Sunday, November 12, 2006

Jumpha Lahiri Mencari Jati Diri


Beberapa waktu yang lalu akhirnya aku membaca novel “The Namesake”, karya Jumpha Lahiri. Jumpha Lahiri adalah warga Amerika yang lahir di Amerika, tetapi keturunan India.

Novel ini bercerita tak jauh dari pengalamannya. Novel yang unik dan mengharukan. Memulai konflik dengan nama sebagai representasi goyahnya fondasi identitas Gogol (tokoh utama dalam novel). Gogol diambil dari nama pengarang Rusia, ia keturunan India, namun lahir dan dibesarkan di Amerika.

Pertentangan sistem nilai Timur dan Barat sangat nyata digambarkan dalam novel ini. Orang-orang Timur yang doyan berkumpul bersama keluarga besar, kurang ekspresif dalam mengungkapkan perasaan, dan mempunyai sistem nilai yang rigid, disandingkan dengan sistem nilai Barat yang kebalikannya.

Dan Gogol harus memilih di antara keduanya. Di rumah ia harus mengikuti adat-istiadat India yang dibawa oleh orang tuanya. Karena orang tuanya adalah generasi pertama yang lahir di India, dan merantau untuk bekerja dan menetap di India.

Sementara di luaran, Gogol harus berhadapan dengan teman Amerikanya yang mempunyai kebiasaan yang berbeda. Gogol mengalami krisis identitas, yang terus di carinya hingga ia berumur 32 tahun.

Gogol dalam perjalanan waktunya berusaha untuk keluar dari kungkungan adat India yang dibawa orang tuanya. Dia berusaha menjadi Amerika sejati, berpacaran dengan orang Amerika. Namun akhirya gagal juga. Dia tak bisa menghilangkan tarikan budaya India yang juga merupakan bagian tak terlepaskan darinya.

Di sisi lain akhirnya di tengah perasaan putus asa, Gogol menikah dengan seorang keturunan India jyang tinggal di Amerika sesuai dengan keinginan ibunya. Ternyata pernikahan ini juga tidak berhasil.

Honestly, ketika aku membaca bagian di mana novel ini mencapai babak saat Gogol memilih wanita keturunan India. Aku merasa ini sebuah kepicikan. Dalam hati aku gak terima, mengapa Jumpha Lahiri begitu picik???? Karena bila cerita berakhir dengan pernikahan bahagia Gogol dengan istri keturunan India, ini merepresentasikan ekslusivisme ras.

Ternyata cerita memang belum selesai. Cerita diakhiri dengan sesuatu yang indah. Gogol akhirnya membaca kumpulan cerpen karya Nikolai Gogol yang dihadiahkan oleh ayahnya beberapa tahun sebelumnya, yang selama ini tak pernah disentuh olehnya.

Ibu Gogol pun akhirnya punya keyakinan, bahwa Sonia (adik Gogol) yang bertunangan dengan seorang pria keturunan Yahudi dan Cina, akan berakhir bahagia. Tidak seperti pernikahan Gogol...


Jatinangor, 131106

No comments: