Tuesday, December 20, 2005

Mempertanyakan Eksistensi???

Siapa yang tak ingin diakui eksistensinya??? Siapakah yang tak ingin diakui, dan menonjol??? Pertanyaan ini kembali berkecamuk dalam benak. Belakangan ini aku mulai menyadari, ternyata keinginan untuk eksis dan diakui oleh orang lain itu memang melekat pada semua orang.

Ya... ya... aku melihat dari gerak-gerik orang-orang sekitar, dan tersenyum sendiri mengamati tingkah polah masing-masing yang tak pernah mau kalah menunjukkan eksistensinya. Mulai dari yang malu-malu, ampe yang terang-terangan bergaya demi suatu eksistensi. Dan hampir semua dari mereka, tanpa malu berkata, mereka ingin menarik perhatian orang lain, agar kehadirannya diakui.

Lalu aku berpikir ternyata itu lumrah??? Emangnya kenapa??? Soalnya selama ini aku berusaha untuk mengerem sikap diri yang terlalu bernafsu untuk over exposure... aku menekan banyak hasrat diri tentang hal itu. Dalam tataran idealku, biarlah orang akan menilai eksistensi kita tanpa kita memaksakannya.

Aku pengin eksistensi dan keberadaanku dihargai dalam proses yang alamiah, tanpa aku memaksa orang mengakuinya. Lalu dimana salahnya??? Bukankah itu juga ide yang cukup bagus???

Yah mungkin sounds so good, but sometimes aku bisa sangat gelisah, dan hampir-hampir tak memaafkan diri sendiri, bila sedikit saja aku pikir aku terlalu maksa agar eksis. Bukankah menjadi eksis adalah hal lumrah??? Kadang juga berpikir begitu.

Tapi sisi lain, keinginan menjadi manusia yang sempurna. Sungguh sangat melelahkan diri sendiri. Kadang aku heran juga, terjerembab pada stres hanya karena hal-hal yang sangat sepele (kayaknya tak perlu diceritakan dalam forum ini, karena itu sangat memalukan).

Lalu apa yang seharusnya aku lakukan as human??? Tetap menjadi manusia pada umumnya yang bertingkah polah untuk mencari eksitensi, atau seharusnya aku hijrah menuju kepribadian ideal yang aku bayangkan???

Honestly aku masih berpikir, dan berdebat dengan diri sendiri. Gitu aja kok repot ya??? Yah itu juga merupakan bagian tak terpisahkan dariku, memikirkan hal-hal reme-temeh gak penting.


Yogyakarta, 191205

No comments: