Tuesday, June 13, 2006

Ribut-Ribut Modernisasi

Tulisan ini adalah sebuah tanggapan atas komentar yang dilayangkan seseorang pada tulisanku sebelumnya “Kompas Hari Ini”. Aku menjadi sangat penasaran untuk segera menulis, mengalahkan beberapa ide tulisan lainnya yang sudah mengantri di otak. Sebelumnya saya mengucapkan beribu terima kasih padanya, karena telah membaca karya serabutan ini yang lumayan gak penting. Karena tentunya dibutuhkan sedikit konsentrasi, dan waktu luang membaca sebuah tulisan.

Yang kedua, karena telah banyak memberikan pengetahuan baru dalam kuliah singkat beliau tentang modernisasi. Untuk membuat komentar sepanjang itu tentunya dibutuhkan effort, dan memakan waktu yang cukup panjang. Semoga saja orang yang telah membuat komentar itu mampir kembali, dan membaca tulisan ini.

Yang ketiga, berterima kasih karena telah memberikan suatu masukan baru. Ternyata cara menulisku masih sulit dimengerti. Hmmm berarti ada logika antarparagraf yang tidak runutut. Atau hal lain yang salah dalam caraku menulis.

Tanggapan itu memang sangat bagus. Tapi kalau boleh melakukan sekedar jawaban, atau mungkin pembelaan??? Kayaknya ada konteks yang berbeda dalam memandang soal modernisasi ini.... Namun harap maklum bila kurang memuaskan, karena aku hanyalah seorang bodoh dengan bekal pengetahuan terbatas, yang berusaha memamerkan kebodohannya hihihi. Jadi harap maklum...

Aku lebih melihatnya dari sudut pengembangan pengetahuan, (dengan jelas disini menolak menggunakan ILMU). Karena keilmuan dan keabsahan ilmiah, merupakan bagian dari proyek modernisasi.

Yah setidaknya begitulah yang pernah aku tangkap dari pelajaran di saat kuliah, dan juga beberapa buku yang aku baca. Sangat setuju dengan komentar yang diberikan tentang pengertian modernisasi, membawa seseorang untuk terbuka pada hal-hal yang baru, menyangkut teknologi baru, dan sebagainya.

Tapi ada satu yang mungkin terlupa, bahwa dibalik indahnya janji modernisme, ada agenda tersembunyi untuk membuat kita seragam. Berpikir bahwa kebenaran itu tunggal, hanya ada satu cara menuju Roma. Secara kata para sastrawan teh, “Ada Seribu Jalan ke Roma”, hehehehe.

Pada tahapan mana yang paling jelas keseragaman itu??? Yang paling utama tentunya dalam pengetahuan. Modernisme menciptakan sebuah standar apa yang bisa dikatakan sebagai ilmu dan bukan.

Dan itulah yang menjadi bagian dari kritik pedas penentang modernisme, seperti Thomas Kuhn, Feyerabend, dan beberapa pemikir lainnya. Yang menarik bagi aku justru mengapa terlalu banyak orang memberhalakan ILMU??? Ehmmm tampaknya hegemoni Amerikanisme begitu mendarah daging.

Apakah Jepang yang sangat maju itu hanya berharap pada ILMU, kok kayaknya tidak ya. Mereka masih percaya tuh dengan ajaran nenek moyang, yang bagi kita sering disebut sebagai takayul.

Aku mikirnya kok justru..., kalo mo maju yang jadi diri sendiri. Jangan mengadopsi gaya Amerika atau manapun. Galilah nilai-nilai bangsa kita. Kadang kita terlalu malu, tapi justru membuat kita mudah goyah dan terombang-ambing. Kita ingin menjauh dari sejarah. Padahal kita tidak bisa lepas darinya. Jangan-jangan kita sedang mengalami amnesia berjamaah???

Silahkan, aku menanti kritik-kritik selanjutnya....

Yogyakarta, 120606

No comments: