Friday, November 17, 2006

Cermin Merah, Menilik Kepribadian yang Depresi…


Beberapa waktu lalu aku baru saja membaca novel “Cermin Merah”, yang ditulis oleh N. Riantiarno. Novel yang asyik sebenarnya, dan membawa banyak perenungan dan pesan.

Mulai dari sentilan pada Orde Baru yang bersikap represif terhadap orang-orang yang dianggap PKI. Novel ini juga banyak mengupas perdebatan antara film seni, dan komersial. Pertentangan antara idealisme dan keinginan pasar. Cerita juga berkembang mengenai kepribadian yang terkoyak akibat trauma mendalam akan berbagai kenyataan hidup yang dihadapi Arsena sebagai tokoh utama.

Lalu apa sebenarnya inti novel ini??? Aku sangat setuju dengan komentar Maman S. Mahayana dalam sampul buku ini, yaitu menunjukkan karakter N. Riantiarno yang terkoyak secara psikologis.

Novel ini bergerak, dari masa sekarang, lalu kembali ke masa lalu. Banyak adegan cerita dalam cerita. Penggambaran fiksi, yang juga merupakan kenyataan. Misalnya Arsena menulis novel yang berjudul ”Cermin Merah”, sama halnya dengan judul novel ini.

Novel ini seperti juga menguak pengalaman tragis Riantiarno ketika novel ini sempat ditolak dimana-mana pada saat itu, karena mengangkat persoalan yang sensitif yaitu PKI. Novel yang sangat tragis dari awal hingga akhir.

Aku belum pernah menjadi begitu depresi membaca novel sebelumnya. Tapi novel ini membuat perasaan aku benar-benar terkoyak-koyak karena terlarut dalam lika-liku Arsena. Novel yang memberikan banyak perenungan dan pengetahuan. Namun sekaligus menjengkelkan, karena aku tak suka dengan tokoh Arsena yang sangat indecisive, dan terlalu melankolis hehehe.


Yogyakarta, 171106

1 comment:

Anonymous said...

setuju. saya juga terkoyak membacanya.