Wednesday, September 07, 2005

Kegenitan Intelektual

Beberapa hari lalu, kata-kata itu terucap oleh seorang wartawan yang diundang News Letter dalam sebuah pelatihan jurnalistik. “Kegenitan intelektual”, langsung mengingatkanku pada seorang dosen MM UGM, yang salah satu tulisannya dalam sebuah buku kumpulan artikel pemasaran sangat tepat menggambarkan itu. Bahkan lebih menor, karena plus gincu dan bedak tebal.

Padahal harus diakui dari tulisannya bisa dideteksi betapa pintarnya dosen ini. Secara langsung, aku belum membuktikan karena aku belum pernah diajar oleh beliau. Tapi membaca artikelnya, sumpah mati disambar petir (agak berlebihan gak sih he... he...), aku sama sekali gak ngerti apa yang ditulis.

Kata-katanya begitu kering khas intelektual. Sulaman dan kutipan dari berbagai jurnal ini itu. Yang maunya kelihatan jadi sangat berbobot, tapi malah bikin pusing. Aku tak mempelajari apapun dari tulisan itu. Tapi mungkin hanya aku seorang yang tak mengerti, maklumlah otakku emang lumayan cupet.

Lalu aku bertanya-tanya sendiri, mengapa begini, mengapa begitu?

Pertama, karena memang sengaja dibuat seperti itu. Mungkin atas dorongan ingin menunjukkan kelasnya sebagai intelektual kampus, jadi harus menggunakan bahasa yang berbeda dengan awam. Kalo gak begitu apa dong bedanya intelek dengan tidak? Mungkin begitu logikanya.

Kedua, memang benar-benar tak sadar, dan tak tahu. Karena kebanyakan intelektual hidup dalam dunianya sendiri. Pada suatu menara gading, yang indah, menjulang, sekaligus tak tersentuh. Ia terus berpikir-berpikir, tanpa pernah bersentuhan dengan permasalahan di lapangan. Yang penting menelurkan pemikiran.

Kalo hanya begitu, apa dong funsinya sebagai intelektual? Bukankah hadirnya intelektual untuk membantu orang-orang lain yang tak mempunyai ilmu setinggi dirinya.

Bukankah intelektual yang hebat, seharusnya mampu mengurai kerumitan berpikir menjadi sesuatu yang sederhana, dan mudah dicerna bahkan oleh orang yang tak makan sekolahan sekalipun?

Yogyakarta, 060905

No comments: