Saturday, October 07, 2006

Masa Transisi…

Aku membayangkan kehidupan ini seperti menaiki sebuah sampan. Aku melayari lautan dengan sebuah sampan yang dalam jangka tertentu kenyamanan itu terusik karena harus berganti sampan. Sampan yang digunakan tentu saja suatu saat akan aus, lalu ada tiga pilihan. Apakah akan tetap pada sampan itu??? Berpindah pada sampan lain, yang sama besarnya??? Atau berpindah pada sampan yang lebih besar???

Jelas ini bukan perkara mudah. Bila kita memilih tetap di sampan yang membuat kita merasa nyaman, ini namanya hanya kenikmatan sementara. Karena suatu saat pasti sampan itu tenggelam juga. Suatu saat nanti pasti kita akan dipaksa untuk berpindah, atau akan tenggelam bersamanya bila tetap nekat bertahan.

Atau memilih yang kedua, berpindah ke sampan yang sejenis . Ya ini mungkin pilihan yang juga aman. Tapi buat aku, masak iya dalam hidup kita akan stagnan pada hal-hal yang sama???

Kalo aku akan memilih pilihan ketiga, ancang-ancang pindah ke sampan yang lebih besar. Walaupun tentunya ini bukan perkara mudah. Hanya ada terlalu sedikit sampan, untuk begitu banyak peminat.

Mau tidak mau aku harus bersaing, tanpa kepastian. Ibarat aku harus melompat dari sampanku yang nyaman, berenang-renang mencari sampan yang baru. Memang peralihan itu jarang mulus-mulus aja, bak dongeng.

Kadang aku harus berenang-renang kesana kemari tanpa kejelasan. Kadang aku lelah, dan ingin kembali ke sampanku sebelumnya, yang lebih nyaman. Dalam keadaan seperti ini, mungkin aku linglung, lelah, sedih, seakan tanpa harapan. Tapi aku selalu disiplin pada diri sendiri untuk ”never look back”.

Segala kemenangan, prestasi di masa lalu, itu tak ada artinya. Karena aku hidup untuk hari esok. Untuk ini aku banyak belajar dari filosofi Sampoerna, mereka menyimpan semua penghargaan yang diperoleh di sebuah museum. Karena tidak ingin mabuk oleh prestasi masa lalu, yang ”hanyalah” sejarah, bukan masa depan.

Dan tahukah, kalo saat ini aku sedang menghadapi masa transisi itu. Sebuah masa tanpa kejelasan. Di mana mau tak mau harus terjun ke lautan bebas. Dan berenang menuju sampan yang lebih besar, yang akan membawaku berlayar menuju apa yang aku impikan.

Aku harus berenang-renang lagi, fokus pada sampan mana yang aku tuju. Ini menjadi lebih sulit dikarenakan sumber daya yang aku miliki sangat terbatas. Tak ada ruang untu banyak coba-coba sana-sini, kalo tidak aku akan kehabisan amunisi sebelum sampai pada sampan yang dituju, Maka tak ada pilihan lain, aku harus lebih kreatif dan jeli menggunakan kesempatan dan keadaan agar aku bisa segera menemukan sampanku yang baru.

There always a hope, for the one who can proof that he/she deserve for it…


Yogyakarta, 071006

1 comment:

Blog ilmu said...

how about now? do you still in "masa transisi"?

rendi