Wednesday, April 30, 2008

Anonimitas dan Konsumen yang Telanjang

Tulisan saya yang mengangkat tema consumer insight melalui internet, ternyata menuai banyak tanggapan, salah satunya di komunitas pemasar. Cukup menarik argumen yang dikemukakan Pak Andi, bahwa berapa banyak sih pengguna internet di Indonesia, kedua berapa banyak orang Indonesia yang ngeblog dan chatting???

Pertama yang harus dijawab adalah, sebenarnya saat ini pengguna internet di Indonesia sudah sangat banyak mencapai angka 30 juta lebih. Kedua consumer insight disini bukan hanya melibatkan para blogger dan orang yang chatting, seperti yang diungkapkan Pak Andy.

Saya bisa menebak apa yang ada dibenak Pak Andy, pastinya gaya penggalian data keinginan konsumen secara tradisional, dengan mengumpulkan orang, lalu berkata "Halo semua kita sedang mengadakan survei, tolong jawab ya pertanyaan kami?". Itu saya rasa bukan metode yang pas di internet, sebagai pemasar harusnya kita melompat lebih jauh lagi. Menggunakan paradigma yang berbeda dan revolusioner dalam menggali keinginan konsumen.

Sebenarnya di internet, keinginan konsumen, harapan, dan masukan sudah tersebar dimana-mana. Anda bisa menemukannya di forum diskusi, mailing list, bahkan di web 2.0 yang menyediakan fasilitas kepada konsumen untuk bisa berkomentar, dan berekspresi. Jadi sebagai pemasar gak perlu lagi, woro-woro saya lagi riset lhooo. Dan konsumen di internet, biasanya lebih jujur dalam mengemukakan pendapat.

Mengapa demikian??? Karena di internet konsumen bisa menjadi anonim. Mereka bebas mengekspresikan sesuatu yang mungkin tidak bisa diungkapkan di dunia "nyata". Penyebabnya bisa beragam, misalnya merasa pemikirannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku, atau takut dianggap berbeda dibanding pandangan umum.
Contoh kasus, ketika Anda di wawancara di FGD, apakah Anda akan menjawab tidak pernah berolah raga??? Sementara nara sumber lainnya menjawab sering berolah raga??? Ingat orang Indonesia itu kan sangat sosial, mereka tidak nyaman untuk menjadi sangat berbeda dengan orang lain.

Kedua, dengan adanya internet, dan orang lain yang anonim yang berbicara jujur, akan memancing konsumen lainnya untuk mengungkapkan kepribadian yang sebenarnya. Karena akhirnya ia merasa, "Oooo ternyata ada juga ya, orang yang sama seperti saya". Mungkin selama ini dia merasa sendiri, makanya dia takut untuk mengekspresikan. Adanya internet yang tanpa batas, maka semua orang dari berbagai belahan dunia akan terhubung dengan mudahnya. Dan akhirnya si "aneh" ini seperti menemukan habitat orang-orang dengan pemikiran yang sama. Nah dari sinilah kita bisa mengetahui apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Bukankah tugas pemasar mencari tahu apa yang diinginkan oleh mereka? Bagaimana menurut Anda?

Jakarta, 300408
Malam Hari...

No comments: