Tuesday, October 11, 2005

Selamat Tinggal Internet Explorer

Dulu aku hanya mengenal Explorer sebagai web browser (perangkat lunak untuk berselancar di internet). Namun saat ini ada beberapa pilihan lain, antara lain Fire Fox dan Opera. Maka bermigrasilah aku dari Internet Explorer menuju Opera.

Mengapa Opera? Ada banyak pertimbangan mengapa memilih Opera untuk web browser. Pertama, Opera lebih praktis dibandingkan Internet Explorer atau Fire Fox sekalipun. Opera menyediakan menu-menu yang tidak disediakan Explorer yang akan membuat kegiatan berinternet lebih efisien dan nyaman.

Yang kedua, kehadiran Opera memberikan nuansa baru. Memuaskan dahagaku akan sesuatu yang baru, sesuatu yang dinamis. Membuat aku punya mainan baru untuk dipelajari. Serta memuaskan hasrat akan petualangan.

Yang ketiga, kata beberapa teman, Opera sekarang lagi naik daun, karena lebih aman dari serangan virus dan trojan, dibandingkan Internet Explorer. Yang urusan teknis ginian aku gak terlalu ngerti, tapi aku yakin benar. Karena teman-temanku itu lulusan informatika yang lebih melek soal teknologi.

Namun hal lain yang membuat aku lebih tertarik dengan Opera adalah, entah mengapa secara emosional aku mengaitkannya pada Operah Winfrey. Operah adalah salah satu orang yang membuat aku terinspirasi dengan caranya mewawancarai dan meyakinkan orang lain, serta semangat hidupnya yang luar biasa.

Alasan terakhir, Opera menawarkan soul yang “gue banget”. Soul yang dimaksud adalah anti kemapanan, anti sesuatu yang dominan, dan stabil. Dengan menggunakan Opera aku merasa telah mengalahkan Microsoft yang selama ini telah dianggap memonopoli dunia piranti lunak.

Aku ingin sesuatu yang berbeda. Karena jiwaku adalah jiwa pemberontak yang tak ingin didikte sesuatu yang standar. Kalo ada yang lain, dan bisa berwarna-warni, mengapa harus seragam? Bukankah berbeda itu indah?

Sesuatu yang aneh memang, banyak alasan bersifat emosional. Tapi itulah kenyataan di pasar, konsumen lebih banyak berperilaku berdasarkan nilai-nilai tertentu yang dianut. Bukan hanya berdasarkan alasan-alasan rasional yang bisa diprediksi.

Oleh karena itu, pelajaran yang harus diingat oleh seorang pemasar, jadilah pendengar yang baik. Berpikirlah dari kaca mata konsumen yang sangat beragam, bukan dari kaca mata Anda sendiri.


Yogyakarta, 111005

No comments: