Friday, October 06, 2006

Brondongisme…

Para brondong tampaknya sekarang banyak diincar, secara semakin banyak entah para lelaki atau perempuan yang doyan dengan brondong. Lihat saja fenomena belakangan ini, Rency Milano (seorang bintang sinetron yang haying eksis dengan bikin sensasi. Dia adalah kaka kandung dari Elma Theana) yang menikah dengan seorang pria yang jauh lebih muda. Yang lebih baru adalah kisah Yusril Ihza Mahendra (yang mentri itu lhooo) yang menikah dengan wanita berusia 22 tahun, yang lebih pantas jadi anaknya.

Sebenarnya kalo seorang pria menikah dengan wanita yang jauh lebih muda itu hal biasa. Namun yang menjadi tak biasa para wanita pun memuja pria-pria alias para brondong. Sekarang tidak aneh lagi, bila banyak para wanita yang menikah dengan pria lebih muda. Padahal beberapa tahun yang lalu, ini tampaknya sesuatu yang tabu.

Para wanita setengah baya saat ini juga tidak malu-malu lagi untuk mengungkapkan ketertarikannya pada para brondong. Dimana-mana memang yang masih muda emang lebih enak hehehe.

Tapi di sini aku tak ingin melihat dari sudut emansipasi wanita, atau wanita yang semakin mempunyai power karena semakin banyaknya wanita yang bekerja dan mempunyai penghasilan bahkan lebih tinggi dari pria, sehingga mereka boleh juga dong ikut menikmati brondong kikikik.

Aku justru ingin melihatnya dari sisi pemasaran, secara aku akan terjun ke dunia ini. Dari sisi ini aku melihat adanya pemujaan yang makin terang-terangan akan kemudaan, dan sesuatu yang membuat seseorang tampak lebih muda.

Menurut aku generasi terdahulu, tidak terlalu memuja kemudaan, karena semakin berumur dan tua maka derajat dan kekuasaannya semakin besar. Karena budaya Timur yang selalu menganggap orang tua harus dihormati. Namun seiring perkembangan zaman, dan interaksi global tampaknya pandangan ini mulai bergeser.

Fenomena perubahan sosial akan pemujaan kemudaan mungkin belum banyak tercium, karena tentunya konsumen ini gak akan ngaku. Walaupun ini tak sepenuhnya fenomena baru. Di AS, generasi Baby Boomers yang menua, juga berusaha terlihat lebih muda dengan berbagai kosmetik dan mungkin bedah plastik untuk membuat mereka tampak lebih muda.

Aku pikir ini saatnya bagi pemasar untuk mendekati emosional konsumen dari sisi ini. Dan produk yang bisa ditawarkan tidak harus berupa kosmetik. Pokoknya produk-produk yang mengacu paada segmen paruh baya, tampaknya bisa menggunakan pendekatan ini. Walaupun tentunya dengan tidak secara sadis mengatakan bahwa ini untuk membuat mereka terlihat lebih muda. Mana ada sih yang mau dianggap tua??? Mana ada yang ingin diingatkan dengan umurnya???

Tapi sebagai pemasar tentunya lebih cerdik untuk bisa mengkomunikasikan secara implisit tapi teteup ”nendang”...

Yogyakarta, 30 September 2006

No comments: