Tuesday, March 21, 2006

That’s the Parcel of Ur Life

ernahkah menerima sebuah parcel??? Ya..., hidup tak jauh beda dengan sebuah parcel. Saat menerima parcel pemberian orang lain, kita tak pernah bisa memilih apa yang ada dalam parcel itu. Ada beberapa hal yang mungkin kita suka, sementara yang lain tidak guna menurut kita.

Kehidupan juga sama saja, Tuhan telah menghadiahkan parcel pada semua orang. Semua nilainya sama saja, tapi komposisi masing-masing orang berbeda-beda. Dan itu dalam bentuk satu paket yang komposisinya tak pernah bisa kita pilih.

Ada yang diberi kelebihan fisik yang sempurna, ada yang otaknya brilian. Beberapa dilahirkan dengan suara yang indah, sementara yang lain diberi daya analitis yang tajam. Beberapa terlahir sebagai ilmuwan yang berpikir lurus dan sistematis, yang lain tumbuh menjadi orang yang eksentrik bergaya seniman.

Kalau semua orang diberi parcel dengan nilai yang sama, mengapa beberapa orang sukses sementara yang lain tidak??? Ini hanya menyangkut persepsi kita atas apa yang dimiliki. Kebanyakan orang selalu bertanya, “Mengapa aku tidak mempunyai ini atau itu???”. Atau bertanya “Andai saja aku???”.

Sementara yang lain mengirikan apa yang dimiliki orang lain. Orang yang sukses belajar menjawab pertanyaan “Apa yang aku miliki???”. Mereka mencari apa yang bisa dilakukan dengan apa yang dimiliki, dan berusaha berdamai dengan kekurangannya, sembari berusaha memperbaiki kekurangannya.

Toh sebenarnya hidup itu adalah permainan akan persepsi. Bila kita hanya belajar melihat kekurangan kita, maka hanya kekurangan yang tampak. Semua kelebihan yang Tuhan berikan seakan terkubur, karena kelebihan itu tak pernah dipandang. Dunia hanya akan menjadi suram, sepertinya dunia bukan diciptakan untuk kita.

Namun dunia bisa juga indah bila kita menginginkannya. Bahkan orang-orang yang cacat fisik pun bisa berprestasi, dan melakukan sesuatu. Lalu mengapa masih saja bertanya “Mengapa aku tidak???.

Mulai sekarang marilah sama-sama belajar menjawab pertanyaan “Apa yang aku miliki???”. Jangan terlalu berburuk sangka pada Tuhan, tentang betapa malangnya nasib kita, dan betapa beruntungnya orang lain.

Semua orang terlahir unik, agar kita belajar saling menghargai. Kita dilahirkan berbeda bukan untuk dibandingkan, tapi untuk melengkapi. Seindah apapun hidup orang lain menurut kita, tetap saja ada sisi gelap yang tidak kita tahu.

Seburuk apapun hidup kita, sebenarnya ada keindahan-keindahan kecil yang terlupakan. Karena kita terlalu asyik melirik tetangga. Karena hal itu terlalu remeh-temeh dan rutinitas. Keindahan itu baru mempunyai arti bila tiba-tiba direnggut dari kita. Apakah selalu harus kehilangan terlebih dahulu, untuk memaknai sesuatu???

Yogyakarta, 210306

No comments: