Tuesday, September 19, 2006

Brand Missionary

Aku tidak tahu apakah fenomena yang aku deskripsikan bener atau tidak dengan konsep brand missionary. Secara teori brand missionary didefinisikan sebagai konsumen yang secara sukarela menjadi penyebar dan pembela merek tertentu.

Ceritanya beberapa hari yang lalu aku mengantar adikku wisuda di UNS Solo. Dan saat membeli sesuatu di Kopma UNS, aku mengamati antrian di depanku yang ternyata sedang membeli stiker bertuliskan “Hugo’s CafĂ©”.

Hmmm bayangkan seseorang rela membeli sebuah stiker seharga seribu rupiah untuk sebuah merek. Dan stiker itu dibeli di suatu tempat yang tak ada hubungannya dengan Hugo’s. Dan setahu aku, Hugo’s itu tidak ada di Solo, adanya di Yogya.

Jadi membayangkan alangkah enaknya bila mempunyai suatu merek yang sangat dikenal dan dicintai seperti ini. Karena aku juga sering mengamati, banyak sekali mobil-mobil yang berseliweran di Solo dan Yogya memasang stiker ini. Pemilik Hugo’s tampaknya tak perlu bersusah payah untuk mempromosikan produknya, karena para pecinta Hugo’s telah mempromosikannya secara sukarela, dan yang terpenting gratissss.

Pertanyaan berikutnya, kok bisa??? Menurut aku sih alasan paling kuat adalah Hugo’s mampu menghubungkan citranya dengan predikat sebagai anak gaul. Mereka-mereka yang pernah ke Hugo’s layak menyandang predikat gaul.

Sehingga orang-orang berlomba memasang stiker Hugo’s di mobil dan di manapun untuk menunjukkan pada teman-teman dan orang-orang, kalo mereka termasuk anak gaul.

Bahkan mungkin beberapa orang belum pernah ke sana, misalnya yang membeli stiker tadi (ini hanya asumsi). Tapi dia juga ingin diakui sebagai komunitas gaul. Maka dia rela membeli stiker seharga seribu itu untuk memperoleh pengakuan.

Dunia pemasaran sebenarnya bermain-main dengan persepsi dan pencitraan. Pinter-pinternya kita aja menghubungkan merek, dengan hal tertentu yang mampu mengaduk-ngaduk emosi konsumen. Maka konsumen akan menjadi pembela utama merek kita pada orang lain.


Yogyakarta, 160906

No comments: