Tuesday, March 07, 2006

It’s A Trade Off Stupid...

Nampaknya gosip Mayang Sari masih tetap menjadi most wanted di berita infotainment, dan juga tabloid gosip. Tadi baru lewat kios koran pinggir jalan, Mayang sari masih bertengger di sampul depan Tabloid Nova. Mayang Sari yang tiba-tiba hamil, dan masih bungkam soal siapa yang telah menghamilinya, ternyata masih banyak juga peminatnya.

Jadi tertarik neh untuk ikut nimbrung soal Mayang. Maafkan kalo untuk kesekian kalinya, aku nulis soal gosip. Ehmmm emang udah bakat dari sononya, mo gimana lagi dong hehehe. Tapi aku janji kali ini sudut pandangnya berbeda dari yang sebelum-sebelumnya.

Ini bukan tulisan tentang “ Lakon Anak Takon Bapa” (bagian kisah dalam pewayangan tentang anak-anak hasil hubungan gelap Arjuna, yang bertanya pada ibunya siapakah bapaknya???). Tapi ada satu pernyataan dari Mayang Sari, yang dikirim dalam bentuk fax ke media. Kurang lebih “Tolong hargai privasi saya”.

Saat menonton tayangan itu aku jadi tersenyum sinis. Privasi???? Gak salah tuh. Karena sebagai seorang artis, privasi diobrak-abrik adalah sebuah konsekuensi dari pekerjaan. Dia dibayar mahal oleh penonton karena mereka ingin tahu kehidupan pribadinya.

Orang rela bergotong royong membayar kehidupannya yang glamor, pakaian bagus, rumah mewah, mobil bagus, karena mereka ingin selalu mengintip kehidupan Sang Idola.

Lalu tiba-tiba, saat Sang Bintang sudah terkenal mereka tanpa malu mengatakan., ”Tolong ini masalah privasi”, pantaskah itu??? Setelah Sang Bintang menikmati banyak kemewahan, di mana terkadang seorang fans rela menyerahkan gajinya sebulan hanya untuk menonton konsernya. Atau fans yang merelakan uang jajannya untuk sebuah album rekaman???

Publik selalu ingin tahu, baju apa yang dipakai, sekarang jalan dengan siapa, pake baju apa. Semuanya, bahkan sampe hal-hal remeh-temeh pun orang ingin tahu. Kalo perlu sehari berapa kali sikat gigi pun ada yang pengin tahu, karena pengin niru.

Telah menjadi konsekuensi, bahwa kehidupan pribadinya digadaikan. Kalo gak mau ambil risiko yang jangan milih jadi artis atuh... Jadi aja pengusaha, guru atau apapun lainnya. Dijamin gak ada wartawan yang nguber pengin tahu.

Ingatkah dia, saat belum terkenal. Maka segala cara diusahakan untuk menciptakan sensasi agar pamornya naik. Bukankah itu juga berkat wartawan??? Ya maklumlah, manusia terkadang lupa bila sudah berada di atas.

Dia pikir, dia mencapai segalanya dengan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia pikir, dia bisa selalu di atas tanpa bantuan yang lain. Ingatlah tragedi Desi Ratnasari. Yang harus merangkak lagi dari awal, mengemis-ngemis minta job, karena popularitasnya hancur setelah ditinggal wartawan akibat keangkuhannya.

Kalo Mayang Sari membaca blog ini (jelas gak mungkin banget ya...). Ada beberapa hal yang mau aku sampaikan. Pertama, bow bow jangan suka boong deh bow, kalo emang hamdan ngomong aja deh bow. Jangan sok bilang, bikin acara Valentine sekaligus arisan, ato alasan yang lebih tidak masuk akal sekaligus menggelikan, “Selametan lukisan dan perabotan baru”.

Yang kedua paling penting nehhh. It’s a trade off stupid!!!!


Yogyakarta, 070306

No comments: