Thursday, December 08, 2005

Asia Memang Tak Lepas dari Putaran Nasib

Masih berkaitan dengan cerita selama liburan, serial Korea yang aku tonton salah satunya adalah “Jewel in the Palace”, diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan seorang dokter wanita pertama di Korea.

Tapi aku lebih tertarik untuk bercerita soal nasib. Ya... tentang perputaran nasib. Dalam serial ini diceritakan Jang Geum sebagai tokoh utama, telah diramalkan oleh seseorang yang pernah ditemui ayahnya akan menjadi orang yang akan berjasa menyelamatkan orang banyak.

Saat menonton adegan ini, aku teringat dengan novel “Samurai: Kastil Burung Gereja”, yang ditulis oleh novelis keturunan Jepang. Dengan benang merah cerita hampir sama, yaitu garis kehidupan pada dasarnya telah ditentukan. Lord Genji sebagai tokoh utama, berusaha menghindari nasib buruk yang dapat diliatnya di depan. Namun tetap saja tak bisa, karena itu telah digariskan.

Bagaimana dengan di Indonesia sendiri, jangan ditanya. Bukankah kita juga sangat percaya, semua ditentukan oleh perputaran nasib??? Sehingga apapun yang terjadi baik gagal atau sukses semua digantungkan pada kata “nasib”???

Asia memang unik, meski telah semodern Jepang pun mereka tetap percaya tentang alur nasib. Kesimpulannya modernisme tak ada hubungannya dengan persepsi tentang nasib. Ini lebih menyangkut pada budaya. Lalu mengapa Indonesia tak sehebat Korea dan Jepang???

Dari novel dan serial yang aku baca pun tampak. Orang Jepang dan Korea memang percaya nasib, tapi sebisa mungkin mereka berjuang mengubah segalanya menjadi lebih baik. Walau pada akhirnya selalu diakhiri dengan kemenangan suratan yang digariskan, namun paling tidak mereka telah mencoba sekuat tenaga.

Lalu apa kabar Indonesia??? Jangankan berjuang untuk berubah, yang ada hanyalah meratap dan menangisi, mengapa nasibnya begitu malang??? Dengan begitu, akan lebih mudah untuk mencari dalih atas semua ketertinggalan....

Bukankah begitu??? Coba tanyakan pada hati nurani kita masing-masing???


Yogyakarta, 051205

No comments: