Monday, May 05, 2008

Memahami Desire dan Anxiety Blogger

Beberapa waktu yang lalu, saya menulis tentang mimpi buruk pemasar dengan consumer generated media. Tulisan itu terinspirasi oleh sebuah tulisan yang ditulis oleh Agung tentang Ford. Walhasil Agung memebaca tulisan ini, lalu menulis blog sebagai respon atas tulisan itu.

Saya cukup terkaget-kaget melihat respon akan tulisan ini. Tampaknya ada sebuah miskomunikasi disini. Agung mempersepsikan bahwa saya menganggap tulisannya itu tidak pantas, karena menjelekkan sebuah merek. Padahal saya mengangkat kasus ini, untuk menunjukkan pada pemasar, bahwa berhati-hatilah dengan konsumen. Mereka saat ini bisa berbicara di media internet, dan akan berdampak sangat luas.

Oleh karena itu pemasar perlu berdialog dengan konsumennya. Namun bukan justru memaksa konsumen tutup mulut. Pemasar harus berani mengakui kalau mereka melakukan kesalahan, belajar untuk mendengar dari konsumennya.

Karena reaksi frontal, dan ancaman hanya akan memperburuk suasana. Kritik tajam pastinya akan semakin meluas kemana-mana. Dari satu blog di link ke blog lain, lalu melompat ke mailing list, dan pada akhirnya menjadi pembicaraan offline.

Namun justru dari tulisan blog ini beserta komentar para pembacanya, saya menemukan insight menarik tentang blogger Indonesia. Kalau dalam bahasa Hermawan Kertajaya, tentang anxiety dan desire.

Lalu apa anxiety blogger? Ternyata selama ini di era semua orang bebas berekspresi, mereka masih punya ketakutan untuk dibredel. Ketakutan bahwa perbedaan pendapat, dan kritik itu tidak sopan, dan mengganggu stabilitas. Ini bisa dimaklumi, rezim Soeharto itu baru berakhir 10 tahun. Mereka yang sekarang ini menjadi blogger adalah generasi yang masih dididik dengan P4.

Blogger juga ternyata masih mengalami inferiority complex, akibat adanya banyak cap negatif yang melekat. Misalnya, blogger disamakan dengan hacker dan pembohong yang dicapkan oleh Roy Suryo.

Disisi lain, Blogger punya desire untuk diakui keberadaannya. Bahwa mereka ini eksis lho. Mereka ini bukan hanya sekelompok orang yang menulis dusta, atau curhat di internet. Bahwa banyak juga lho blogger yang menulis sesuatu yang bagus, dan bermanfaat bagi orang banyak.

Lalu apa dampaknya bagi Anda para pemasar? Anda harus memahami anxiety dan desire mereka ini, baru Anda akan mengerti bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Bagaimana menurut Anda?

Jakarta, 050508
Pagi yang Indah...

1 comment:

Agung Nugroho said...

sebenernya judul posting itu nggak perlu diartikan harfiah sebagai 'khawatir', justru lebih ke 'bangga' bahwa blogger juga punya power menghadapi produsen besar... gitu lho. Dengan kata lain, gue malah senang jadi mimpi buruk! :-)