Friday, March 24, 2006

Sang Naga Bersiap Menyembur

Beberapa hari yang lalu membaca di Kompas soal kembali memanasnya hubungan China dan Taiwan. Hmmm jadi tergoda pengin nulis soal ini. Bernostalgia kembali dengan masa-masa kuliah di HI UNPAD.

Oke..., kira-kira gimana akhir dari cerita api dalam sekam ini??? Dalam pengamatanku persoalan perang dunia ketiga hanya masalah menunggu waktu. Walau sebenarnya aku sendiri bukanlah orang pendukung perang, aku adalah pasifis sejati.

Walau dikatakan beberapa ahli, kemungkinan China akan menyerang Taiwan semakin kecil, karena dunia saat ini semakin terikat terutama masalah ekonomi. China tak akan mengorbankan kepentingan ekonominya demi sepetak Taiwan. Mengingat menggempur Taiwan ini berarti melawan Si Elang AS. Dan juga sekutu-sekutu-sekutu AS lainnya di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan. Sementara China mempunyai kepentingan modal asing dari negara-negara tersebut.

Tapi siapa bilang persoalan ini hanya melibatkan rasionalitas. Persoalan idiosinkratik, dan pride bisa mengalahkan banyak hal. China selama ini sedang memendam keinginannya untuk kembali menjadi pusat dunia seperti yang mereka percayai ribuan tahun lalu. Mereka cukup terhina ketika peradaban mereka dicabik-cabik setelah kekalahan mereka dalam Perang Candu yang menyebabkan Hong Kong dan beberapa daerah lain harus lepas.

Hubungan antarnegara tak semudah perhitungan matematika. Bila China tidak terlalu bersikap keras, ya..., karena mereka masih menyiapkan amunisinya. Ibarat Naga, China baru belajar menyembur. Kalo dia sudah benar-benar pandai menyembur, maka siapakah yang mampu menahan Naga Muda yang berapi-api ingin menjajal kekuatannya???

Alasan kedua mengapa peperangan itu akan terjadi, karena inilah masa transisi pergantian hegemon alias pemimpin dunia. Adam Watson kalo tak salah, pernah mengamati tentang siklus pergantian hegemoni. Dan kesimpulannya pergantian hegemoni terjadi melalui perang.

Karena pemimpin tentunya tak akan mau melepaskan begitu saja kekuasaannya pada orang lain. Karena kekuasaan itu nikmat dan memabukkan. Dan China sangat berpotensi menjadi hegemon berikutnya.

China mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia, wilayah yang luas, dan ekonomi yang terus tumbuh dan akan menyamai negara-negara maju beberapa dekade ke depan. Maka bersiap-siaplah memasuki abad Asia yang sebenarnya.

Jepang dulu tidak terlalu ditakutkan oleh AS dan kawan-kawan karena Jepang secara luas wilayah, dan jumlah penduduk tidaklah signifikan. Tapi itu pun sudah cukup membuat pusing saat berusaha menjajal kekuatannya di Perang Dunia II.

Maka jangan heran bila beberapa tahun belakangan ini, headline majalah-majalah Barat seperti NewsWeek, Times, BusinessWeek, dan yang lainnya. Begitu sibuk mengamati pergerakan China, dan juga India. Karena dua-duanya punya ukuran raksasa dari segi wilayah, ekonomi, dan jumlah penduduk.

Barat, terutama AS tampaknya mulai menyadari dirinya terlalu tua sebagai hegemon. Namun tetap saja tak mau menyerahkan begitu saja tampuk pimpinan. Maka marilah kita menjadi penonton yang baik, drama Si Tua yang semakin overreactive atas kemajuan the next giant.


Yogyakarta, 240306

No comments: