Tuesday, October 04, 2005

Renyahnya Pasar “Jamu”

Masih merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang banyaknya fenomena jamu alias janda muda. Pemasar seharusnya lebih waspada dengan fenomena ini. Apa pasal? Pertama karena perempuan mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan. Kedua perempuan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam keputusan pembelian suatu barang. Dan ketiga perempuan memang hobi berbelanja, kala sedih belanja, saat senang belanja, dapat bonus gatel juga pengin belanja. Bukankah ini angin surga bagi pemasar???

Di sisi lain, pemasar juga lebih harus berhati-hati dalam menggunakan objek wanita (sengaja digunakan kata wanita di sini, untuk mengacu pada persepsi tentang perempuan sebagai manusia kelas dua) dalam iklan. Kenapa?

Karena pada dasarnya perempuan sangat emosional, apabila iklan dianggap melecehkan harkat mereka. Bisa-bisa produknya akan dibenci oleh perempuan. Dan ini malapetaka besar. Mereka tak bisa lagi dijadikan obyek seksual yang sekedar pemanis dalam iklan.

Maklum perempuan sekarang lebih sensi soal begituan. Mereka punya kemampuan untuk menghukum mereka yang menyinggung perasaannya. Lalu giamana dong? Apa yang harus dilakukan pemasar?Tak perlu ragu dan bingung, buatlah iklan yang menyentuh hati. Menembak sisi emosional, karena ini akan lebih efektif, apalagi produk-produk yang menyasar kaum hawa.

Oleh karena itu aku ucapkan selamat datang di dunia yang sentimentil . Dimana perempuan lebih sadar akan hak-haknya, dan punya kemampuan untuk memperjuangkan hak-haknya. Dan para pria mulai sedikit gerah karena tak lagi bisa berperan sebagai hero for her lady.


Yogyakarta, 290905

No comments: