Wednesday, September 20, 2006

Evolusi Dalam Tiga Fase…

Tak terasa setahun sudah ibuku meninggal, ditandai 14 September kemarin diadakan selamatan satu tahun meninggalnya beliau. Satu tahun sepertinya menjadi perjalanan waktu yang teramat singkat. Karena aku tak pernah merasa ibuku telah tiada, aku merasa beliau selalu ada di sampingku.

Saat ini aku telah memasuki fase ketiga, dari evolusi penerimaanku atas meninggalnya beliau. Fase pertama, di mingu-minggu awal setelah beliau meninggal. Aku tak merasa dia telah tiada. Aku hanya berpikir, ia sedang keluar kota, dan akan segera kembali. Di fase ini, aku belum terlalu merasa ada sesuatu yang hilang dari kehidupan kami.

Lalu fase kedua, dalam bulan pertama hingga bulan keempat, dimana aku seperti baru siuman dari ketidaksadaran bahwa ibuku ternyata emang sudah gak ada untuk selama-lamanya Masa yang sangat sulit, karena aku sering dikejar berbagai mimpi buruk.

Masa dimana aku sering menerawang jauh, apa gunanya kehidupanku tanpa Ibu. Masa dimana aroma sentimental begitu menggebu-gebu menggerayangi pemikiranku. Aku seperti kehilangan orientasi, masihkah sesuatu yang kulakukan akan berguna??? Karena semua yang aku lakukan, hanya ingin kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu, yang selama ini telah mendidik dan membesarkanku. Ketika salah satunya hilang, apakah itu masih berguna???

Aku bersyukur masa sulit itu akhirnya bisa kulalui setelah aku bertemu dengan seseorang. Dia mengatakan bahwa aku masih bisa melakukan sesuatu untuk ibu, dengan memenuhi harapan-harapannya, dan pesan-pesannya selama ia masih hidup.

Inilah fase baru dalam kehidupanku menghadapi realita. Aku bangkit menjadi diriku yang berbeda lagi. Aku merasa ibuku selalu mendampingiku di manapun aku berada. Dia memang tak bisa lagi kulihat dan kusentuh. Tapi kehadirannya selalu kurasakan dalam jiwaku. Dia selalu menemaniku kemana pun aku pergi.

So aku tak pernah merasa ibuku telah tiada, aku hanya merasa jasadnya saja yang telah tiada. Aku sering kali masih bertemu dengannya dalam mimpi. Mimpi yang justru kunanti, bukan lagi mimpi buruk yang membuatku tergagap saat bangun seperti dulu.

Saat ini aku merasa tak pernah kehilangan ibuku. Ia akan selalu ada saat aku merasa sedih. Dan ia selalu disampingku saat-saat aku merayakan sebuah kemenangan. Sungguh sayang memang ia tak bisa menikmati secara langsung makna kesuksesan yang aku capai. Tapi aku yakin, dia akan tetap tersenyum di sampingku. Pada setiap momen-momen penting itu.

Mom, ur soul will never die in my heart….


Yogyakarta, 200906

No comments: