Monday, June 12, 2006

AFI Tampaknya Tinggal Kenangan…

Akademi Fantasi Indosiar (AFI) tampaknya hanya bisa termangu membayangkan kesuksesan yang pernah diraihnya di masa lalu. Gaung AFI saat ini tampaknya semakin tidak terdengar, terkalahkan oleh Indonesian Idol. Ada apa sebenarnya???

Tampaknya ada beberapa hal yang menyebabkannya. Pertama, AFI terlalu aji mumpung di awal. Merasa acaranya laris manis di pasaran Indosiar, terlalu cepat membuat sekuelnya. Ketika sekuel AFI 2 dibuat dengan jarak yang berdekatan, dan ini masih bisa ditoleransi.

Tapi saat, AFI 2 belum juga mencapai babak final, dan Indosiar sudah berancang-ancang dengan AFI sekuel berikutnya. Aku sudah mulai menebak penonton akan segera muak. Dan ternyata memang prediksi ini tidak meleset. Karena setelah AFI 2, kejayaan tampaknya mulai enggan menyapanya. Manajemen Indosiar tidak berpikir jangka panjang untuk menjaga mereknya agar berumur panjang.

Penyebab kedua, kampanye Indonesian Idol untuk menjatuhkan AFI dengan mengatakan kontes menyanyi adalah mencari penyanyi dengan suara dan penampilan terbaik disambut baik pemirsa yang mulai jenuh dengan linangan air mata dan melodrama ala AFI. Hal ini seakan memperoleh momen yang sangat tepat, karena Indosiar tidak memperhatikan bahwa pemirsa pun punya satu titik kejenuhan apabila dibombardir terus-menerus...

Hingga akhirnya, AFI 2006 meski slogannya, ”Bukan ajang coba-coba”. Tetap saja tidak mampu menjaring penyanyi terbaik. Bisa Anda bandingkan gaya bernyanyi antara peserta AFI 2006, dan Indonesian Idol , bak bumi dan langit. Keduanya saat ini sedang tayang bersamaan, walaupun di hari yang berbeda. Peserta AFI, walau telah dipilih dengan lebih ketat, tetap saja buruk, dan terlihat masih mentah sebagai calon bintang di atas panggung.

Lalu mengapa terjadi??? Padahal seleksi untuk AFI 2006 lebih ketat, Tri Utami turun langsung untuk melakukan audisi??? Sebenarnya ini bukan hal yang mengangetkan. Karena dalam benak konsumen (baik itu pemirsa dan calon peserta) AFI itu bukanlah tempat bagi orang-orang yang mempunyai kualitas suara terbaik. Dan pandangan ini tak bisa diubah begitu saja, dengan slogan baru...

Persepsi yang telah tertanam dalam benak konsumen tentang AFI yang begitu kuat, menyebabkan para pendaftar yang mengikuti audisi AFI juga mempunyai kualitas kelas dua. Jadi bila kita melihat bagaimana para finalis AFI yang ternyata tak seperti yang dijanjikan ya harap maklum.

Perubahan positioning AFI ini justru semakin melemahkan persepsi konsumen. Dan meningkatkan citra positif di benak konsumen terhadap Indonesian Idol. Karena bagaimanapun juga bisik-bisik yang aku dengar di antara para penyanyi yang bermimpi menjadi penyanyi ternama, mengikuti audisi AFI hanya menjadi bahan cemoohan karena yang telah tertanam dalam benak mereka, AFI tidak mencari penyanyi terbaik...

Yogyakarta, 120606

No comments: