Friday, November 03, 2006

Fira Basuki, My Another Case Study…

Karena aku emang doyan bergosip, dan emang pengamat perilaku yang detil. Inilah hasil pengamatanku, halahhh. Sebenernya aku sudah sangat lama memprediksinya. Tapi baru beberapa waktu lalu aku mendapatkan konfirmasi. Walaupun suka bergosip, tapi teteup dong harus ada etika jurnalistik kikikik. Btw my way, every body knows Fira Basuki kan??? Dia adalah penulis yang melejit namanya lewat trilogi novel pertamanya, “Jendela-Jendela”, “Pintu”, dan “Atap”.

Back to the topic. Yahhhh jadi beginih, aku mulai melihat ada sesuatu yang berbeda ketika aku membaca kumpulan cerpen Fira Basuki “Perempuan Hujan”, aku udah punya perasaan gak enak, kayaknya dia udah cerai nih ama suaminya. Hal itu makin diperkuat lagi saat aku membaca cerpen lainnya yang aku lupa judulnya. Dan prediksi ini dikonfirmasi oleh adikku, bahwa Fira pernah diundang di salah satu talk show, bersama Djenar, dan diperkenalkan sebagai para Janda hehehe.

Lau gimana aku bisa tahu??? Sangat sepele, aku adalah pemerhati kata pengantar dan ucapan terima kasih dari penulis. Dari situ ketahuanlah, ada yang berbeda, karena di novel triloginya, dan juga novel berikutnya ”Biru”, nama suaminya yang orang Nepal itu selalu disebut. Tapi saat aku membaca dua kumpulan cerpen terakhir, nama itu sudah tak ada (FYI, jeda antara aku membaca novel-novelnya dengan cerpen-cerpen itu memang cukup lama, mungkin ada dalam hitungan tahunan).

Di tambah lagi, di cerpen-cerpen itu, aku melihat ada benang merah yang sama, pasangan yang berselingkuh, dan berakhir dengan perceraian. Ini berulang pada beberapa cerpen dengan bungkus yang berbeda.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku bisa mengendus kehidupan pribadi Sang Penulis. Sebelumnya ada Jamal, aku bisa melihat perubahan dalam kehidupannya, yang tercermin dalam alur novelnya yang berakhir berbeda. Yaitu di novel pertamanya, ”Lousiana-Lousiana”, dan novel berikutnya ”Rakaustarina”.

Yang lain lagi, Dewi Lestari, dari tiga novel Supernova yang ditulisnya, aku bisa mencium fase kehidupan berbeda yang dialaminya. ”Akar”, menurut aku adalah novel termurung dan tergelap diantara ketiganya. Wujud keputusasaannya menghadapi tekanan keluarga saat ia memasuki UP (Usia Panik). Maksudnya seorang wanita yang dikejar umur, tetapi belum juga menemukan pasangannya.

Penulis lain lagi, yang aku bisa melihat kental nuansa kehidupan pribadinya adalah Bagus Takwin, dari novelnya ”Akademos” (u must read it, coz it’s great), dan kumpulan cerpennya ”Bermain-main dengan Cinta”. Aku membaca kehidupan pribadinya. Tapi tampaknya aku gak ingin menuliskannya di sini. Ini kan privasi orang hehehe. Cukup aku sajah yang tahu, jangan dibagi-bagi ahhh. Kan tidak semua hal harus dibagi...



Yogyakarta, 021106

2 comments:

Anonymous said...

kalo menurut mas sendiri, novel jendela-jendela lebih mengangkat topik ttg apa?

saya lg nyusun skripsi ttg novel ini nih! tp bingung anglenya mau ambil yg mana,,salam kenal jugaaaaa..

elvarafael said...

di rectoverso.cerpen Peluk jg keliatan Dee crita ttg kehidupannya dgn mantan suaminya si Marcell..