Friday, October 07, 2005

Popularitas Friendster Hanyalah Sejarah

Bagi Anda-anda yang punya account di friendster pasti tahu friendster selalu berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat. Apa yang terjadi? Friendster sedang kebakaran jenggot karena sebagai pionir, ia telah kalah populer dengan Myplace yang datang belakangan. Walau di Indonesia, Myplace mungkin nyaris tak terdengar.

Mengapa Myplace dengan cepat merebut pasar? Karena Myplace memberikan fitur yang lebih bagus dibanding Friendster, Myplace ibarat situs pribadi dimana penggunanya bisa mengirimkan lagu, dan banyak fitur lainnya. Memungkinkan para musisi muda, memajang karya-karya mereka, untuk didengarkan oleh orang lain dari seluruh dunia. Maka dengan cepat terciptalah berbagai komunitas di sana. Dan tampaknya Friendster pun belakangan ini mulai bereaksi dengan menambahkan fitur tersebut.

Lalu pelajaran apa yang dapat dipetik ? Pertama, pionir suatu kategori harus selalu waspada untuk melakukan inovasi. Dia harus cepat mengantisipasi keinginan pasar, kalau tidak perusahaan lain tak segan mengambil alih posisi pemimpin di pasar. Apalagi jika perusahaan itu bergerak di bidang portal dan teknologi informasi. Perkembangan begitu cepat dan tak terduga. Hari ini mungkin Anda pionir, tapi besok siapa tahu?

Pelajaran kedua, Friendster bukan lagi menjadi perusahaan yang inovatif. Dia telah kehilangan rohnya. Ia hanya menjadi pengikut dari pendatang baru. Semuanya akibat lengahnya mereka untuk mendengar apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Mereka lupa walaupun telah memperoleh popularitas, mereka harus terus memikirkan hal baru apalagi yang akan ditawarkan agar konsumen tetap loyal mengujungi portalnya.

Pelajaran lainnya, ternyata perubahan dan kebaruan belum tentu disenangi oleh konsumen. Mengapa? Mungkin Anda juga merasakan, seperti halnya penulis dan pengguna lainnya, yang merasa kesulitan dengan fitur baru Friendster. Mereka mengubah posisi menu terlalu sering sehingga membuat konsumen menjadi bingung mengoperasikannya. Inginnya membuat konsumen semakin puas, ternyata justru mendapat keluhan.

Kebaruan itu terlalu sering dilakukan, sehingga saat konsumen belum benar-benar mengerti dengan apa yang ditawarkan sudah dihujani dengan perubahan lainnya. Seharusnya perusahaan memikirkan segala sesuatunya dari sudut pandang, serta kebutuhan konsumen. Ini adalah era kekuasaan konsumen, bila mereka merasa ada yang lebih baik. Mereka hanya perlu melakukan satu kali klik. Dan menangislah Anda karena ditinggalkan pelanggan.

Pelajaran terakhir, sikap reaktif hanya membuat wajahnya semakin coreng-moreng. Sikap reaktif di mana-mana tidak akan banyak menolong. Sebelum diguncang pesaing, Friendster harus mampu mendekonstruksi dirinya sendiri, dan menciptakan inovasi baru.

Yogyakarta, 040905

2 comments:

botsosani said...

Gile hoe...bagus bgt, loe udah banyak kemajuan, kata-katanya Satre bgt.
Gw juga mau nyob aha, bikin punya sendiri, dari pada sekedar browsing yang jorok-jorok...hehehe

Anonymous said...

Boleh juga coba Friendster/Facebook khusus buat berbisnis http://bursafreelance.com