Saturday, August 12, 2006

Good Luck Part 2: Persistency of the Japanese

Ini adalah bagian kedua dari serangkaian tulisan yang dijanjikan tentang serial “Good Luck”. Kali ini aku ingin menggambarkan betapa orang Jepang sangat gigih dalam memperjuangkan mimpi, dan harapannya.

Shinkai, tokok utama dalam serial itu, mengalami kecelakaan sehingga kakinya cedera dan syarafnya putus. Dokter mengatakan ia tidak mungkin lagi menjadi seorang pilot, karena walaupun dia dapat berjalan dengan normal. Penyakitnya bisa kambuh kapan saja, dan ini sangat membahayakan penumpang.

Namun Shinkai tidak pernah menyerah. Sebuah kalimat yang mengharukan ketika ia mengatakan ”Aku akan melakukannya, walaupun semua orang mengatakan itu tidak mungkin”.

Melihat kegigihannya, Dokter memberikan tawaran untuk melakukan operasi menyambung syaraf yang putus. Namun risikonya sangat besar, apabila gagal maka ia tidak akan bisa berjalan selamanya. Dan tingkat keberhasilan operasi ini di bawah sepuluh persen. Dan bisa ditebak, Shinkai tanpa ragu-ragu mengambil risiko itu, demi impiannya untuk kembali menjadi pilot.

Dari sini kita bisa belajar, bagaimana orang-orang Jepang sangat gigih dalam melakukan sesuatu. Mereka pantang menyerah, walaupun dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun. Mereka mempunyai kemauan yang sangat keras, sehingga tak ada satupun yang mampu menghancurkan impian mereka.

Maka jangan heran bila Jepang yang dulunya terisolasi dari dunia luar. Lalu dipaksa membuka diri oleh Barat pada abad 18. Akhirnya mampu bangkit, dari kebodohan dan ketertinggalan mereka melalui Restorasi Meiji. Dan akhirnya lahirlah Jepang yang menjadi raksasa menakutkan pada tahun 1945.

Dan sekali lagi setelah mereka porak-poranda akibat kekalahan dalam Perang Dunia II, mereka mampu bangkit dengan cepat. Dalam waktu kurang dari dua puluh tahun, mereka mampu menunjukkan kembali dirinya sebagai kekuatan yang sangat disegani di dunia.


Yogyakarta, 110806

No comments: