Tuesday, January 03, 2006

Mengenang 2005

Ya... ya... ini tahun baru, terlambat memang untuk menuliskan sebuah refleksi, tapi tak apalah daripada tidak sama sekali. Ehmmm mengenang 2005, rasanya semua berlalu begitu cepat, dan begitu banyak hal penting terjadi. Dibanding 2004 yang benar-benar gelap, 2005 sangat lebih baik. Terutama dalam hal mengendalikan diri.

2005 diawali dengan indahnya mimpi yang akhirnya ada di genggaman. Beasiswa MM UGM, membalikkan banyak hal, dan mimpi buruk 2004. Harapan tentang 25 tahun yang bergelar master, dan diperoleh dari beasiswa, tinggal selangkah di depan mata.

2005 juga menjadi awal dari banyak petualang baru, yang membuat adrenalinku terus bekerja. Pada tahun inilah impianku untuk bisa siaran di radio tercapai, tahun ini pula aku berhasil mendapatkan banyak hal yang dulu pernah aku impikan. Betapa pengasihnya Tuhan pada diriku.

2005 juga menjadi tonggak baru dalam diriku untuk menyadari. Bahwa aku tak bisa lagi menghindari takdir sebagai seorang pemimpin. Dulu aku lebih banyak menghindar, karena aku termangsa oleh egoisme diri sendiri. Namun di tahun ini ada udara segar yang membawaku pada seseorang yang patut menjadi role model dari kepemimpinan yang elegan.

Maka 2005, kujadikan tonggak awal untuk membangun diriku menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang tetaplah seorang Tuhu. Aku ingin menjadi pemimpin yang bukan harus di depan, gila nampil dan pujian. Aku tetaplah seseorang yang berada di antara orang lain, namun kepergiankulah yang kemudian akan membuat orang lain sadar bahwa keberadaanku ternyata mempunyai arti.

Menurutku itulah definisi seorang pemimpin. Aku tak ingin harus menonjol setiap saat. Aku hanya ingin berada di antara semua orang saat mereka membutuhkan. Aku ingin membantu seorang demi seorang, secara pribadi.

2005 juga menjadi saksi bagaimana aku berusaha mentransformasi mimpi dan ideku menjadi sesuatu yang lebih nyata bagi orang lain. Selama ini aku asyik dengan mimpiku sendiri, tanpa perduli orang mengerti atau tidak. Namun kini, ini sebuah tantangan agar orang lain pun yakin kalo aku bukan hanya sekedar pemimpi. Ternyata tugas meyakinkan adalah tugas yang teramat panjang, dan melelahkan. Namun aku tak menyerah untuk berusaha belajar lebih baik.

2005 juga tak luput dari lumuran air mata kesedihan. Masuknya Ibu ke rumah sakit berulang kali, menguras begitu banyak kesedihan, dan mengganggu konsentrasiku. Hingga akhirnya beliau harus berhenti berjuang, dan menghembuskan napasnya yang terakhir.

Sungguh menyayat hati, seorang Ibu yang sangat kubanggakan. Sosok Ibu yang menjadi inspirasi, hingga aku rela bekerja lebih keras... Sosok Ibu yang selalu memberi semangat baru saat kulelah. Sosok Ibu yang selalu setia menantiku di teras saat aku pulang, kini telah tiada. Senyumnya, kasih sayangnya, semua tentangnya kini tak akan pernah terulang.
Lebih dramatis lagi, saat terakhirnya pun ia rela menungguku. Dengan napas yang tersengal, dan tubuh yang tanpa daya ia masih menyapaku di saat terakhir. Ia masih saja setia menantiku pulang dari Yogya, sebelum berpamitan untuk terakhir kalinya. Ia hanya ingin kudampingi saat menghembuskan napas terakhir, dan hanya aku seoranglah yang diijinkannya.

Oh Ibu...., maafkan aku belum bisa memberikan sesuatu untukmu hingga kau pergi... aku merasa sangat bersalah padamu untuk semua ini. Aku menyesali mengapa ini begitu cepat??? Aku merasa sedih mengingat kau masih ingin mendampingiku saat wisuda S2-ku, yang hanyalah tinggal angan.

Tapi demimu Ibu, aku berjanji tak akan menyia-nyiakan waktu. Aku tak akan terlarut dalam kesedihan. Karena pesan terakhir yang kutangkap darimu, aku harus merelakan kepergianmu. Engkau tak ingin jalanmu menjadi berat, karena belum merelakan kepergianmu.

Aku akan memenuhi janjiku, untuk menjadi orang sukses, seorang anak yang dapat kau banggakan. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum di alam sana. Ibu tetaplah mengingatku, dimana pun kau berada.

Meskipun kepergian Ibu sangat teramat berat, dan pukulan terbesar dalam hidupku. aku bersyukur pada Tuhan, karena aku diberi kekuatan menerima keadaan. Keadaan emosiku lebih baik dibanding saat 2004, yang membawaku pada titik terendah dalam memandang kehidupan.

Selamat tinggal 2005, dengan segala kenangan dan pembelajaran. Kini aku akan membuka lembaran baru 2006. Semoga segalanya lebih baik....


Yogyakarta, 030106

No comments: