Monday, May 12, 2008

"A Thousand Splendid Suns", dan Nyanyian Kepedihan...


Setelah memukau dunia dengan bukunya "A Kite Runner". Khaled Hosseini menulis buku berikutnya "A Thousand Splendid Suns". Buku yang masih juga membahas tentang bait-bait kepedihan Afghanistan yang terkoyak dalam perang saudara dalam beberapa tahun ke belakang.

Buku ini diawali dengan kisah tragis Mariam sebagai Harami atau anak Haram, dari seorang terpandang di kota kecil Herat di Afghanistan yang menghamili pembantunya. Meminjam mata Mariam yang malang, pembaca diajak bertualang dalam kehidupannya yang menyedihkan.

Ditolak oleh ayah kandungnya, lalu ibunya memilih gantung diri, karena anaknya lebih memilih menemui ayahnya. Penderitaan Mariam terus berlanjut, dimana dia dipaksa menikah dengan seorang pria yang jauh di atas umurnya.

Ia menjadi saksi sistem patriarki Afghanistan yang rigid. Dicampakkan oleh suaminya karena tidak mampu menghasilkan seorang anak. Dimadu, dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, tanpa mampu melakukan perlawanan.

Novel ini juga menangkap perang saudara yang berkepanjangan di Afghanistan. Kota yang hancur lebur, aliran pengungsi ke Pakistan yang hidup dalam kesengsaraan. Dan tangisan pedih dan lirih, karena begitu banyak keluarga yang meninggal akibat perang.

Novel ini, menurutku masih kurang menggigit dibandingkan karya Khaled sebelumnya, "A Kite Runner". Suasananya terlalu suram, dan mencekam. Atau mungkin aku terlalu terpesona dengan karya sebelumnya? Ledakan emosional yang pernah dirasakan tatkala membaca A Kite Runner, sangat jauh dibandingkan buku ini yang terasa hambar.

Tapi secara keseuluruhan buku ini layak untuk dibaca, karena Anda bisa mengintip kehidupan sosial masyarakat Afghanistan. Dan tentunya perubahan politik di sana yang mengakibatkan peperangan, dan kemiskinan tak berkesudahan.

Jakarta, 120508
Siang Nan Sunyi...

No comments: