Monday, April 03, 2006

No Brain Like Indian

Sangat menarik mengamati fenomena India, kondisi politik dan infrastruktur tak lebih baik dari Indonesia. Jalan-jalan yang padat, kumuh dan rusak di mana-mana. Pemerintahan yang tidak pernah stabil. Ditambah teror bom di mana-mana.

Bahkan konflik antaragama di India lebih heboh dibanding di Indonesia. Entah telah berapa kali kita dengar tentang pembakaran tempat ibadah baik Islam maupun Hindu. Gerakan aliran garis keras India lebih ganas dibanding Indonesia.

Namun ada satu yang membedakan. Mereka bisa terus merangsek maju, sementara Indonesia terus dirangsek oleh negara-negara lain. Apa yang membedakan India dan Indonesia, adalah masalah visi yang jelas.

Mereka sadar mereka tak punya infrastruktur yang baik, dan sistem politik yang stabil. Maka mereka membangun industri teknologi informasi (TI). Industri TI tidak menuntut infrastruktur jalan dan pelabuhan yang baik.

Yang paling penting adalah koneksi internet, dan manusia yang ahli di bidang TI. India akhirnya menciptakan visi “India as the Brain of the World”. Dan benar saja India segera dikenal di dunia sebagai pusat TI di dunia.

Tapi visi tentang “Otak Dunia” bukan hanya diejawantahkan dalam industri TI, coba amati berbagai profesor di sekolah-sekolah ternama di Amerika. Maka akan dengan mudah menemukan nama-nama keturunan India.

Saat belajar di HI UNPAD dulu, aku banyak menemukan para pemikir keturunan India. Saat ini ketika mengambil MM, ternyata lebih banyak lagi menemukan keturunan India yang menulis buku teks.

Para profesor India di luar negeri pun, masih sempat meluangkan waktunya beberapa bulan dalam setahun untuk kembali ke India berbagi ilmu bagi bangsanya. Mereka pun bersedia mengajar di luar negeri dengan persyaratan, setiap tahun ada kuota khusus mahasiswa dari India yang diberi beasiswa.

Mahasiswa asing terbanyak kedua yang belajar di AS juga dari India, hanya China yang mampu mengungguli. Jadi bisa dibayangkan bagaimana hebatnya India membangun sumberdaya manusianya.

Universitas di India pun sekarang mempunyai gengsi yang tinggi, dan diakui secara internasional. Mereka mampu menyediakan pendidikan yang murah dan bermutu, walaupun dengan fasilitas yang minim. Yang mereka pentingkan adalah kualitas ouput bukan gengsi.

Maka berbondonglah mahasiswa dari berbagai negara ingin belajar ke India, terutama TI. Mereka seakan tidak perduli dengan sesaknya kota-kota India yang pengap, khas negara dunia ketiga. Mereka seakan tidak takut dengan ancaman teror yang mengintip setiap saat.

Dari India kita bisa belajar, untuk tidak pernah menyerah dengan keterbatasan. Permasalahan yang dihadapi hampir sama, mengapa nasib berbeda??? Kedua dari India kita belajar, untuk tak lagi hanya pandai mencari kambing hitam, menyalahkan sana sini. Tapi mulai belajar apa yang bisa kita sumbangkan untuk membangun bangsa ini agar sejajar dengan bangsa lain. Kita dapat berkontribusi melalui hal kecil, melalui hal yang kita lakukan.

Yogyakarta, 250306

No comments: