Saturday, June 17, 2006

Lagi-Lagi Berita Kompas

Hari ini aku terkaget-kaget saat membaca halaman terdepan Kompas yang memuat berita tentang Merapi yang menyemburkan awan panas sangat jauh hingga memasuki pemukiman warga. Padahal sehari sebelumnya, status merapi baru saja diturunkan.

Dan yang lebih lucunya lagi, ada beberapa bagian dari berita tersebut yang memuat pendapat para pemimpin negeri ini, dan beberapa tokoh lainnya, agar ini tidak dikaitkan dengan “takayul”, atau pemikiran yang tidak rasional lainnya.

Bukannya dengan insiden ini kita mesti belajar, bahwa ternyata ilmu pengetahuan yang agung pun punya kelemahan???? Mengapa kita masih saja begitu naif??? Sudah begitu jauhkah diri kita dari sejarah, dan cerminan diri kita sebagai sosok Timur atau seorang Jawa???

Aku benar-benar sedih demi bangsa ini. Mungkin pendidikan di sekolah tentang sejarah selama ini membodohkan. Sejarah dulu adalah subyek yang paling favorit aku benci. Ya jelas saja, karena aku hanya disuruh ngapalin tahun perang, kemerdekaan, atau apapun lah.....

Tapi tak bisakah kita mempelajari sejarah dengan lebih benar??? Please dehhh, bahkan para intelektual bangsa ini kan cukup pinter. Atau jangan-jangan pada terjebak penyakit malu, dan gengsi… untuk mempelajari apa yang disebut klenik itu???

Padahal mungkin klenik dan semacamnya mempunyai filosofi yang mendalam, yang kurang kita pahami. Budaya Timur yang high context memang lebih banyak menggunakan simbol, yang tak bisa diartikan mentah-mentah. Sementara sebagian generasi muda kita, belajar dan berpikir ala logika Barat, semua itu harus terbuka dan mudah untuk dicerna. Ya jelasss ndak nemu jawabnya… Generasi baru kita terbiasa menemukan arti dengan instan, tidak biasa lagi dengan bahasa simbolik.

Aku kok cenderung berpikir, ini teguran kepada manusia Indonesia agar belajar kembali mengenal dirinya. Ibaratnya kita itu sedang ditunjukkan cermin, betapa kita terlalu banyak membohongi diri kita sendiri. Apakah kita akan berkaca dengan baik. Itu tergantung kita masing-masing. Aku tak akan memaksakan pandangan ini pada orang lain. Ini berpulang pada masing-masing


Yogyakarta, 150606

No comments: