagian wilayah berdasarkan suku bangsa itu membuat Eropa cukup stabil dalam beberapa abad belakangan ini, dan mampu membangun ekonominya. Lalu datanglah era globalisasi yang mau tak mau, membawa banyak konsekuensi. Transportasi yang mudah, menyebabkan banyak imigran yang berbondong menuju Eropa yang kaya dan makmur. Dan juga beberapa negara lainnya yang juga sejahtera.

Ternyata globalisasi membawa konsekuensi yang cukup banyak. Beberapa pihak yang tidak siap kemudian kaget. Mereka tak terbiasa hidup berdampingan dalam multikulturalisme. Tapi ini tak akan bisa dihindarkan lagi. Kalau pun masalah ini dianggap sebelah mata, jangan heran bila kerusuhan massal seperti yang terjadi di Perancis beberapa waktu lalu akan terulang di berbagai belahan Eropa.

Pertanyaan berikutnya, bukankah mereka pula yang paling getol tentang konsep globalisasi??? Ingin menikmati renyahnya pasar negara berkembang yang padat penduduk, dan selalu lapar dengan produk-produk canggih yang mereka produksi???

Dibalik itu harus juga diterima kenyataan, kemakmuran mereka akan mengundang semut-semut berdatangan mencari makan. Ini era terbuka, jangan memaksa membuka, tapi tak mau membuka diri.

Kesimpulannya nation state is over. Cerita itu sudah tamat, bersiaplah menghadapi struktur sosial multikultural di manapun Anda berada. Mungkin masih ada beberapa masyarakat yang homogen dalam satu negara. Tapi dimanakah itu???
Aku hanya bisa membayangkan negara-negara Pasifik Selatan, seperti Vanuatu, Fiji, dan teman-teman.

Yogyakarta, 060206

No comments: