Sunday, November 12, 2006

Lisan Yang Menyesatkan…

Selama ini aku tahu, ragam bahasa lisan memang punya banyak kelemahan. Dan sayangnya, masyarakat kita lebih suka berbicara, daripada menulis. Hal ini semakin aku sadari, karena aku mengalami secara langsung beberapa waktu lalu.

Aku membicarakan sebuah masalah pada sekelompok orang. Aku berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya, ternyata informasi yang di sampaikan pada pihak ketiga, yang kemudian diceritakan kembali padaku sangat jauh berlawanan. Di sini tak penting untuk membeberkan apa masalahnya, tapi lebih pada membahas esensi kelemahan ragam bahasa lisan.

Kelemahan pertama pada interpretasi. Baik ragam bahasa lisan maupun tulisan akan mempunyai dampak perbedaan interpretasi, karena ini adalah alamiah. Seseorang dan orang lain dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, mempunyai pengetahuan yang berbeda, latar belakang yang berbeda.

Namun lisan akan lebih mudah diinterpretasikan melenceng, karena ia akan mengacu pada sumber yang tidak sama. Ia akan mengacu dari banyak orang. Di mana dari tiap orang per orang, telah disisipkan baik sengaja atau tidak opini pribadi. Sementara itu tulisan, akan mengacu pada satu sumber yang sama.

Alasan kedua, kemampuan memori otak manusia sangat terbatas. Sehingga sangat mungkin ketika suatu informasi disampaikan ke seseorang, lalu orang itu menyampaikan lagi pada orang lain, maka yakin ada sesuatu yang berkurang atau bertambah. Mungkin ia memang tak bermaksud melakukannya, tapi namanya juga manusia. Ia bukan komputer yang mampu mengingat semua urutan kalimat, dan kata-kata dengan tepat. Dan inilah yang kemudian ditutupi oleh ragam bahasa lisan. Karena ia akan selalu sama saat dibaca oleh siapapun.

Ketiga, bahasa lisan melibatkan emosional. Dalm artian cara pengucapan, cara bersikap, nada bicara, yang bisa diinterpretasikan lain, oleh yang mendengarkan. Bahasa lisan juga tidak dapat diedit berulang-ulang, seperti halnya bahasa tulis, untuk menghindari perasaan tersinggung dari orang lain.

Oleh karena itu pengalaman kemarin menjadi pelajaran yang sangat berharga. Walaupun aku sangat menyesalinya. Aku berusaha menjelaskan dengan niat baik, tanpa pretensi apapun, ternyata telah disalahartikan. Ya sudahlah, setiap langkah adalah pembelajaran. Dan aku akan menjadikan ini sebagai evaluasi untuk ke depan.


Yogyakarta, 131106

No comments: