Wednesday, October 31, 2007

Medley Dan Masa Lalu

Hmmm menarik sekali, tantangan yang ditawarkan oleh "Medley". Aku diminta untuk menjawab pertanyaan, jika bisa mengubah sesuatu di masa lalu, apa yang ingin diubah? Sebenarnya aku tak terlalu tertarik berandai-andai soal apa yang ingin kuubah dalam hidupku. Jadi pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab.

Kalo pun harus dijawab, mungkin aku akan mengatakan andai aku dulu sekolah SMU di kota besar. Kenapa? Hmmm karena aku merasa sangat tertinggal dibanding teman-teman, yang baru kusadari saat aku kuliah.

Aku bersekolah di daerah dengan fasilitas yang sangat minim. Informasi juga sangat terbatas. Seandainya ketika itu aku bersekolah di Jakarta, Bandung, atau kota besar lain, mungkin aku akan berkembang lebih cepat, dan menjadi manusia yang lebih baik.

Ketika aku berkuliah di Bandung. Aku tergagap dengan lancarnya teman-temanku berbahasa asing. Aku terperangah dengan pengalaman ekstrakurikuler yang pernah mereka ikuti. Terperangah juga, bahwa ternyata ada banyak kegiatan perkukaran pelajar dan beasiswa ke luar negeri yang infonya gak pernah nyampe di SMU-ku.

Andaikan aku bisa mengulang masa SMU-ku, pasti masa-masa itu akan lebih bermakna. Aku akan melaju lebih pesat dibanding aku yang sekarang. Aku membayangkan, aku menjadi pribadi yang lebih terbuka pada hal-hal baru. Dan aku lebih mudah beradaptasi dengan orang-orang baru.

Tapi seandainya tombol pemutar waktu itu memang ada. Rasanya aku juga akan berpikir terlebih dulu, untuk menggunakannya. Karena setiap bagian drama hidupku karena proses yang kualami...

Terinspirasi oleh http://medleymovie.blogspot.com


Jakarta, 311007
Sore yang Mendung...

Monday, October 29, 2007

Mari Berkelana Bersama Traveler's Tale


Kebetulan seorang teman berbaik hati meminjamkan buku ini. Buku ini ditulis oleh Adithya Mulya, Ninit Yunita dan dua orang lagih (maafkan lupa namanya soalnya banyak bener penulisnya).Ternyata isinya keren bangettt. Di samping banyolannya yang seru bikin ketawa-ketawa sendiri. Aku juga belajar banyak hal tentang berbagai negeri yang jauh. Hmm jadi pengin nich jalan-jalan keluar negeri, ingin melihat dunia luar, biar pemikiranku yang kerdil ini lebih tercerahkan.
Buku ini juga dibumbui dengan kisah tentang sahabat yang kemudian saling jatuh cinta. Cerita cintanya sih standar, tapi jiwaku yang mellow inih, selalu saja terhanyut dengan kisah-kisah cinta yang romantik. Karena cara penuturannya yang tidak biasa, penuh dengancitarasa drama dan komedi. Cerita yang membuatku terharu sekaligus tertawa di saat yang bersamaan.
Membaca buku ini sekaligus memberikan warna baru dalam referensi bacaanku yang selama ini lebih banyak dengan buku-buku sastra yang lebih rumit. Bahasa yang lebih cair dan lugas, tentunya memberikan citarasa baru dalam kekayaan bahasa yang aku miliki.

Jakarta, 261007
On Cloudy Afternoon…

Get Married, Sumpah Pemuda, dan Konflik Indon-Malingsiah..

Yayaya, apa keterhubungan di antara ketiganya??? Pasti Anda semua bertanya-tanya dalam hati. Semuanya bermuara pada satu kata NASIONALISME. Ceritanya kemarin aku baru saja nonton untuk kedua kalinya, film Get Married. Terus seorang teman berkomentar, ternyata keren juga filmnya. Padahal sebelumnya dia selalu males nonton film Indonesia di bioskop!!! Dan dia bukanlah orang pertama, seorang teman lain malah lebih ekstrim, dia telah mengambil kebijakan, tidak akan pernah mau nonton film Indonesia di bioskop!!!

Aku kok jadi ngerasa miris ajah. Kebetulan juga kemarin itu kan hari sumpah pemuda, yang notabene semangat nasionalisme harusnya sangat menggebu-gebu. Tapi bukankah kita memang sedang menggebu-gebu dengan nasionalisme??? Secara kuping kita begitu merahnya, mendengar beberapa lagu kita diklaim Malaysia sebagai lagu mereka. Kita langsung mencak-mencak, dan terbakarlah api nasionalisme kita.

Sebenarnya bangga juga bangsa ini masih punya kepedulian pada aset bangsa. Tapi kok ya reaktif??? Kenapa setelah lagu itu diakui oleh negara lain baru teriak-teriak. Selama ini kita kemana sajah??? Bukankah kita juga bukan pemilik yang baik??? Bukankah lagu-lagu itu juga selama ini kita abaikan begitu sajah??? Teronggok di pojokan berdebu, sementara kita sibuk dengan musik pop Barat, atau J-rock dll??

Jadi teringat kembali dengan film Indonesia. Kalo bukan kita yang menghargai dan menonton, terus sapa lagi??? Jangan-jangan kita baru bereaksi juga kalo ternyata film kita meledak di negara lain??? Lalu film itu diklaim milik orang lain. Marilah kita belajar dari pengalaman ini. Jadilah bangsa yang apresiatif, bukan manusia yang reaktif.

Mungkin benar beberapa film Indonesia gak mutu. Tapi tidak bisa disamaratakan semuanya kan??? Aku juga milih-milih dalam nonton film Indonesia. Tapi aku tidak pernah merasa alergi untuk nonton film Indonesia di bioskop. Karena dengan menonton karya anak negeri, pertama, kita belajar mengenali diri kita sendiri. Kedua, menghidupkan industri film Indonesia. Dengan industri film yang lebih baik, film yang dihasilkan akan lebih baik. Dan pada akhirnya karya anak negeri makin diakui di dunia internasional. Dan Indonesia makin eksis dari sisi diplomasi budaya (meminjam istilah seorang teman).

Satu kata terakhir, berikanlah kontribusi kita untuk bangsa ini, sesuai dengan cara kita masing-masing...


Jakarta, 291007
Memulai Hari Ini Dengan...

Friday, October 26, 2007

On Aris, Just Be Proactive

Proyek keenam untuk "My Guru of Life", aku ingin berterima kasih pada Aris. Dia adalah partner kerja di D&D General. Karena dia adalah supervisor Net Ezy cabang Buah Batu, Bandung.

Sebenarnya kita kenal baru beberapa bulan sih, semenjak aku kerja di perusahaan ini. Itu berarti lima bulan yang lalu. Namun aku sangat terinspirasi, dan banyak belajar dari dia, atas sikap kreatif dan selalu proaktif.

Selama ini, kita banyak kerja bareng terutama dalam hal laporan. Dia mengirimkan laporan ke aku, untuk laporan harian dan mingguan. Dan yang aku sangat suka adalah, laporan yang dikirim selalu rapih, dan melebihi harapan.

Dan tampaknya setiap minggu dia menambahkan data-data baru, yang tentu saja sangat berguna. Dari dia, aku jadi belajar bagaimana sih menjadi seseorang yang benar-benar berdedikasi atas pekerjaannya. Belajar menjadi seorang yang proaktif, dan selalu melakukan sesuatu tanpa harus diminta. Hmmm, tampaknya karakter seperti itu belum mendarah daging dalam diriku.

Hatur Nuhun atuh Kang Aris, telah menjadi Guru dalam kehidupan sayah. Sayah banyak belajar dari Anda.


Jakarta, 261007
Menuju Weekend...

Thursday, October 25, 2007

Maka Dengarkanlah...

Mendengar, ya banyak sekali orang hebat mengajarkan padaku, "Jadilah pendengar yang baik". Sesuatu yang sangat mudah diucapkan, tapi ternyata sangat sulit buat orang dengan superego yang tinngi sepertiku, untuk menjadi pendengar yang baik.

Setelah melalui proses yang panjang, dan berusaha menjadi pendengar. Aku baru tahu, ternyata memang luarrr biasa ketika kita mau mendengar. Pertama, orang-orang menjadi lebih percaya pada kita. Kedua, kita bisa belajar lebih banyak dari orang lain, yang pada akhirnya sangat berguna buat diri sendiri. Ketiga, kalo dulu aku berpikirmenjadi pendengar itu berarti kalah pinter, dan terlihat bodoh.

Ternyata pendapat itu sangat-sangat salah. Menjadi seorang pendengar, berarti kemenangan tersendiri. Karena bisa menahan diri untuk tidak terlihat menonjol. Dan kedua, menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan orang lain. Gak tahu, mungkin bagi orang lain ini sesuatu yang gampang. Tapi bagi aku yang bodoh ini, dan baru belajar mengenali dunia. Ini sesuatu yang sangat menarik.

Ini bukan berarti aku telah menjadi pendengar yang baik. Aku hanya mengatakan, bahwa aku telah menjadi pendengar yang lebih baik dari sebelumnya. Aku masih jauh dari sosok pendengar yang baik, maka aku harus lebih banyak belajar...

Jakarta, 251007
On Rainy Day...

On Belly, That Always Become Better

Untuk proyek kelima ini, aku ingin berterima kasih pada Belly. Dia adalah teman sejak pertama kali menginjakkan kaki di HI UNPAD. Ada beberapa hal menarik yang kemudian aku pelajari setelah kita selama beberapa tahun berteman, hingga saat ini.

Pertama, hal yang paling aku ingat dari dia adalah kemauan untuk belajar, bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya dia tidak terlalu tertarik. Tapi dia selalu bilang, itu penting biar nyambung kalo diajak ngobrol ama orang-orang. Lalu aku pikir, hmmm bener juga yah. Paling gak kan kita tahu sedikit kulit luarnya, sehingga orang jadi nyaman ngobrol dengan kita.

Kedua, Belly adalah pendengar yang baik. Dia selalu mau menurunkan egonya, dan bersikap rendah hati untuk mendengar dari orang lain, lalu menerapkannya. Ini mungkin yang unik karena kebanyakan dari kita mungkin, berlagak mendengar, tapi benarkah kita menerapkan tips yang pernah kita dapat? Dia adalah bagian dari yang sangat langka itu...

Ketiga, selama perjalanan bertahun-tahun kita berteman. Aku melihat perkembangan pesat dalam dirinya. Aku kan kenal dia semenjak dia lehor-lehor (itu adalah bahasa di antara kita untuk sikapnya yang mudah lelah, dan cepet bete), hingga menjadi orang yang sangat agresif, dan penuh dengan berbagai prestasi terutama di bidang nyanyi-menyanyi.

Keempat, ini baru aku sadari belakangan ini. Belly dengan modal sikapnya sebagai pendengar yang baik, mengalami perkembangan yang terus menanjak. Ketika aku melihat beberapa orang mengalami pasang surut dalam menggapai apa yang diimpikan. Waktu seringkali membuat semangat seseorang mengendur, ibarat kurva semangat seseorang bergelombang. Namun dalam diri Belly, aku justru melihat kurva itu terus menanjak lagi, lagi, dan lagi...

Dalam sebuah kalimat singkat, aku belajar tentang belajar menjadi pendengar yang baik, dan konsisten mempertahankan semangat yang tak pernah surut...


Jakarta, 251007
In The Mornin Light

Wednesday, October 24, 2007

Pesta Blogger 2007

Kemarin, tepatnya tanggal 23 Oktober 2007. Aku merasa senang dan tersanjung, karena di e-mailku masuk undangan dari panitia Pesta Blogger 2007. Aku mendapatkan kehormatan menjadi undangan pada acara tersebut, karena blogku dianggap cukup dikenal di kalangan komunitas blogger.

Mengapa merasa bangga, karena sebelumnya aku berusaha mendapatkan free pass bagi 100 pendaftar pertama. Dan ternyata harapan itu akhirnya pupus. Karena aku memang telat untuk mendaftar. Padahal aku pengin banget ikut ke acara ini, tapi gak punya duit kalo mesti kasih donasi 100 ribu hehehe.

Hmmm, rasanya senang ajah, bahwa blog yang aku tulis mendapatkan pengakuan di kalangan komunitas blogger. Padahal menurut aku isinya sih biasa ajah. Aku hanya menuliskan perenungan-perenungan singkat yang sering berseliweran di kepala.

Yayaya, aku ini ibarat seorang bayi yang masih tertatih-tatih. Yang masih terus berproses dalam hal dunia tulis-menulis. Dan juga mencari makna kehidupan.

Untuk panitia Pesta Blogger 2007. Great job, semoga semuanya berjalan dengan lancar. Udah gak sabar nich ingin menjadi bagian dari peristiwa yang sangat bersejarah dalam dunia perblogan Indonesia.

Jakarta, 241007
Hari Mulai Meredup...

Friday, October 19, 2007

Dongeng Sindhunata dalam "Putri Cina"


Saat libur lebaran kemarin, akhirnya aku mampu menyelesaikan satu buku. Judulnya "Putri Cina" karya Sindhunata. Seperti buku-buku sebelumnya, aku sangat terhanyut dengan caranya mendongeng yang menurutku luarrr biasa atraktif. Masih ingat "Anak Bajang Menggiring Angin"? Sebuah karya luar biasa, yang saat ini telah dinobatkan sebagai karya klasik. Dari buku itulah pertama kali, aku berkenalan dengan kedahsyatan kata-kata yang dirangkai oleh Sindhunata.

Buku ini intinya bercerita tentang perlakuan tidak adil yang dialami etnis Cina di Indonesia. Di latar belakangi peristiwa Mei 1998, karya ini dibumbu dengan peristiwa sejarah, dan mitos yang berkembang di tanah Jawa yang melintasi batas waktu.

Dalam karya ini, kita dibawa dalam sejarah kerajaan-kerajaan Jawa di masa lalu, yang dirajut indah dengan mitos-mitos yang berlindan di dalamnya. Ini tak mengherankan, karena sejarah Jawa selalu penuh dengan bumbu mitos. Penyebabnya sejak lama, sejarah Jawa lebih banyak diturunkan melalui komunikasi lisan. Kedua, masyarakat Jawa lebih suka menggunakan perlambang untuk menyampaikan sesuatu. Makanya banyak orang mencirikan orang Jawa sebagai plintat-plintut dan gak tegas.

Novel ini juga unik, karena menggabungkan dongeng dari negeri Cina dan Jawa. Yang membuatnya menjadi sesuatu yang unik, dan baru untuk pengetahuanku yang sangat terbatas tentang banyak hal.

Jakarta, 191007
Bentarrr lagi pulang...

On Diah, Always Be Happy

Untuk proyek keempat "My Guru of Life", aku pengin nulis tentang Diah Bayurini. Dia adalah temenku di MM UGM. Kita sangat pas sebagai teman sejak pertama kali ketemu wawancara di MM UGM. Alasannya sich sangat sederhana, karena kita sama-sama sanguinis yang doyan nampil, dan foto-fotohehehe.

Hal-hal yang aku banyak belajar dari dia adalah, pertama dia orangnya supel berattt. Makanya banyak banget temennya. Kayaknya dengan sapa ajah, dia selalu passs. Hmmm, kayaknya aku perlu belajar banyak nich soal ini. Karena kadang-kadang aku masih suka canggung, dan apsif di lingkungan baru.

Kedua, dia orangnya selalu cerah ceria. Mau mendung, hujan, panas terikkk teteuppp cerah ceria. Kayaknya asyik yah, hidup jadi lebih menyenangkan pastinya kalo kita selalu ceria.

Ketiga, dia orangnya sangat ekspresif dan jujur mengungkapkan perasaannya. Kadang kalo ketemu dengan orang yang munak kan jadi maless dan sebel. Diah adalah tipe orang yang sangat tidak munak, karena dia sangat ekspresip. Jadi ketahuanlah semua yang ada dipikirannya dengan gamblangnya.

Akhir kata, teteup riang gembira ya bokkk, yukkkk....


Jakarta, 191007
Weekend here I come...

Wednesday, October 10, 2007

Ramadhan Spesial Pake Telor...

Hmmm gak terasa bulan Ramadhan tahun ini hampir usai, tinggal satu hari lagi berpuasa (karena aku penganut Mahzab Muhamadiyah, secara ortu Lebaran Jumat). Ada beberapa hal yang sangat menarik, dan berbeda dari Ramadhan sebelumnya.

Pertama, ini adalah Ramadhan pertamaku sebagai seorang pekerja. Sempet takut aku bakal lemas dan gak ada energi, saat bekerja. Kebayang dari pagi ampe sore gituh mesti kerja. Ternyata baik-baik sajah, aku masih bisa bekerja dengan baik, lengkap dengan berbagai kegiatan di luar kerjaan yang juga bejibun.

Kedua, Ramadhan kali ini adalah pertama kalinya aku berpuasa di Jakarta. Dan bentar lagi akan merasakan gimana rasanya berdesak-dekan mudik di stasiun yang pastinya padat merayap. Huppphhhhh kalo dulu-dulu, hanya bisa memandang takjub di televisi, sekarang menjadi obyek penderita hehehe.

Ketiga, aku senang sekali Ramadhan kali ini aku sempat buka bareng dengan teman-teman lama. Hari-hariku padat dengan acara buka bareng dengan teman-teman alumni HI UNPAD, alumni MM UGM, alumni peserta Unilever Business Week.

Akhirnya bisa ngumpul dengan teman-teman yang udah lama banget gak ketemu. Seneng bisa denger cerita-cerita mereka. Ada yang udah jadi manajer, ada yang disekolahin dari kantornya. Ada yang mau resign buat lanjut sekolah. Macem-macem, semua cerita itu membuat aku merasa lebih kaya.

Karena aku selalu yakin, teman adalah investasi. Kita tidak tahu kapan kita akan membutuhkannya. Aku juga selalu yakin, semakin banyak teman maka semakin dekat kita pada apa yang kita impikan. Karena teman-temanlah yang akan menjadi jembatan penghubung untuk impian kita.

Terima kasih semua teman-temanku. Semoga kita masih bisa selalu berkumpul dan bertukar kabar. Untuk Ramadhan yang hampir usai, aku jadi merindukan Ramadhan tahun depan.

Jakarta, 101007
Hawa-hawa Mudik Mulai Merasuk...

Monday, October 08, 2007

"Hubbu", antara Dunia Pesantren dan Kejawen


Novel ini adalah pemenang Penghargaan Sastra GKJ 2006, ditulis oleh Manshuri. Saat membaca ringkasan ceritanya, langsung aja tertarik. Apalagi desain sampulnya sangat unik. Walaupun desain sampul yang unik, bukan berarti isinya pasti bagus. Tapi paling tidak, itu menarik orang untuk mengambil, dan mencari tahu lebih lanjut.

Novel ini, mengangkat tema yang sangat unik. Karena jarang sekali novel Indonesia mengangkat tema dunia pesantren. Tokoh utamanya adalah Jarot, atau Abdul Sattar. Dia lahir dari keluarga santri yang sangat kolot, di sebuah desa, di daerah Jawa Timur. Saking kolotnya, digambarkan Jarot dipukul, dan dihukum hanya gara-gara ikut nonton pertunjukan wayang yang dianggap haram.

Jarot akhirnya memberontak dengan ketatnya ajaran pesantren. Dia tertarik untuk mempelajari dunia luar. Pertama yang dirambah adalah dunia kejawen, dengan segala mistiknya. Lalu Jarot remaja memilih kuliah di Surabaya yang merupakan representasi kota besar, dengan tata nilai yang jauh berbeda. Di sini Jarot mulai belajar lebih banyak tentang pemikiran Barat, termasuk di dalamnya Postmodernisme, Marxisme, dan Teori Kritis. Karena dalam salah satu bagian, diceritakan Jarot fasih berdebat tentang Derrida, Max weber, Gayatri Spivak dll.

Novel ini mengikuti alur yang sangat carut-marut. Ada sudut pandang pertam, kedua, dan ketiga. Namun memang sangat pas untuk menggambarkan konflik batin seorang anak manusia yang terjepit antara dua identitas Islam dan Jawa.

Satu hal yang menarik menurut aku dari novel ini adalah, obsesi penulis yang ingin mencari titik temu antara Kejawen dan Islam, yang selama ini sepertinya ada tembok yang begitu tinggi. Namun sayangnya, pertemuan itu pun tampaknya masih menggantung, atau sengaja dibiarkan begitu agar pembaca mencari jawabnya sendiri???

Mengutip hasil penelitian dari Clifford Geertz, tentang pengelompokan masyarakat Jawa yang dibagi menjadi tiga, yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. Nah di sini, novel ini sepertinya mencoba mengangkat konflik batin akut, Jarot, yang seorang Santri, tapi ingin belajar lebih banyak tentang Kejawen.

Ini berarti dia akan masuk ke ranah kaum Abangan yang dianggap musyrik, karena walaupun memeluk agama Islam, tapi masih mempraktekkan ilmu kebatinan, mistik, dan beberapa peninggalan ajaran Hindu.

Hmmm, tampak banyak perenungan lain dari novel ini. Very recommended lah untuk dibaca. Pas banget dengan ulasan, di sampul buku ini. Bahwa karya ini menjadi pemenang penghargaan GKJ, karena karya ini sangat lengkap,dan kaya.


Jakarta, 081007
Bentar Lagi Pulang...

Wednesday, October 03, 2007

Impulse Buying...

Kemarin kebetulan mau ketemu teman di Plaza Semanggi. Jadi skalian deh, mampir ke Gramedia beli buku. Mumpung masih belum lebih dari tanggal 8, karena dengan Kartu Debit/Kredit BNI untuk kategori "Book of the Month", dapet diskon 20% untuk pembelian buku-buku terbitan Kompas/Gramedia Group.

Walhasil diboronglah tiga buku sekaligus heheh. Satu buku tentang marketing, dan dua novel "lokal". Kata-kata lokal perlu digarisbawahi karena aku berjanji pada diri sendiri, untuk mendukung penulis-penulis lokal. Bentuk dukungannya adalah dengan membeli, dan membaca karya-karya anak negeri.

Seperti biasa, kalo soal diskon aku selalu gak pernah tahan akan godaannya. Apalagi ini diskon buku, karena membeli buku itu kan investasi. Pengetahuan yang diperoleh suatu saat pasti akan sangat berguna, baik bagi diri sendiri atau orang lain.

Apalagi aku fokus dengan dunia marketing communication. Kemampuan untuk berkomunikasi, dan mengemukakan pendapat baik lisan dan tulisan menurut aku adalah modal utama.

Everybody just wait for the book review...


Jakarta, 031007
Matahari mulai condong ke Barat...

"Punya Esia Gak?"

Hmmm mungkin teman-teman yang di Jakarta, seringkali menemukan pertanyaan ini. Karena setiap kali aku berkenalan dengan teman-teman baru, pertanyaan ini sering kali muncul. Alangkah nikmatnya apabila sebuah merek menjadi sebuah standar sosial di masyarakat. Ini sama halnya, saat kita berkenalan dengan orang baru, pasti nanya "Punya FS gak?".

Apalagi masyarakat Indonesia yang sangat gemeinschaft (gemar berkumpul dan sosialiasi), menyebabkan semua orang merasa perlu untuk mengikuti sistem dan pranata sosial. Karena takut dianggap beda dari yang lain....

Hmmm aku sangat kagum dengan strategi jitu yang dilakukan Esia. Pertama kali muncul, aku bingung ini iklan produk apa. Iklanya sangat gak jelas. Lalu kemudian, muncul dengan gebrakan iklan yang menekankan pendekatan harga yang murah, dengan bungkus yang sangat emosional, dan sentimentil.

Iklan ini akhirnya sukses menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Dan nama Esia jadi makin terangkat, dan mulai menancap sebagai penyedia layanan telpon seluler paling murah. Dan setelah itu, Esia selalu konsisten menawarkan paket harga yang murah dengan berbagai macam bundel yang kreatif.

Walaupun Fren adalah yang pertama memberikan paket bundel HP dan nomor murah, yang juga sempat booming. Namun baru-baru ini Esia bikin heboh dengan paket bundel HP plus nomor termurah yang pernah ada, hanya Rp. 199.000,00 (belum termasuk PPN). Tapi terbukti paket ini menuai sambutan yang luar biasa.

Media tertarik dengan antrian yang sensasional orang yang rela mengantri dari pagi hingga sore hanya untuk mendapatkan harga asli. Karena di luaran, harganya membumbung akibat permintaan yang tinggi. Hal ini terbukti, ketika jalan-jalan ke Mall Ambassador, semua pedagang membicarakan betapa semua orang mencari paket Esia.

Congratz... untuk tim Marketing Esia.


Jakarta, 031007
Lunch Time Geto Loch...

"Good To Great", Real Great


Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya aku akan mengulas buku "Good To Great" yang ditulis oleh Jim Collins. Dan kinilah saatnya, karena akhirnya setelah sekian lama, kelar juga banyak buku.

Satu kata untuk buku ini "Great". Mengapa? Ada beberapa alasan. Pertama, buku ini didasarkan pada penelitian yang sangat panjang. Tahukah berapa lama waktu riset untuk menghasilkan buku setebal hanya beberapa ratus halaman, LIMA TAHUN. Wowww, untuk melakukannya, pasti butuh kesabaran, dan konsistensi yang luarrrr biasa.

Kedua, buku ini ditulis bukan hanya oleh Jim Collins , tapi sebuah tim besar yang terdiri atas 20 orang periset dengan berbagai keahlian dan latar belakang. Alasan ketiga, buku ini melihat dari berbagai sisi dan sangat komprehensif, mulai dari teori tentanng manajemen keuangan, kepemimpinan, idiosinkretik, content analysis (analisis isi), statistik dll. jadi bisa dibayangkan, berbagai pisau analisis baik metode kuantitatif maupun kualitatif tumpek blek jadi satu...

Ketiga, buku ini walaupun ditulis oleh para profesor dan periset yang hebat, tapi dalam penulisannya sangat mudah untuk dibaca. Sehingga orang awam pun dapat mengerti apa yang ingin disampaikan.

Keempat, penulisan buku ini menggunakan pendekatan yang menurut aku sangat unik. Kalo Anda mengenal BreadTalk dengan "open kitchen". Maka buku ini menerapkan hal yang sama, bagaimana proses penelitian, perdebatan yang terjadi, dan hal yang terkait dengan proses penelitian diungkapkan dengan detil. Beberapa hasil penelitian jurnal manajemen yang aku pernah baca, mencantumkan hal yang sama, tapi terkesan dingin dan kaku. Buku ini mampu membawanya ke ranah populer yang lebih hangat dan mudah dimengerti.

Terus apa sih sebenarnya isi buku ini? Sepenangkapan aku, buku ini ingin menjawab pertanyaan, apa sih yang membuat perusahaan "good" menjadi "great". Riset ini didasarkan pada pertanyaan dasar tersebut. Lalu mereka menemukan berdasarkan penelitian yang panjang, penyebabnya antara lain.

Pertama, pemimpin yang mementingkan kepentingan perusahaan dibandingkan popularitasnya sebagai pribadi. Sehingga setelah dia lengser dari jabatannya, sudah dipersiapkan para penggantinya yang akan meneruskan kejayaan perusahaan. Kedua, only the right people on the bus... Jadi menurut penelitian ini, perusahaan-perusahaan yang berhasil tersebut, hanya akan menginvestasikan waktu dan tenaga untuk orang-orang yang tepat, dan sisanya yang dianggap tidak tepat maka harus disingkirkan.

Ketiga, perusahan-perusahaan tersebut menerapkan Hedgehog Concept (seperti yang pernah aku ulas sebelumnya di blog ini). Intinya mereka fokus pada hal tertentu. Di sini dibedakan antara Hedgehog Concept dan Core Competence. Karena menurut Jim Collins, bisa saja core comptence perusahaan yang ada sekarang tidak akan membawanya menjadi yang terbaik di dunia.

Hedgehog Concept diperoleh melalui sebuah proses pencarian yang panjang. Hal ini bukan hanya didasarkan pada peta kemampuan yang dimiliki saat ini. Tapi pada sebuah keyakinan, bahwa kita akan mampu menjadi terbaik pada hal tersebut, dan berdisiplin untuk fokus pada tujuan tersebut.

Ya kira-kira begitulah yang aku tangkap dari buku tersebut. namun satu hal yang sangat tidak aku setujui dari buku ini. Soal konsep "Just the right people in the bus". Tampaknya sangat kejam, bahwa karyawan yang dianggap tidak sesuai akan ditendang begitu saja. Bayangkan bila sebuah perusahaan melakukan merger, apakah kemudian orang yang telah mengabdi bertahun-tahun harus ditendang begitu saja.

Hal ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran bagi setiap karyawan. Termasuk karyawan-karyawan yang terbaik sekalipun, karena siapa yang akan menjamin mereka juga tidak akan terdepak suatu saat nanti. Dan pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kinerja.

Jakarta, 031007
Hasrat Menggelegak untuk Menulis

Tuesday, October 02, 2007

Berubah atau Plin Plan?

Hmmm topik ini bukan muncul begitu saja, tapi lahir dari suatu alasan yang sangat kuat. Tetapi latar belakang, dan alasannya tidak perlu disebutkan, karena tidak akan bermanfaat apapun, selain menjelekkan pihak lain. Perlu ditekankan lagi, bahwa blog ini adalah untuk pembelajaran dan refleksi.

Kembali ke topik. Berubah itu sangat alamiah, aku juga selalu melakukan perubahan dalam diriku. Tapi perubahan juga harus disertai dengan konsistensi. Perubahan juga harus mempunyai visi ke depan, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek.

Hal ini akan menjadi plin-plan, ketika perubahan menjadi begitu sering, secepat badai. Perubahan bukan didasarkan pertimbangan matang, tapi hanya berdasar pertimbangan emosional belaka.

Apakah perubahan seperti ini akan menyehatkan? Kok rasa-rasanya enggak yah. Yah tapi apa boleh buat, terlalu rumit untuk meyakinkan soal ini, apabila kita dalam sebuah sistem. Semuanya harus melalui proses...

Jakarta, 021007
Siang Hari nan Panas....